27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:41 AM WIB

Gagal Beri Kejutan di Ultah Istri Antar Syahbandar Gilimanuk ke Surga

RadarBali.com – Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan atau Syahbandar Gilimanuk, I Made Astika, 45, dinyatakan meninggal dunia setelah terlibat kecelakaan di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Jumat (3/11) lalu.

Astika meninggal di RSUD Buleleng, setelah sempat dirawat di RSUD Buleleng selama beberapa jam. Astika meninggal setelah mendapat perawatan selama hampir delapan jam di RSUD Buleleng.

Saat dilarikan ke IGD RSUD Buleleng, Astika sudah dalam kondisi kritis. Tim medis pun berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa Astika.

Namun Astika harus mengembuskan nafas terakhirnya, karena luka di sekujur tubuh. Mendiang I Made Astika masuk ke RSUD Buleleng pada pukul 16.55, Jumat (3/11) lalu.

Saat masuk, Astika disebut dalam kondisi sadar. Hanya saja ia mengalami patah tulang di sejumlah bagian tubuh.

Terutama pada bagian dada dan kaki. Perawatan Astika langsung diambil alih oleh dokter bedah ortopedi dan bedah digestif.

Selama beberapa jam mendapat perawatan intensif, Astika dinyatakan meninggal dunia pada pukul 02.10, Sabtu (4/11) dini hari.

“Dari hasil diagnosa, pasien mengalami cedera kepala berat sehingga mengalami pembengkakan pada otak. Selain itu pasien juga mengalami patah tulang dada,” kata Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara.

Sementara itu suasana haru menyelimuti rumah duka di wilayah Banjar Munduk, Desa Anturan. Meninggalnya korban menyisakan duka mendalam bagi sanak saudara terdekat.

Apalagi mendiang dikenal sebagai sosok yang supel dan selalu mengedepankan keluarga. Istri korban, Emik Krisnayani, 28, benar-benar dibuat syok atas kematian mendiang.

Pasalnya mendiang sengaja pulang lebih awal untuk menemui Emik. Mengingat istrinya pada Jumat lalu merayakan hari jadinya yang ke-28.

Rencananya Astika ke Singaraja lebih awal untuk memberikan surprise kepada istrinya. Sebelum berangkat ke Singaraja,

Astika sempat menghubungi istrinya beberapa kali. Namun telpon tak sempat diangkat, karena istrinya tertidur. Mengetahui ada beberapa kali miss call, istrinya berusaha menghubungi Astika.

Bahkan hingga 25 kali. Namun telepon tak kunjung diangkat. Belakangan Emik mengetahui suaminya celaka setelah melihat unggahan di media sosial.

“Om Astika rencananya memang mau pulang jemput istrinya. Rencananya mau diajak ke Gilimanuk, ngasih surprise.

Sampai sekarang istrinya masih syok. Sudah berkali-kali pingsan,” ujar Wiwin Meliana Dewi, salah seorang keponakan korban.

Jauh sebelum kecelakaan terjadi, Astika disebut sempat membeli selembar tikar pandan tak lama setelah Galungan.

Ibu mendiang, Ni Made Putri sempat bertanya-tanya dengan sikap putranya itu. Lantaran belum lama ini Putri sempat mendapati seseorang yang membeli tikar pandan, tak lama kemudian meninggal dunia karena terlibat kecelakaan.

Saat ditanya, mendiang disebut akan menggunakan tikar itu untuk alas tidur. “Katanya beli mau dipakai untuk alas tidur. Biar lebih sejuk. Waktu itu perasaan saya sudah nggak sreg. Tapi biar anak saya tidak beban, saya diam saja,” kata Putri.

Mendiang meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Ketiga anaknya masing-masing Putu Sonia Githa, Made Gilang Arif Permana, dan Ni Luh Putu Ardhi Swandayani.

Kini jenazah korban telah disemayamkan di di Banjar Munduk, Desa Anturan. Jenazah korban akan diupacarai mekingsan ring geni pada Jumat (10/11) mendatang.

