27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 9:24 AM WIB

Miris, Sungai – sungai Kecil di Pantai Saba Lenyap, Ini Penyebabnya…

GIANYAR – Pembangunan yang terjadi di kawasan pantai Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh menyebabkan sebuah sungai musiman mengering atau lenyap.

Sebuah sungai yang menyambungkan hilir sungai Petanu dan hilir sungai Kutuh di desa itu tidak terlihat lagi sejak 10 tahun terakhir.

Perbekel Saba Gusti Ngurah Mahendradinata, menyatakan wilayah desa Saba, terutama pantai Saba diapit oleh dua sungai besar.

Yakni sungai Petanu di bagian timur dan sungai Kutuh di bagian barat. “Ada bentang pantai 1 kilometer.

Di antara hilir sungai besar ini biasanya ada sungai kecil yang membentang, tapi sudah 10 tahun tidak ada,” ujar Gusti Mahendradinata.

Menurutnya, pembangunan di bagian barat sungai menjadi salah satu penyebab sungai kecil itu lenyap. Sungai tersebut biasanya menjadi pembatas antara garis pasir pantai dengan tegalan warga.

“Sejak ada pembangunan di barat, lahan yang biasa menjadi sungai dadakan ini tidak teraliri air,” ujar Gusti Mahendradinata.

Mahendradinata yang juga merangkap bendesa Saba itu tidak bisa menuding pembangunan menjadi penyebabnya lenyapnya sungai penghubung dua sungai besar itu.

“Karena sungai ini datangnya musiman. Kalau dulu setiap tiga tahunan atau lima tahun, pasti areal ini jadi sungai. Tapi sekarang sudah lama tidak ada sungai di sini,” jelasnya.

Kata dia, apabila ada aliran sungai dadakan di antara dua sungai besar itu, maka lahan warga menjadi subur.

“Di sini pasti subur sekali, apa saja bisa ditanam warga. Bahkan, nelayan tidak perlu melaut, karena bisa menangkap ikap dan yuyu (kepiting, red) di sini. Tapi sekarang sudah lama tidak ada,” ujarnya.

Lenyapnya aliran air juga ditambah fenomena alam menutupi jalur  sungai. Pasir pantai Saba yang terbawa abrasi ombak rupanya menutup jalur sungai kecil tersebut.

Lanjut Mahendradinata, yang terjadi kini adalah kemunculan sampah kiriman. “Pantai Saba ini tidak pernah besih. Karena kami diapit dua sungai besar dengan jarak yang cukup pendek.

Jadi, sampah pasti menumpuk di sini,” ungkapnya. Beruntung, di desa Saba sudah ada komunitas Trash Hero, atau relawan sampah.

“Rutin komunitas di desa kami, bersama warga membersihkan sampah, terutama plastik,” tukasnya. 

GIANYAR – Pembangunan yang terjadi di kawasan pantai Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh menyebabkan sebuah sungai musiman mengering atau lenyap.

Sebuah sungai yang menyambungkan hilir sungai Petanu dan hilir sungai Kutuh di desa itu tidak terlihat lagi sejak 10 tahun terakhir.

Perbekel Saba Gusti Ngurah Mahendradinata, menyatakan wilayah desa Saba, terutama pantai Saba diapit oleh dua sungai besar.

Yakni sungai Petanu di bagian timur dan sungai Kutuh di bagian barat. “Ada bentang pantai 1 kilometer.

Di antara hilir sungai besar ini biasanya ada sungai kecil yang membentang, tapi sudah 10 tahun tidak ada,” ujar Gusti Mahendradinata.

Menurutnya, pembangunan di bagian barat sungai menjadi salah satu penyebab sungai kecil itu lenyap. Sungai tersebut biasanya menjadi pembatas antara garis pasir pantai dengan tegalan warga.

“Sejak ada pembangunan di barat, lahan yang biasa menjadi sungai dadakan ini tidak teraliri air,” ujar Gusti Mahendradinata.

Mahendradinata yang juga merangkap bendesa Saba itu tidak bisa menuding pembangunan menjadi penyebabnya lenyapnya sungai penghubung dua sungai besar itu.

“Karena sungai ini datangnya musiman. Kalau dulu setiap tiga tahunan atau lima tahun, pasti areal ini jadi sungai. Tapi sekarang sudah lama tidak ada sungai di sini,” jelasnya.

Kata dia, apabila ada aliran sungai dadakan di antara dua sungai besar itu, maka lahan warga menjadi subur.

“Di sini pasti subur sekali, apa saja bisa ditanam warga. Bahkan, nelayan tidak perlu melaut, karena bisa menangkap ikap dan yuyu (kepiting, red) di sini. Tapi sekarang sudah lama tidak ada,” ujarnya.

Lenyapnya aliran air juga ditambah fenomena alam menutupi jalur  sungai. Pasir pantai Saba yang terbawa abrasi ombak rupanya menutup jalur sungai kecil tersebut.

Lanjut Mahendradinata, yang terjadi kini adalah kemunculan sampah kiriman. “Pantai Saba ini tidak pernah besih. Karena kami diapit dua sungai besar dengan jarak yang cukup pendek.

Jadi, sampah pasti menumpuk di sini,” ungkapnya. Beruntung, di desa Saba sudah ada komunitas Trash Hero, atau relawan sampah.

“Rutin komunitas di desa kami, bersama warga membersihkan sampah, terutama plastik,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/