28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:47 AM WIB

Pemerintah Tegaskan Makanan Olahan Babi Masih Aman

DENPASAR – Isu wabah African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian ternak babi di Bali tak berpengaruh terhadap makanan olahan babi.

 

Hal tersebut dilakukan jika Babi dimasak dengan matang sebagaimana dijelaskan oleh Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra dalam kegiatan kampanye “daging babi aman dikonsumsi asalkan diolah melalui proses memasak yang benar”.

 

“Kampanye ini bertujuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mengkonsumsi daging babi di tengah isu adanya virus ASF ini masih tetap aman, asal dagingnya dimasak secara benar, sampai benar-benar matang. Karena virus ini mati jika dimasak dengan temperatur tertentu,” ujarnya di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat (7/2)

 

Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rassa, Ph.D. menyebut Daging babi merupakan sumber protein.

 

“Untuk itu kasus kematian babi di Bali yang terjadi sejak Desember 2019 perlu disikapi,” ujarnya dalam kegiatan itu juga.

 

Lanjutnya, belakangan ini terjadi gejala penyebaran wabah penyakit hewan secara global. Bali yang memiliki populasi ternak babi cukup tinggi harus waspada karena virus ini belum ada obat dan vaksinnya.

 

Tingkatkan kewaspadaan dengan menerapkan standar operasional. “Saya mengapresiasi langkah pengendalian yang berhasil dilaksanakan Daerah Bali,” jelasnya.

  

Ia meminta terapkan bioskuriti pada peternakan rakyat, batasi keluar masuk kandang. Peternak jangan gunakan pakan dari sisa makanan. 

 

Ia juga menegaskan, virus ini tidak menular ke manusia, jadi jangan takut dan khawatir berlebihan. Produk olahan babi aman untuk dikonsumsi.

 

Disisi lain, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si membeberkan dalam sepuluh hari terakhir kematian babi sudah nol.

 

Hal itu menunjukkan bahwa upaya pengendalian yang dilakukan cukup berhasil, namun ia berharap hal itu jangan membuat lengah.

DENPASAR – Isu wabah African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian ternak babi di Bali tak berpengaruh terhadap makanan olahan babi.

 

Hal tersebut dilakukan jika Babi dimasak dengan matang sebagaimana dijelaskan oleh Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra dalam kegiatan kampanye “daging babi aman dikonsumsi asalkan diolah melalui proses memasak yang benar”.

 

“Kampanye ini bertujuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mengkonsumsi daging babi di tengah isu adanya virus ASF ini masih tetap aman, asal dagingnya dimasak secara benar, sampai benar-benar matang. Karena virus ini mati jika dimasak dengan temperatur tertentu,” ujarnya di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat (7/2)

 

Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rassa, Ph.D. menyebut Daging babi merupakan sumber protein.

 

“Untuk itu kasus kematian babi di Bali yang terjadi sejak Desember 2019 perlu disikapi,” ujarnya dalam kegiatan itu juga.

 

Lanjutnya, belakangan ini terjadi gejala penyebaran wabah penyakit hewan secara global. Bali yang memiliki populasi ternak babi cukup tinggi harus waspada karena virus ini belum ada obat dan vaksinnya.

 

Tingkatkan kewaspadaan dengan menerapkan standar operasional. “Saya mengapresiasi langkah pengendalian yang berhasil dilaksanakan Daerah Bali,” jelasnya.

  

Ia meminta terapkan bioskuriti pada peternakan rakyat, batasi keluar masuk kandang. Peternak jangan gunakan pakan dari sisa makanan. 

 

Ia juga menegaskan, virus ini tidak menular ke manusia, jadi jangan takut dan khawatir berlebihan. Produk olahan babi aman untuk dikonsumsi.

 

Disisi lain, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si membeberkan dalam sepuluh hari terakhir kematian babi sudah nol.

 

Hal itu menunjukkan bahwa upaya pengendalian yang dilakukan cukup berhasil, namun ia berharap hal itu jangan membuat lengah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/