31 C
Jakarta
19 April 2024, 12:01 PM WIB

Potong Kerbau; Tradisi Tahunan Warga Pandak Gede Sambut Galungan

TABANAN – Ada tradisi berbeda yang tengah dilakukan sejumlah warga Banjar Pangkung, Desa Pandak Gede, Kediri, Tabanan.

Biasanya umat Hindu di Bali saat perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan lebih identik dengan pemotongan hewan babi.

Namun di Banjar Pangkung, Pandak Gede, tengah sibuk dengan pemotongan seekor kerbau. Kerbau yang akan disembelih dengan berat sekitar 500 kilogram lebih.

“Tradisi menyemblih atau nampah kerbau sudah ada sejak dulu di desa adat kami. Tradisi ini sebagai wujud persembahan saat hari Hari Raya Galungan.

Kemudian juga sebuah tata laksana agar warga menghindari mengonsumsi daging sapi,” ungkap salah satu Ketua Regu nampah kerbau Mangku Sumerta.

Menurut pria berusia 70 tahun ini, proses nampah kerbau sudah dimulai sejak pukul 06.00 pagi dan akan berakhir pada pukul 12.00 siang.

Kemudian daging kerbau yang sudah terpotong selanjutnya akan dibagikan kepada seluruh warga desa.

“Tradisi memotong hewan kerbau hingga saat ini terus dilakukan dan kami akan tetap mempertahankan. Selain itu nampah kerbau salah satu ciri hari Raya Galungan di Desa Pandak Gede.

Karena bagi warga disini, jika tidak memotong hewan kerbau dirasakan tidak merayakan hari Galungan,” papar Mangku Sumerta di lokasi pemotongan hewan kerbau.

Mangku Sumerta menambahkan, tradisi nampah kebo sudah dilakukan secara turun temurun. Bahkan memiliki histori yang konon katanya saat leluhur hendak menggelar upacara yadnya sempat memotong hewan sapi.

Namun, ketika sapi tersebut sudah sembelih, kemudian daging sapi tersebut dibagi dan dimasak sedemikian rupa oleh warga, banyak yang sakit setelah mengonsumsinya.

Mulai dari demam, sakit perut dan lainnya.  Bahkan warga mengalami hal-hal yang aneh. Sehingga saat itu pula proses menyembelih hewan sapi dihentikan.

Warga desa Pandak Gede pun menggantinya dengan memotong hewan kerbau. “Untuk saat ini jumlah warga yang melakukan penyembelihan

hewan kerbau cenderung menurun. Ini lantaran harga kerbau yang kian hari kian mahal. Hewan ini juga sulit diperoleh,” jelasnya.

Pada hari raya Galungan nampah hewan kerbau melibatkan 9 orang warga. Kemudian daging kerbau yang akan dibagikan kepada warga dibagi menjadi 100 tumpukan daging.

“Satu tumpukan daging kerbau harganya Rp 300 ribu seberat 3 kg sampai 4 kg. Disini kami bagikan 100 tumpukan,” ujarnya.

Daging kerbau yang dibagikan kepada warga saat hari Raya Galungan, biasanya akan dijadikan berbagai macam olahan.

Di antaranya dibuat dendeng karbau, tum, lawar, dan dijadikan rawon. Daging kerbau agar tidak berbau amis, maka warga membungkusnya atau ditambahkan dengan daun tengulun.

Biasanya diisi dengan daun tengulun agar tidak amis. “Selain itu daging kerbau juga dijadikan juga sebagai upakara untuk sembahyang,” pungkasnya. 

TABANAN – Ada tradisi berbeda yang tengah dilakukan sejumlah warga Banjar Pangkung, Desa Pandak Gede, Kediri, Tabanan.

Biasanya umat Hindu di Bali saat perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan lebih identik dengan pemotongan hewan babi.

Namun di Banjar Pangkung, Pandak Gede, tengah sibuk dengan pemotongan seekor kerbau. Kerbau yang akan disembelih dengan berat sekitar 500 kilogram lebih.

“Tradisi menyemblih atau nampah kerbau sudah ada sejak dulu di desa adat kami. Tradisi ini sebagai wujud persembahan saat hari Hari Raya Galungan.

Kemudian juga sebuah tata laksana agar warga menghindari mengonsumsi daging sapi,” ungkap salah satu Ketua Regu nampah kerbau Mangku Sumerta.

Menurut pria berusia 70 tahun ini, proses nampah kerbau sudah dimulai sejak pukul 06.00 pagi dan akan berakhir pada pukul 12.00 siang.

Kemudian daging kerbau yang sudah terpotong selanjutnya akan dibagikan kepada seluruh warga desa.

“Tradisi memotong hewan kerbau hingga saat ini terus dilakukan dan kami akan tetap mempertahankan. Selain itu nampah kerbau salah satu ciri hari Raya Galungan di Desa Pandak Gede.

Karena bagi warga disini, jika tidak memotong hewan kerbau dirasakan tidak merayakan hari Galungan,” papar Mangku Sumerta di lokasi pemotongan hewan kerbau.

Mangku Sumerta menambahkan, tradisi nampah kebo sudah dilakukan secara turun temurun. Bahkan memiliki histori yang konon katanya saat leluhur hendak menggelar upacara yadnya sempat memotong hewan sapi.

Namun, ketika sapi tersebut sudah sembelih, kemudian daging sapi tersebut dibagi dan dimasak sedemikian rupa oleh warga, banyak yang sakit setelah mengonsumsinya.

Mulai dari demam, sakit perut dan lainnya.  Bahkan warga mengalami hal-hal yang aneh. Sehingga saat itu pula proses menyembelih hewan sapi dihentikan.

Warga desa Pandak Gede pun menggantinya dengan memotong hewan kerbau. “Untuk saat ini jumlah warga yang melakukan penyembelihan

hewan kerbau cenderung menurun. Ini lantaran harga kerbau yang kian hari kian mahal. Hewan ini juga sulit diperoleh,” jelasnya.

Pada hari raya Galungan nampah hewan kerbau melibatkan 9 orang warga. Kemudian daging kerbau yang akan dibagikan kepada warga dibagi menjadi 100 tumpukan daging.

“Satu tumpukan daging kerbau harganya Rp 300 ribu seberat 3 kg sampai 4 kg. Disini kami bagikan 100 tumpukan,” ujarnya.

Daging kerbau yang dibagikan kepada warga saat hari Raya Galungan, biasanya akan dijadikan berbagai macam olahan.

Di antaranya dibuat dendeng karbau, tum, lawar, dan dijadikan rawon. Daging kerbau agar tidak berbau amis, maka warga membungkusnya atau ditambahkan dengan daun tengulun.

Biasanya diisi dengan daun tengulun agar tidak amis. “Selain itu daging kerbau juga dijadikan juga sebagai upakara untuk sembahyang,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/