26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:02 AM WIB

Selain Merdeka, Ini Tuntutan Lain Mahasiswa Papua saat Demo di Bali

DENPASAR – Puluhan orang dari Ikatan Mahasiswa dan Masyarakat Papua (Immapa Bali) menggelar aksi demonstrasi di Bundaran Plaza Renon, Jumat (6/9) pagi sekitar pukul 10.00.

Dalam aksinya mereka menuntut Papua merdeka dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, mereka juga mempunyai beberapa tuntutan lain. 

Setidaknya ada delapan tuntutan yang mereka suarakan dalam aksi tersebut. Yang pertama, mereka menuntut agar dihentikan

diskriminasi rasial dan represifitas oleh militer dan ormas reaksioner terhadap mahasiswa dan rakyat Bangsa Papua secara umum.

Yang kedua, berikan kebebasan bagi Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri atau referendum sebagai alternatif untuk terbebas dari rasisme, pelanggaran HAM, dan seluruh penindasan di atas Tanah Papua.

Ketiga, tarik militer organik dan nonorganik dari seluruh tanah Papua. Keempat, hentikan pemblokiran dan buka akses internet di Papua.

Kelima, buka akses bagi jurnalis lokal, nasional dan internasional untuk masuk dan meliput di Papua. Keenam, usut tuntas dan adili pelaku penembakan yang mengakibatkan delapan orang meninggal di Deiyai Papua.

Ketujuh, bebaskan tanpa syarat 6 orang Papua yang ditangkap saat menggelar aksi di Jakarta beberapa waktu lalu. Dan, yang terakhir adalan hentikan pembungkaman ruang demokrasi. 

Joice Uropdana selaku juru bicara aksi mengatakan saat ini kondisi di Papua sudah mulai kondusif.

“Kondisinya sudah membaik. Tapi, militer masih dikirim dan beberapa kawan-kawan kami di Bali dan beberapa kota di Indonesia yang mau balik ke Papua dihalang-halangi oleh pihak kepolisian,” katanya. 

Saat ditantanya apakah pihaknya tetap ngotot ingin referendum, Joice mengaku tetap kukuh ingin merdeka.

“Ya, orang Papua turun jalan bawa Bintang kejora. Merdeka dari kemiskinan, kebodohan itu sudah lama, Otsus (Otonomi Khusus) dikasih  20 tahun tidak pernah ada perubahan.

Kami turun ke jalan bukan dukung pihak-pihak ini, kami minta Merdeka, berikan kedaulatan atas bangsa Papua yang telah diambil dan telah dianeksasi pada 1 Mei 1963, itu saja,” tandasnya. 

DENPASAR – Puluhan orang dari Ikatan Mahasiswa dan Masyarakat Papua (Immapa Bali) menggelar aksi demonstrasi di Bundaran Plaza Renon, Jumat (6/9) pagi sekitar pukul 10.00.

Dalam aksinya mereka menuntut Papua merdeka dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, mereka juga mempunyai beberapa tuntutan lain. 

Setidaknya ada delapan tuntutan yang mereka suarakan dalam aksi tersebut. Yang pertama, mereka menuntut agar dihentikan

diskriminasi rasial dan represifitas oleh militer dan ormas reaksioner terhadap mahasiswa dan rakyat Bangsa Papua secara umum.

Yang kedua, berikan kebebasan bagi Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri atau referendum sebagai alternatif untuk terbebas dari rasisme, pelanggaran HAM, dan seluruh penindasan di atas Tanah Papua.

Ketiga, tarik militer organik dan nonorganik dari seluruh tanah Papua. Keempat, hentikan pemblokiran dan buka akses internet di Papua.

Kelima, buka akses bagi jurnalis lokal, nasional dan internasional untuk masuk dan meliput di Papua. Keenam, usut tuntas dan adili pelaku penembakan yang mengakibatkan delapan orang meninggal di Deiyai Papua.

Ketujuh, bebaskan tanpa syarat 6 orang Papua yang ditangkap saat menggelar aksi di Jakarta beberapa waktu lalu. Dan, yang terakhir adalan hentikan pembungkaman ruang demokrasi. 

Joice Uropdana selaku juru bicara aksi mengatakan saat ini kondisi di Papua sudah mulai kondusif.

“Kondisinya sudah membaik. Tapi, militer masih dikirim dan beberapa kawan-kawan kami di Bali dan beberapa kota di Indonesia yang mau balik ke Papua dihalang-halangi oleh pihak kepolisian,” katanya. 

Saat ditantanya apakah pihaknya tetap ngotot ingin referendum, Joice mengaku tetap kukuh ingin merdeka.

“Ya, orang Papua turun jalan bawa Bintang kejora. Merdeka dari kemiskinan, kebodohan itu sudah lama, Otsus (Otonomi Khusus) dikasih  20 tahun tidak pernah ada perubahan.

Kami turun ke jalan bukan dukung pihak-pihak ini, kami minta Merdeka, berikan kedaulatan atas bangsa Papua yang telah diambil dan telah dianeksasi pada 1 Mei 1963, itu saja,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/