25.6 C
Jakarta
19 April 2024, 4:42 AM WIB

Selain Kemarau, Penyebab Kekeringan di Jembrana karena..

NEGARA-Dampak musim kemarau mulai dirasakan masyarakat Jembrana.

Bahkan, sejumlah warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

Menurut informasi, kekurangan air bersih sudah terjadi sejak dua bulan terakhir. Seperti di Banjar Katulampa, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.

Sejumlah warga di Banjar ini mengalami kekurangan air bersih karena mata air dari hutan sebelah utara desa sudah tidak mengalirkan air.

Menurut I Nyoman Deleng, krisis air bersih di Banjar Katulampa, Desa Manistutu dan sejumlah desa lainnya, terjadi setiap musim kemarau sejak tiga tahun terakhir ini.

Penyebab utamanya, hutan di utara Jembrana sudah mulai gundul.

“Sebelum hutan hancur, biasanya tidak pernah kekurangan air meski kemarau,” ungkapnya.

Pohon-pohon besar di hutan banyak ditebang, sehingga tidak bisa menyimpan air.

Hutan saat ini justru menjadi perkebunan pisang, kakao dan tanaman musiman lain oleh warga. “Sekarang hutannya hancur,” ujarnya.

Karena itu, saat air dari sumber mata air di hutan airnya masih deras, warga membuat persatuan untuk mengalirkan air dari mata air ke rumah-rumah warga anggota kelompok.

Karena kemarau panjang ini, air dari hutan juga tidak ada karena hutan sudah gundul. “Biasanya lancar-lancar saja, sampai kewalahan nampung air,” tambah Ni Kadek Mantri, warga Banjar Katulampa, Desa Manistutu

NEGARA-Dampak musim kemarau mulai dirasakan masyarakat Jembrana.

Bahkan, sejumlah warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

Menurut informasi, kekurangan air bersih sudah terjadi sejak dua bulan terakhir. Seperti di Banjar Katulampa, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.

Sejumlah warga di Banjar ini mengalami kekurangan air bersih karena mata air dari hutan sebelah utara desa sudah tidak mengalirkan air.

Menurut I Nyoman Deleng, krisis air bersih di Banjar Katulampa, Desa Manistutu dan sejumlah desa lainnya, terjadi setiap musim kemarau sejak tiga tahun terakhir ini.

Penyebab utamanya, hutan di utara Jembrana sudah mulai gundul.

“Sebelum hutan hancur, biasanya tidak pernah kekurangan air meski kemarau,” ungkapnya.

Pohon-pohon besar di hutan banyak ditebang, sehingga tidak bisa menyimpan air.

Hutan saat ini justru menjadi perkebunan pisang, kakao dan tanaman musiman lain oleh warga. “Sekarang hutannya hancur,” ujarnya.

Karena itu, saat air dari sumber mata air di hutan airnya masih deras, warga membuat persatuan untuk mengalirkan air dari mata air ke rumah-rumah warga anggota kelompok.

Karena kemarau panjang ini, air dari hutan juga tidak ada karena hutan sudah gundul. “Biasanya lancar-lancar saja, sampai kewalahan nampung air,” tambah Ni Kadek Mantri, warga Banjar Katulampa, Desa Manistutu

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/