LOVINA – Wacana pembangunan bandara baru di Bali Utara kembali mencuat.
Bahkan pemerintah terlihat sangat serius untuk segera merealisasikan wacana tersebut.
Buktinya, Selasa kemarin (18/12) Kementerian Perhubungan menggelar Forum Konsultasi Publik terkait pembangunan bandara di Hotel Banyualit Lovina.
Tak main-main, dalam pembahasan di forum itu, bandara diharapkan tuntas dibangun pada 2023 dan bisa segera beroperasi pada 2024.
Pada forum tersebut, pemerintah memang terlihat ingin menggenjot proses pembangunan.
Sebab Bandara Ngurah Rai diprediksi sudah kelebihan beban pada 2024. Dengan beroperasinya bandara Buleleng pada 2024, diyakini beban itu akan terdistribusi ke lokasi lain.
Kemenhub juga telah menurunkan tim untuk melakukan studi kelayakan.
Tim dari PT. Virama Karya (Persero) – BUMN yang bergerak di bidang konsultasi teknik dan manajemen telah melakukan kajian di tiga lokasi.
Yakni Gerokgak, Celukan Bawang, dan Kubutambahan.
“Dari tiga alternatif lokasi, Kubutambahan yang paling ideal dari lokasi lain. Memang kawasannya agak bergelombang, jadi akan ada biaya besar di sana.
Tapi aspek terkait masalah sosial, lahan, dan pura, itu lebih sedikit di sana,” ujar Nurhakim, Tim Leader Pelaksana Studi Kelayakan PT. Virama Karya.
Sayangnya pihak konsultan belum bisa memberikan penjelasan lebih rinci terkait kebutuhan lahan. Sebab hal itu baru akan dituangkan dalam masterplan.
Sementara masterplan baru akan dirancang pada 2019 mendatang.
“Nanti di masterplan akan lebih rinci. Mana lahan yang kena, dampak sosialnya seperti apa, dipetakan lebih rinci di sana,” ujarnya.
Meski begitu, dalam dokumen studi yang dibagikan pada peserta konsultasi publik, pihak konsultan telah memasang rencana titik koordinat runway bandara.
Rencananya kondisi eksisting runway akan berada pada koordinat 805’6.407” Lintang Selatan-115010’11.089” Bujur Timur sampai 804’54.107” Lintang Selatan-115012’19.809” Bujur Timur.
