31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:19 AM WIB

Gurita Raksasa Siap Ramaikan Berawa Beach Arts Festival

MANGUPURA –  Kawasan  Pantai Berawa, Pura Perancak, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung kini mulai terpasang karya instalasi gurita raksasa.

Karya instalasi tersebut ternyata digunakan panggung untuk hajatan Berawa Beach Arts Festival yang berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 Mei 2019 ini.

Karya tersebut sebagai penanda bahwa pesisir atau laut sejatinya juga menjadi bagian dari peradaban.

I Ketut Putrayasa, Direktur Artistik Berawa Beach Art Festival menerangkan, pembuatan karya instalasi ini merujuk kepada tema Berawa  Beach Art Festival dengan tema Deep Blue Spirit.

Karena daerah Tibubeneng ini potensi besar di wilayah pesisir. Bahkan perkembangan wisata di daerah tersebut sangat berkembang pesat.

“Kenapa gurita, ini mengingatkan kita potensi dan kekayaan alam di pesisir. Berkaca dari sejarah, laut sejati menjadi pusat peradaban, ” jelas Putrayasa.

Selain itu, di Bali juga ada sebuah konsep “Nyegara Gunung”.  Simbolis dari konsep tersebut  sering di istilahkan dengan pertemuan lingga dan yoni.

Gunung, sumber penghidupan dari mahluk tumbuh-tumbuhan binatang dan manusia menjulang tinggi ke angkasa.

Sedangkan Segara (lautan) mengelilingi daratan memenuhi hampir seluruh permukaan Bumi. Selain itu juga ada mengistilahkan konsep satu kesatuan  hulu dan hilir pulau Bali.

“Intinya kita ingin membuat supaya seimbang, sesuai dengan konsep Nyegara Gunung. Tidak saja membangun di daratan tapi membangun juga wilayah pesisir, ” terang alumni ISI Denpasar ini.

Memilih anatomi Gurita sebagai visual, itu karena bentuk tubuhnya  sangat dinamis. Begitu juga dengan  keadaan daerah pesisir  yang juga dinamis.

“Bentuk gurita itu artistik, memiliki intelijen tinggi,” bebernya. Ukuran instalasi tersebut tingginya 20 meter dengan panjang 300 meter yang membentang di pesisir pantai.

Bahan yang digunakan dari anyaman bambu karena elastis dan juga dinamis. Sebab ia ingin menjaga keseimbangan dan juga karya ini tidak mencemari lingkungan setempat.

“Kami juga tetap ingin menjaga ekologi. Selam ini laut hanya dijadikan background dan tidak pernah dijadikan panggung. Kini kami ingin menghadirkan laut sebagai panggung, ” terangnya.

Proses pembuatan karya ini sudah dari satu bulan lalu. Satu minggu dikerjakan di indoor (di bengkel) dan tiga minggu dikerjakan langsung di outdoor atau pantai Berawa.

Pengerjaan melibatkan sedikitnya 50 orang per hari dan di target selesai 20 mei ini. “Karya ini sejatinya bisa menjadi wacana global dalam dunia seni rupa. Potensi laut selama ini terlupakan, ” ungkapnya.

Selama hajatan Berawa Beach Arts Festival, panggung instalasi Gurita raksasa itu  di respons oleh 200 penari yang menarikan tari kontemporer.

Kemudian nantinya akan dimasukkan dalam rekor muri sebagai panggung interaktif. “Selain menjadi karya seni instalasi juga bisa jadi panggung interaktif, ” pungkasnya.

MANGUPURA –  Kawasan  Pantai Berawa, Pura Perancak, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung kini mulai terpasang karya instalasi gurita raksasa.

Karya instalasi tersebut ternyata digunakan panggung untuk hajatan Berawa Beach Arts Festival yang berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 Mei 2019 ini.

Karya tersebut sebagai penanda bahwa pesisir atau laut sejatinya juga menjadi bagian dari peradaban.

I Ketut Putrayasa, Direktur Artistik Berawa Beach Art Festival menerangkan, pembuatan karya instalasi ini merujuk kepada tema Berawa  Beach Art Festival dengan tema Deep Blue Spirit.

Karena daerah Tibubeneng ini potensi besar di wilayah pesisir. Bahkan perkembangan wisata di daerah tersebut sangat berkembang pesat.

“Kenapa gurita, ini mengingatkan kita potensi dan kekayaan alam di pesisir. Berkaca dari sejarah, laut sejati menjadi pusat peradaban, ” jelas Putrayasa.

Selain itu, di Bali juga ada sebuah konsep “Nyegara Gunung”.  Simbolis dari konsep tersebut  sering di istilahkan dengan pertemuan lingga dan yoni.

Gunung, sumber penghidupan dari mahluk tumbuh-tumbuhan binatang dan manusia menjulang tinggi ke angkasa.

Sedangkan Segara (lautan) mengelilingi daratan memenuhi hampir seluruh permukaan Bumi. Selain itu juga ada mengistilahkan konsep satu kesatuan  hulu dan hilir pulau Bali.

“Intinya kita ingin membuat supaya seimbang, sesuai dengan konsep Nyegara Gunung. Tidak saja membangun di daratan tapi membangun juga wilayah pesisir, ” terang alumni ISI Denpasar ini.

Memilih anatomi Gurita sebagai visual, itu karena bentuk tubuhnya  sangat dinamis. Begitu juga dengan  keadaan daerah pesisir  yang juga dinamis.

“Bentuk gurita itu artistik, memiliki intelijen tinggi,” bebernya. Ukuran instalasi tersebut tingginya 20 meter dengan panjang 300 meter yang membentang di pesisir pantai.

Bahan yang digunakan dari anyaman bambu karena elastis dan juga dinamis. Sebab ia ingin menjaga keseimbangan dan juga karya ini tidak mencemari lingkungan setempat.

“Kami juga tetap ingin menjaga ekologi. Selam ini laut hanya dijadikan background dan tidak pernah dijadikan panggung. Kini kami ingin menghadirkan laut sebagai panggung, ” terangnya.

Proses pembuatan karya ini sudah dari satu bulan lalu. Satu minggu dikerjakan di indoor (di bengkel) dan tiga minggu dikerjakan langsung di outdoor atau pantai Berawa.

Pengerjaan melibatkan sedikitnya 50 orang per hari dan di target selesai 20 mei ini. “Karya ini sejatinya bisa menjadi wacana global dalam dunia seni rupa. Potensi laut selama ini terlupakan, ” ungkapnya.

Selama hajatan Berawa Beach Arts Festival, panggung instalasi Gurita raksasa itu  di respons oleh 200 penari yang menarikan tari kontemporer.

Kemudian nantinya akan dimasukkan dalam rekor muri sebagai panggung interaktif. “Selain menjadi karya seni instalasi juga bisa jadi panggung interaktif, ” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/