27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:58 AM WIB

Setahun Pol PP Amankan 18 ODGJ Tukang Ngamuk, Ini Kata RSJ Bangli…

GIANYAR – Pada 2019 ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gianyar disibukkan dengan penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Berdasar data, petugas Satpol PP sampai 18 kali mengamankan ODGJ dalam setahun ini. Yang diamankan petugas tentunya karena mengamuk.

Kepala Satpol PP Gianyar I Made Watha mengaku, ODGJ yang diamankan itu rata-rata wajah lama. “Yang kami amankan ini 2 per 3 wajah lama. Sudah pernah kami amankan,” ujar Watha.

Kata dia, faktor kesehatan menjadi penentu. “Kebanyakan karena kehabisan obat,” jelas Watha. Mantan Kepala Dinas Sosial Gianyar itu meminta ODGJ rutin meminum obat yang dianjurkan dokter.

“Itu harus rutin. Disamping itu, faktor lingkungan juga jadi penyebabnya,” ujarnya. Untuk penanganan ODGJ itu, pihaknya telah membentuk tim.

“Dinas Kesehatan sebagai ketua, Dinas Sosial dan Satpol PP serta OPD (Organisasi Perangkat Daerah, red) lain sebagai anggotanya,” ujarnya.

Ketika ada laporan ODGJ, terlebih yang mengamuk, maka tim ini ikut turun. Tim lantas mengecek kondisi kesehatannya.

Kemudian, atas rujukan dinas kesehatan, yang bersangkutan bisa dibawa ke RS Jiwa Provinsi Bali di Kabupaten Bangli.

Watha mengimbau supaya pihak keluarga peka terhadap ODGJ. “Keluarga atau penanggungjawabnya untuk ikut menjaga kesehatan ODGJ. Supaya tidak kambuh,” jelasnya.

Dia juga meminta menciptakan lingkungan yang nyaman. “Aspek lainnya, secara niskala (tak terlihat, red), banyak yang perlu diadakan upacara melukat untuk membersihkan diri mereka,” katanya.

Watha menambahkan, selain ODGJ, pihaknya juga mengamankan 3 turis asing yang depresi. Turis tersebut ada yang mengamuk di tempat mereka menginap.

Terakhir, ada yang meresahkan di jalan raya. Turis yang meresahkan tersebut telah dibawa ke Imigrasi Denpasar.

Sementara itu, Direktur RS Jiwa Provinsi Bali dr. Dewa Basudewa menyatakan, ODGJ yang mengamuk karena banyak hal.

Di antaranya karena masalah yang tidak bisa diselesaikan. Pengidap narkoba dan penyandang sakit yang tidak disembuhkan.

“Untuk sakit seperti teroid atau tumor otak bisa merembet sampai membuat orang itu mengamuk. Ayan juga bisa menyebar ke mentalnya,” jelasnya.

Apabila hal tersebut sampai terjadi, ODGJ tidak akan sadarkan diri. “Dia bisa mengamuk tanpa disadarinya,” jelasnya.

Basudewa menambahkan, kasus ODGJ mengamuk pada umumnya karena faktor obat. “Yang terbanyak itu mereka tidak minum obat secara rutin. Obat putu (diminum, red) menjadi penyebab paling banyak,” jelasnya.

Basudewa menganjurkan pihak keluarga bisa mencermati para ODGJ itu. “Tidak hanya dari diri orang itu. Lingkungan keluarga juga memengaruhi.

Misalnya di rumahnya ada masalah yang belum selesai, itu akan ditahan-tahan. Masih banyak yang bully, itu jadi penyebab juga,” ujarnya.

Untuk ODGJ baru, bisa dilihat dari tingkah laku mereka. “Kalau ada yang tadinya periang jadi diam, suka gaul jadi menarik diri. Emosi meledak-ledak, itu jadi gejala awal,” pungkasnya. 

GIANYAR – Pada 2019 ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gianyar disibukkan dengan penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Berdasar data, petugas Satpol PP sampai 18 kali mengamankan ODGJ dalam setahun ini. Yang diamankan petugas tentunya karena mengamuk.

Kepala Satpol PP Gianyar I Made Watha mengaku, ODGJ yang diamankan itu rata-rata wajah lama. “Yang kami amankan ini 2 per 3 wajah lama. Sudah pernah kami amankan,” ujar Watha.

Kata dia, faktor kesehatan menjadi penentu. “Kebanyakan karena kehabisan obat,” jelas Watha. Mantan Kepala Dinas Sosial Gianyar itu meminta ODGJ rutin meminum obat yang dianjurkan dokter.

“Itu harus rutin. Disamping itu, faktor lingkungan juga jadi penyebabnya,” ujarnya. Untuk penanganan ODGJ itu, pihaknya telah membentuk tim.

“Dinas Kesehatan sebagai ketua, Dinas Sosial dan Satpol PP serta OPD (Organisasi Perangkat Daerah, red) lain sebagai anggotanya,” ujarnya.

Ketika ada laporan ODGJ, terlebih yang mengamuk, maka tim ini ikut turun. Tim lantas mengecek kondisi kesehatannya.

Kemudian, atas rujukan dinas kesehatan, yang bersangkutan bisa dibawa ke RS Jiwa Provinsi Bali di Kabupaten Bangli.

Watha mengimbau supaya pihak keluarga peka terhadap ODGJ. “Keluarga atau penanggungjawabnya untuk ikut menjaga kesehatan ODGJ. Supaya tidak kambuh,” jelasnya.

Dia juga meminta menciptakan lingkungan yang nyaman. “Aspek lainnya, secara niskala (tak terlihat, red), banyak yang perlu diadakan upacara melukat untuk membersihkan diri mereka,” katanya.

Watha menambahkan, selain ODGJ, pihaknya juga mengamankan 3 turis asing yang depresi. Turis tersebut ada yang mengamuk di tempat mereka menginap.

Terakhir, ada yang meresahkan di jalan raya. Turis yang meresahkan tersebut telah dibawa ke Imigrasi Denpasar.

Sementara itu, Direktur RS Jiwa Provinsi Bali dr. Dewa Basudewa menyatakan, ODGJ yang mengamuk karena banyak hal.

Di antaranya karena masalah yang tidak bisa diselesaikan. Pengidap narkoba dan penyandang sakit yang tidak disembuhkan.

“Untuk sakit seperti teroid atau tumor otak bisa merembet sampai membuat orang itu mengamuk. Ayan juga bisa menyebar ke mentalnya,” jelasnya.

Apabila hal tersebut sampai terjadi, ODGJ tidak akan sadarkan diri. “Dia bisa mengamuk tanpa disadarinya,” jelasnya.

Basudewa menambahkan, kasus ODGJ mengamuk pada umumnya karena faktor obat. “Yang terbanyak itu mereka tidak minum obat secara rutin. Obat putu (diminum, red) menjadi penyebab paling banyak,” jelasnya.

Basudewa menganjurkan pihak keluarga bisa mencermati para ODGJ itu. “Tidak hanya dari diri orang itu. Lingkungan keluarga juga memengaruhi.

Misalnya di rumahnya ada masalah yang belum selesai, itu akan ditahan-tahan. Masih banyak yang bully, itu jadi penyebab juga,” ujarnya.

Untuk ODGJ baru, bisa dilihat dari tingkah laku mereka. “Kalau ada yang tadinya periang jadi diam, suka gaul jadi menarik diri. Emosi meledak-ledak, itu jadi gejala awal,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/