26.7 C
Jakarta
27 April 2024, 6:50 AM WIB

DLHK Badung Bakal Tata Tukad Mati Legian, Begini Penampakannya…

MANGUPURA – Kawasan sungai Tukad Mati yang berada di Kelurahan Legian, Kuta kerap dikeluhkan. Pasalnya, ketika hujan air meluap, kotor dna mengeluarkan bau tak sedap.

Melihat kondisi ini, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung mewacanakan melakukan penataan di bantara tukad mati dengan konsep Taman Tabebuya Legian.

Kepala DLHK Badung, Putu Eka Merthawan mengakui,  penataan bantaran tukad mati ini akan dilakukan sepanjang 2,6 kilometer.

Pihaknya juga akan berkolaborasi dengan pihak Kelurahan Legian dan juga Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Legian pada penataan sungai tersebut.

“Bukan hanya pembangunan fisik saja yang dilakukan tapi juga bisa membuat sungai yang sering dikeluhkan karena banjir,

kotor, dan bau, bisa menjadi bersih dan menjadi lokasi rekreasi yang indah, icon baru kelurahan Legian,” terang Eka Merthawan.

Kata dia, pada penataan taman tersebut akan menanam sebanyak 500 pohon Tabebuya (Chrysotricha ) di kanan dan kiri bantaran sungai.

Pohon Tabebuya yang akan ditanam  dipilih yang berwarna putih dan merah muda. Pohon ini juga diperkirakan akan berbunga dua kali setahun, yaitu pada bulan Februari dan September.

“Jadi, itulah merupakan daya tariknya Tukad Mati. Ini akan diajukan pada anggaran perubahan 2019 sebesar Rp 800 juta rupiah, untuk pohon Tabebuya, patung, taman, pot dan lighting,” ungkapnya.

Lurah Legian, Made Madia Surya Natha mendukung rencana penataan bantaran Tukad Mati ini. Karena ini merupakan keinginan masyarakat Legian agar Tukad Mati ini bisa menjadi ikon baru pariwisata minimal untuk warga lokal, dan Bali pada umumnya.

Pihaknya berharap rencana ini agar segera di realisaikan. Terkait dengan nama taman pihakya mengusulkan bernama Taman Giri Tabebuya.

“Tetang keberadaan tukad mati ini, tahun 2019 kami harapkan senderan sudah selesai ditata, sedimentasi sudah dikeruk dan taman juga sudah selesai. Mudah-mudahan ini bisa menjadi objek wisata baru minimal untuk masyarakat lokal,” ungkapnya.

Begitu juga Ketua LPM Legian, Ketut Sudana menyebutkan, selama ini, kawasan Tukad Mati memang benar-benar terkesan mati.

Pihaknya berharap setelah ada kolaborasi antara DLHK, Lurah Legian dan LPM Legian bersama tokoh masyarakat, suasana Tukad Mati bisa lebih hidup.

Mudah mudahan itu bisa segera terrealisasi sehingga bisa menjadi ikon baru di kelurahan Legian.

“Sehingga untuk jangka panjnag bisa dinikmati oleh masyarakat Legian bahkan masyarakat Bali. Untuk meintenance kedepannya,

kami akan menggerakkan Legian Bisnis Association (LBA) untuk ikut mendukung melalui program CSR nya,”pungkasnya. 

MANGUPURA – Kawasan sungai Tukad Mati yang berada di Kelurahan Legian, Kuta kerap dikeluhkan. Pasalnya, ketika hujan air meluap, kotor dna mengeluarkan bau tak sedap.

Melihat kondisi ini, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung mewacanakan melakukan penataan di bantara tukad mati dengan konsep Taman Tabebuya Legian.

Kepala DLHK Badung, Putu Eka Merthawan mengakui,  penataan bantaran tukad mati ini akan dilakukan sepanjang 2,6 kilometer.

Pihaknya juga akan berkolaborasi dengan pihak Kelurahan Legian dan juga Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Legian pada penataan sungai tersebut.

“Bukan hanya pembangunan fisik saja yang dilakukan tapi juga bisa membuat sungai yang sering dikeluhkan karena banjir,

kotor, dan bau, bisa menjadi bersih dan menjadi lokasi rekreasi yang indah, icon baru kelurahan Legian,” terang Eka Merthawan.

Kata dia, pada penataan taman tersebut akan menanam sebanyak 500 pohon Tabebuya (Chrysotricha ) di kanan dan kiri bantaran sungai.

Pohon Tabebuya yang akan ditanam  dipilih yang berwarna putih dan merah muda. Pohon ini juga diperkirakan akan berbunga dua kali setahun, yaitu pada bulan Februari dan September.

“Jadi, itulah merupakan daya tariknya Tukad Mati. Ini akan diajukan pada anggaran perubahan 2019 sebesar Rp 800 juta rupiah, untuk pohon Tabebuya, patung, taman, pot dan lighting,” ungkapnya.

Lurah Legian, Made Madia Surya Natha mendukung rencana penataan bantaran Tukad Mati ini. Karena ini merupakan keinginan masyarakat Legian agar Tukad Mati ini bisa menjadi ikon baru pariwisata minimal untuk warga lokal, dan Bali pada umumnya.

Pihaknya berharap rencana ini agar segera di realisaikan. Terkait dengan nama taman pihakya mengusulkan bernama Taman Giri Tabebuya.

“Tetang keberadaan tukad mati ini, tahun 2019 kami harapkan senderan sudah selesai ditata, sedimentasi sudah dikeruk dan taman juga sudah selesai. Mudah-mudahan ini bisa menjadi objek wisata baru minimal untuk masyarakat lokal,” ungkapnya.

Begitu juga Ketua LPM Legian, Ketut Sudana menyebutkan, selama ini, kawasan Tukad Mati memang benar-benar terkesan mati.

Pihaknya berharap setelah ada kolaborasi antara DLHK, Lurah Legian dan LPM Legian bersama tokoh masyarakat, suasana Tukad Mati bisa lebih hidup.

Mudah mudahan itu bisa segera terrealisasi sehingga bisa menjadi ikon baru di kelurahan Legian.

“Sehingga untuk jangka panjnag bisa dinikmati oleh masyarakat Legian bahkan masyarakat Bali. Untuk meintenance kedepannya,

kami akan menggerakkan Legian Bisnis Association (LBA) untuk ikut mendukung melalui program CSR nya,”pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/