KUTA, radarbali.id- Politeknik Pariwisata Bali siap mencetak sarjana yang tahan banting di segala situasi dan kondisi. Berdiri sejak 1978 di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Poltekpar Pariwisata Bali membuktikan diri tanggap perkembangan zaman. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk expo entrepreneurship pameran usaha tenant mahasiswa Batch VII STPreneur di Lippo Mall, Jalan Kartika Plaza Kuta Jumat, 3 Juni 2022 hingga Minggu, 5 Juni 2022.
Program Unit Kewirausahaan dan Bimbingan Karier Poltekpar Pariwisata Bali ini terdiri atas 10 tenant inkubator bisnis, yakni Jaan Coffee (kopi), Filosofi Pedas (snack ringan), Pandylicious (cake/desert box), Loop Fruit (aneka buah kering), Earth Based Papertown (kriya), Reborn Project (mocktail/beverage), Seventyone (babi panggang Karo), Shanika (fashion dan kriya), BeUcake (aneka olahan buah pisang), dan Jaro: Angkringan Kekinian (kuliner).
Direktur Poltekpar Bali, Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes. mengatakan sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Poltekpar Bali melalui kebijakan Menparekraf RI dituntut untuk menghasilkan wirusahawan di kalangan alumni sebanyak 30 persen.
Tema “Crafting The Business Architecture” dalam Batch VII Stpreneur Expo 2022, Politeknik Pariwisata Bali tegas Putu Puja diusung menyikapi tuntutan yang semakin responsif terhadap perkembangan zaman.
“Oleh sebab itu pelatihan kewirausahaan yang terarah dan lebih intensif dibutuhkan untuk menjaring tenant-tenant Poltekpar Bali. Kemudian tenant-tenant ini masuk proses inkubasi di Inkubator Bisnis Politeknik Pariwisata Bali #stpreneuer. Salah satu program kegiatan dalam rangkaian proses inkubasi bisnis adalah melakukan pameran produk dari tenant-tenant yang tergabung dalam inkubator bisnis Poltekpar Bali,” ungkap Putu Puja.
Batch VII Stpreneur Expo 2022 Poltekpar Bali rincinya memiliki 4 tujuan utama. Pertama, memberikan kesempatan kepada tenat-tenant inkubator bisnis #stprneur Poltekpar Bali untuk memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat luas sekaligus melakukan validasi pasar terhadap produk mereka. Kedua, melatih mahasiswa untuk berani dan percaya diri untuk bertemu langsung dengan pelanggan. Ketiga, melatih mahasiswa untuk mempersiapkan diri dan produknya untuk siap diluncurkan ke pasar. Keempat, memberikan pengetahuan kewirausahaan kepada para tenant dan masyarakat umum melalui kegiatan talkshow bersama para pengusaha.
“Bentuk kegiatan ini adalah Fullday Expo selama 3 hari yang diselingi dengan kegiatan talkshow dan hiburan,” terang Putu Puja sembari menyebut kegiatan serupa sebelumnya telah mengantarkan sejumlah lulusan Poltekpar Bali menjadi entrepreneur andal dan teruji di masa pandemi Covid-19.
Kepala Unit Kewirausahaan dan Bimbingan Karier Poltekpar Bali, I Putu Esa Widaharthana, SE., M.Sc. mengatakan pelatihan kewirausahaan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan wirausaha. Pelatihan entrepreneurship adalah kunci pengembangan usaha untuk mampu merencanakan, menciptakan, dan melaksanakan satu program kegiatan usaha.
Ungkapnya inovasi dan kreasi akan berbuah menjadi kepuasan dan kesejahteraan. Di luar itu dapat pula mengurangi jumlah pengangguran, menciptakan lapangan kerja, dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan serta keterpurukan ekonomis. “Lebih jauh lagi dan politis, meningkatkan harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat,” pungkas Esa.
Dalam ranah pendidikan, khususnya di Poltekpar Bali, pelatihan kewirausahaan ini penting mengingat tuntutan zaman menuntut SDM yang tidak hanya terampil dari aspek intelektual, melainkan juga harus memiliki keterampilan untuk berkreasi dan menjadi entrepreneurship.
“Artinya tidak hanya lulusan yang siap memasuki lapangan kerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan kerja. Saat ini banyak entrepreneur muda yang kreatif. Mereka jeli menangkap peluang menjawab kebutuhan komunitas kampus yang sebelumnya bisnis tersebut belum ada,” tandas Esa.
Ditambahkannya kewirausahaan bisa tumbuh juga dari semangat mengambil risiko tanpa takut, bukan hanya lewat pendidikan khusus kewirausahaan atau manajemen. Modal utama seorang entrepreneur bukanlah hanya uang, melainkan kreativitas dan mampu melihat peluang pasar. Sedikit berbeda dengan pedagang kewirausahaan menciptakan dan menawarkan nilai, sementara jiwa dagang hanya menawarkan transfer nilai sebuah produk.
“Pendidikan kewirausahaan berperan penting untuk mengembangkan daya kreasi. Bila seorang tidak punya jiwa kewirausahaan, maka dengan gampang terjerumus pada sikap mental terjajah karena sejak awal pun bangsa ini terbelenggu tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Melalui kewirausahaan sebenarnya anugerah alam raya Indonesia bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa,” tegasnya. (rba/ken)