RadarBali.com – Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan atau Syahbandar Gilimanuk, I Made Astika, 45, dinyatakan meninggal dunia setelah terlibat kecelakaan di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Jumat (3/11) lalu.

Astika meninggal di RSUD Buleleng, setelah sempat dirawat di RSUD Buleleng selama beberapa jam. Astika meninggal setelah mendapat perawatan selama hampir delapan jam di RSUD Buleleng.

Saat dilarikan ke IGD RSUD Buleleng, Astika sudah dalam kondisi kritis. Tim medis pun berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa Astika.

Namun Astika harus mengembuskan nafas terakhirnya, karena luka di sekujur tubuh. Mendiang I Made Astika masuk ke RSUD Buleleng pada pukul 16.55, Jumat (3/11) lalu.

Saat masuk, Astika disebut dalam kondisi sadar. Hanya saja ia mengalami patah tulang di sejumlah bagian tubuh.

Terutama pada bagian dada dan kaki. Perawatan Astika langsung diambil alih oleh dokter bedah ortopedi dan bedah digestif.

Selama beberapa jam mendapat perawatan intensif, Astika dinyatakan meninggal dunia pada pukul 02.10, Sabtu (4/11) dini hari.

“Dari hasil diagnosa, pasien mengalami cedera kepala berat sehingga mengalami pembengkakan pada otak. Selain itu pasien juga mengalami patah tulang dada,” kata Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara.

Sementara itu suasana haru menyelimuti rumah duka di wilayah Banjar Munduk, Desa Anturan. Meninggalnya korban menyisakan duka mendalam bagi sanak saudara terdekat.

Apalagi mendiang dikenal sebagai sosok yang supel dan selalu mengedepankan keluarga. Istri korban, Emik Krisnayani, 28, benar-benar dibuat syok atas kematian mendiang.

Pasalnya mendiang sengaja pulang lebih awal untuk menemui Emik. Mengingat istrinya pada Jumat lalu merayakan hari jadinya yang ke-28.

Rencananya Astika ke Singaraja lebih awal untuk memberikan surprise kepada istrinya. Sebelum berangkat ke Singaraja,

Astika sempat menghubungi istrinya beberapa kali. Namun telpon tak sempat diangkat, karena istrinya tertidur. Mengetahui ada beberapa kali miss call, istrinya berusaha menghubungi Astika.

Bahkan hingga 25 kali. Namun telepon tak kunjung diangkat. Belakangan Emik mengetahui suaminya celaka setelah melihat unggahan di media sosial.

“Om Astika rencananya memang mau pulang jemput istrinya. Rencananya mau diajak ke Gilimanuk, ngasih surprise.

Sampai sekarang istrinya masih syok. Sudah berkali-kali pingsan,” ujar Wiwin Meliana Dewi, salah seorang keponakan korban.

Jauh sebelum kecelakaan terjadi, Astika disebut sempat membeli selembar tikar pandan tak lama setelah Galungan.

Ibu mendiang, Ni Made Putri sempat bertanya-tanya dengan sikap putranya itu. Lantaran belum lama ini Putri sempat mendapati seseorang yang membeli tikar pandan, tak lama kemudian meninggal dunia karena terlibat kecelakaan.

Saat ditanya, mendiang disebut akan menggunakan tikar itu untuk alas tidur. “Katanya beli mau dipakai untuk alas tidur. Biar lebih sejuk. Waktu itu perasaan saya sudah nggak sreg. Tapi biar anak saya tidak beban, saya diam saja,” kata Putri.

Mendiang meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Ketiga anaknya masing-masing Putu Sonia Githa, Made Gilang Arif Permana, dan Ni Luh Putu Ardhi Swandayani.

Kini jenazah korban telah disemayamkan di di Banjar Munduk, Desa Anturan. Jenazah korban akan diupacarai mekingsan ring geni pada Jumat (10/11) mendatang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/