DENPASAR, Radar Bali-Fuel Terminal Sanggaran melalui program CSR tanggap bencana menggelar simulasi bencana tsunami. Kegiatan yang digelar di Pulau Serangan Denpasar Selatan, Senin (3/10/2022) itu diikuti oleh ratusan orang dari unsur siswa SD dan SMP himgg pecalang setempat.
Fuel Terminal Manager Sanggaran, Firman Nugroho, di lokasi simulasi mengatakan, pulau Serangan Denpasar Selatan bersinggungan langsung dengan pantai. Khususnya Bali Selatan. Dengan demikian, Pulau Serangan menjadi salah satu kawasan yang berpotensi tinggi jika tsunami melanda.
“Potensi ancaman tsunaminya cukup tinggi, sehingga perlu program kesiapsiagaan bencana. Kami berkomitmen melakukan program tanggap bencana kategori mitigasi bencana dengan membentuk program Desdatana (Desa Adat Tangguh Bencana),” katanya kepada awak media.
Menurutnya, kegiatan simulasi ini pada tahun 2022 berfokus pada sekolah-sekolah yang ada di Serangan. Hal itu karena siswa atau anak sekolah menajdi salah satu kelompok yang perlu mendapat bimbingan dan lengawasan khusus terkait keselamatan saat bencana melanda.
Hal itu kemudian menjadi salah satu pertimbangan kenapa ratusan siswa sekolah dasar dan SMP diikutsertakan dalam simulasi itu. Simulasi dimulai di titik pertama di sekolah. Lalu proses evakuasi dilakukan ke gedung setinggi 12 MDPL.
Pada kesempatan yang sama, I Wayan Karma selaku Lurah Serangan mengatakan gedung evakuasi sendiri terletak di lingkungan Banjar Kaja, Serangan, Denpasar Selatan. Untuk pemeliharaannya oleh BPBD kota Denpasar.
“Respon masyatakat sangat positif. Cuma masyarakat mengatakan perlu dilibatkan. Tadi ada yang tanya. Ya kali ini untuk khusus sisa SD dan SMP saja dulu. Ke depannya masyarakat umum dilibatkan. Mudah-mudahan dari Pertamina berkesinambungan sehingga berikutnya melibatkanan masyarakat umum,” ujarnya.
Dijelaskannya, jumalah masyarakat di Pulau Serangan kurang lebih 4.000 jiwa. Sedangkan kapasitas gedung evakuasi hanya sekitar 3.000. Kendati demikian, jika suatu saat ada peristiwa tsunami, warga lainnya bisa mengevakuasi diri ke rumah-rumah warga yang sudah lebih dari satu lantai.
“Kami bekerjasama dengan masyarakat yang memiliki rumah tingkat sehingga bisa menampung sisanya. Bagi masyarakat yang bisa membangun rumah tingkat agar bisa dimanfaatkan nantinya kalu ada gempa yang berpotensi tsunami. Sejauh ini ada 35 persen yang punya rumah tingkat. Meski kita tidak tau kapan itu akan terjadi. Tapi kita tetap harus antisipasi,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Denpasar, Ida Bagus Joni Ariwibawa menjelaskan, simulasi ini dilakukan agar para siswa sekolah dasar dan menengah pertama di pulau serangga bisa paham bagaimana harus menyelamatkan diri jika ada tsunami.
“Idealnya latihan seperti ini minimal setahun sekali. Tapi kalau lebih dari itu akan makin lebih bagus sekali. Tempat kita memadai. Dan kita hanya mencari tambahan tempat alternatif. Jarak dari sekolah ke tempat evakuasi adalah 7 menit. Dan golden Time kita 12 menit. Alaram tsunami di serangan ada satu. Suaranya lebih jauh dan panjang dan terdengar seluruh Serangan,” tandasnya. (Marsellus Nabunome Pampur)