DENPASAR – Seorang warga di Denpasar dilaporkan mendatangi RSUP Sanglah karena mengalami sakit, Senin (2/3) lalu.
Warga yang disembunyikan identitas ini datang untuk memeriksakan diri karena merasa sakit setelah pulang dari Malaysia.
Yang menarik, warga tersebut hanya diperiksa dan kemudian disuruh pulang. Pesan dokter RSUP Sanglah, warga tersebut diminta untuk tidak berkeliaran. Alias mengisolasi diri sendiri.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya justru menyebut hal ini sesuai dengan SOP dalam penanganan kasus corona.
“Untuk SOP, pertama tentu lihat riwayat perjalanan warga tersebut. Kedua baru melihat gelaja klinis, apakah mengalami batuk, demam, sesak dan pilek,” ujar dr Ketut Suarjaya.
Suarjaya menyebut dari hasil tersebut, maka dokter yang memeriksaan punya hak untuk menentukan apakah pasien tersebut ditangani lebih lanjut atau tidak.
“Nanti kan di cek di rumah sakit. Dengan rongent dan lainnya. Jika dokter menyebut ada indikasi, baru di cek lab dan itu gratis,” sebutnya.
Selanjutnya, hasil pemeriksaan dibawa ke lab yang ada di Jakarta. Lama menunggu selama dua hari untuk mengetahui hasilnya.
Lalu bagaimana dengan kasus warga yang disuruh pulang untuk isolasi diri sendiri usai sakit dan pulang dari Malaysia?
Apalagi, pasien itu dipulangkan dokter tanpa dicek lab, padahal memiliki riwayat perjalanan dan gejala klinis mirip corona?
“Mungkin dokter sudah paham. Apakah orang ini mengarah ke suspect corona atau tidak. Kalau dianggao nggak ada gejala, dokter ya suruh pulang,” terangnya.
Tentu, kata dia, dokter juga menyarankan kepada warga tersebut untuk tidak kemana-mana selama 14 hari kedepan. Jika merasa gejala yang timbul kembali, maka wajib kembali ke rumah sakit.
“Kalau dia ada gejala yang mengarah ke corona selama 14 hari ya kembali ke rumah sakit. Nanti dokter yang menentukan.
Apalagi dia punya riwayat ke Malaysia yang juga terdampak. Tapi kalau memang flu biasa nggak perlu di rawat,”tutupnya.