29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:47 AM WIB

Transmisi Lokal Melejit,Pelaku Perjalanan Dalam Negeri Wajib Karantina

 

DENPASAR – Pekerjaan rumah Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Coronavirus Disease (Covid-19) Provinsi Bali kian bertambah.

Meski Ketua Harian GTPP Covid-19 Bali Dewa Made Indra tak henti-hentinya mengintruksikan agar masyarakat bersatu padu menguatkan disiplin dan menerapkan protokol pencegahan Covid-19, jumlah kumulatif pasien positif terus melonjak.

Puncaknya terjadi Sabtu (6/6) kemarin. Dalam sehari terdata 33 kasus baru. Terdiri atas 2 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI), 12 orang imported case Indonesia, 17 orang transmisi lokal, dan 2 WNA.

Ironisnya, dalam kondisi transmisi lokal penularan Covid-19 terus melonjak dan secara komulatif kini berjumlah 263 kasus, masyarakat Bali justru terkesan pasrah.

Keluar atau diam di rumah jadi pilihan yang sama-sama sulit karena tekanan kebutuhan ekonomi. Akibatnya, kemacetan mulai bermunculan di sejumlah titik di Kota Denpasar dan Badung.

Sejumlah objek wisata di Legian, Kuta juga jadi pilihan masyarakat untuk melepas stres. Kondisi ini menjadi kecemasan tersendiri bagi warga masyarakat Legian, Kuta, Badung.

Di satu sisi warga lokal bosan tinggal di rumah. Di sisi lain, pintu masuk ke Bali mudah dijebol hanya bermodal rapid tes yang akurasinya meragukan.

“Ada perbedaan perlakuan antara Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan warga yang masuk lewat pelabuhan.

Kalau PMI dikarantina 14 hari, saya pikir idealnya pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) yang masuk lewat Pelabuhan Gilimanuk, Bandara Ngurah Rai, dan pintu masuk lainnya juga dikarantina.

PMI kan juga menunjukkan surat keterangan sehat, bebas corona. Kok perlakuannya bisa berbeda?” ucap Kelian Suka Duka Banjar Legian Kaja I Made Sada, Minggu (7/6).

Terkait rencana dibukanya sejumlah objek wisata, khususnya pantai, sang kelian mengatakan Lapangan Niti Mandala Renon sudah ramai.

“Saya pikir pantai bisa dibuka. Yang penting warga disiplin dan memperhatikan protokol kesehatan. Jujur, saya pribadi yang hidup dari kecil di pantai merasa sakit karena sudah lama tidak berolahraga di pantai,” ungkap pria yang akrab disapa Sada Dego itu.

Namun, dirinya berharap bila akses pantai dibuka, pemerintah kabupaten Badung harus terlebih dahulu melengkapi para petugas, khusus pecalang dengan Alat Perlindungan Diri (APD lengkap.

Termasuk melakukan tes Swab dan PCR massal gratis bagi pecalang. “Kami masyarakat adat, khususnya di Legian Kaja berharap pemerintah yang saat ini sudah bekerja keras

segera membuat SOP dan protap. Jadi, kami akan siap dan tidak bingung seandainya objek wisata, khususnya pantai di Kuta dibuka. Saya yakin bila dibuka, banyak warga lokal akan ke pantai. Kami sudah stres, Pak,” tuturnya.

Bila duktang juga dikarantina, terang Made Sada, tak ada alasan pemerintah menutup pantai dan objek vital lainnya lama-lama.

“Syukur sekarang musim layangan. Secara tidak langsung warga bisa melepas stres dengan bermain layangan. Kalau tidak ada hiburan, tentu akan banyak warga yang stres, depresi, dan sakit,” tutupnya. 

 

DENPASAR – Pekerjaan rumah Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Coronavirus Disease (Covid-19) Provinsi Bali kian bertambah.

Meski Ketua Harian GTPP Covid-19 Bali Dewa Made Indra tak henti-hentinya mengintruksikan agar masyarakat bersatu padu menguatkan disiplin dan menerapkan protokol pencegahan Covid-19, jumlah kumulatif pasien positif terus melonjak.

Puncaknya terjadi Sabtu (6/6) kemarin. Dalam sehari terdata 33 kasus baru. Terdiri atas 2 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI), 12 orang imported case Indonesia, 17 orang transmisi lokal, dan 2 WNA.

Ironisnya, dalam kondisi transmisi lokal penularan Covid-19 terus melonjak dan secara komulatif kini berjumlah 263 kasus, masyarakat Bali justru terkesan pasrah.

Keluar atau diam di rumah jadi pilihan yang sama-sama sulit karena tekanan kebutuhan ekonomi. Akibatnya, kemacetan mulai bermunculan di sejumlah titik di Kota Denpasar dan Badung.

Sejumlah objek wisata di Legian, Kuta juga jadi pilihan masyarakat untuk melepas stres. Kondisi ini menjadi kecemasan tersendiri bagi warga masyarakat Legian, Kuta, Badung.

Di satu sisi warga lokal bosan tinggal di rumah. Di sisi lain, pintu masuk ke Bali mudah dijebol hanya bermodal rapid tes yang akurasinya meragukan.

“Ada perbedaan perlakuan antara Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan warga yang masuk lewat pelabuhan.

Kalau PMI dikarantina 14 hari, saya pikir idealnya pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) yang masuk lewat Pelabuhan Gilimanuk, Bandara Ngurah Rai, dan pintu masuk lainnya juga dikarantina.

PMI kan juga menunjukkan surat keterangan sehat, bebas corona. Kok perlakuannya bisa berbeda?” ucap Kelian Suka Duka Banjar Legian Kaja I Made Sada, Minggu (7/6).

Terkait rencana dibukanya sejumlah objek wisata, khususnya pantai, sang kelian mengatakan Lapangan Niti Mandala Renon sudah ramai.

“Saya pikir pantai bisa dibuka. Yang penting warga disiplin dan memperhatikan protokol kesehatan. Jujur, saya pribadi yang hidup dari kecil di pantai merasa sakit karena sudah lama tidak berolahraga di pantai,” ungkap pria yang akrab disapa Sada Dego itu.

Namun, dirinya berharap bila akses pantai dibuka, pemerintah kabupaten Badung harus terlebih dahulu melengkapi para petugas, khusus pecalang dengan Alat Perlindungan Diri (APD lengkap.

Termasuk melakukan tes Swab dan PCR massal gratis bagi pecalang. “Kami masyarakat adat, khususnya di Legian Kaja berharap pemerintah yang saat ini sudah bekerja keras

segera membuat SOP dan protap. Jadi, kami akan siap dan tidak bingung seandainya objek wisata, khususnya pantai di Kuta dibuka. Saya yakin bila dibuka, banyak warga lokal akan ke pantai. Kami sudah stres, Pak,” tuturnya.

Bila duktang juga dikarantina, terang Made Sada, tak ada alasan pemerintah menutup pantai dan objek vital lainnya lama-lama.

“Syukur sekarang musim layangan. Secara tidak langsung warga bisa melepas stres dengan bermain layangan. Kalau tidak ada hiburan, tentu akan banyak warga yang stres, depresi, dan sakit,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/