33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:00 PM WIB

Kota Denpasar Masuk Zona Merah Covid-19, Ini Kata IDI Denpasar

DENPASAR – Berdasar data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid 19 Bali, Kota Denpasar menyumbang kasus positif corona tertinggi di Bali.

Kondisi ini memberikan rasa khawatir di masyarakat. Namun demikian, masyarakat diminta tidak langsung menyimpulkan bahwa penyebaran Covid-19 di Kota Denpasar tidak terkendali.

Hal ini dikarenakan wilayah yang terdapat pasien positif Covid-19 sudah langsung diisolasi oleh Satgas Desa/Kelurahan.

Kendati wilayah desa berwarna merah, bukan berarti seluruh wilayahnya terjangkit, melainkan hanya titik tertentu dan sudah langsung di tracing serta diisolasi

Fakta itu diungkap Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Denpasar dr. IGA Ngurah Anom, MARS di Denpasar, Rabu (8/7).

Menurut dr. IGA Ngurah Anom, kondisi ini wajar bila hanya melihat angka dan membandingkan angka tersebut dengan wilayah sekitar.

Meningkatnya kasus positif secara signifikan merupakan akibat terdeteksinya kasus positif berkat kebijakan tes swab yang dilakukan secara masif.

Dimana, tes secara masif ini berkaitan dengan upaya untuk  mengendalikan penyebaran covid-19 di Denpasar.

“Dengan diketahui siapa yang positif covid, maka akan diketahui juga siapa siapa yang (dicurigai) berpotensi akan terkena ataupun menularkan covid (OTG, ODP, dan PDP) melalui tracking kontak.

Jadi, langkah yang diambil Pemkot Denpasar dalam menangani Covid-19 sudah benar, yakni melakukan test secara masif dan tracing secara agresif,

namun hal ini harus dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat di masyarakat,” jelasnya

Pihaknya menjelaskan bahwa keberhasilan tracking dan kejujuran orang yang positif akan menentukan terkendali atau tidaknya penyebaran Covid-19 di Denpasar.

Kasus positif yang diketahui rekam jejaknya akan mempermudah penanganan sehingga penyebarannya dapat dikendalikan demikian pula sebaliknya.

“Terjadinya kasus positif yang tidak diketahui sumbernya, besar kemungkinan dapat terjadi akibat kurang maksimalnya kinerja dalam mentracking yang

juga dipengaruhi oleh ketidakjujuran orang yang positif dalam memberikan keterangan, jadi kejujuran masyarakat sangatlah penting,” ujarnya

Terhadap kasus positif yang tidak diketahui sumbernya, dr. Anom menegaskan, bahwa hal ini perlu mendapat perhatian lebih karena memiliki potensi penyebaran covid yang tidak dapat dikendalikan.

“Kami sarankan jika masih ada kasus positif yang belum ditemukan sumber penyebaranya, agar melaksanakan karantina wilayah, karena sejauh ini karantina wilayah

menjadi alternatif terbaik untuk memutuskan kasus dengan kondisi pasien positif yang tidak diketahui sumbernya,” pungkas dr. Anom.

DENPASAR – Berdasar data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid 19 Bali, Kota Denpasar menyumbang kasus positif corona tertinggi di Bali.

Kondisi ini memberikan rasa khawatir di masyarakat. Namun demikian, masyarakat diminta tidak langsung menyimpulkan bahwa penyebaran Covid-19 di Kota Denpasar tidak terkendali.

Hal ini dikarenakan wilayah yang terdapat pasien positif Covid-19 sudah langsung diisolasi oleh Satgas Desa/Kelurahan.

Kendati wilayah desa berwarna merah, bukan berarti seluruh wilayahnya terjangkit, melainkan hanya titik tertentu dan sudah langsung di tracing serta diisolasi

Fakta itu diungkap Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Denpasar dr. IGA Ngurah Anom, MARS di Denpasar, Rabu (8/7).

Menurut dr. IGA Ngurah Anom, kondisi ini wajar bila hanya melihat angka dan membandingkan angka tersebut dengan wilayah sekitar.

Meningkatnya kasus positif secara signifikan merupakan akibat terdeteksinya kasus positif berkat kebijakan tes swab yang dilakukan secara masif.

Dimana, tes secara masif ini berkaitan dengan upaya untuk  mengendalikan penyebaran covid-19 di Denpasar.

“Dengan diketahui siapa yang positif covid, maka akan diketahui juga siapa siapa yang (dicurigai) berpotensi akan terkena ataupun menularkan covid (OTG, ODP, dan PDP) melalui tracking kontak.

Jadi, langkah yang diambil Pemkot Denpasar dalam menangani Covid-19 sudah benar, yakni melakukan test secara masif dan tracing secara agresif,

namun hal ini harus dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat di masyarakat,” jelasnya

Pihaknya menjelaskan bahwa keberhasilan tracking dan kejujuran orang yang positif akan menentukan terkendali atau tidaknya penyebaran Covid-19 di Denpasar.

Kasus positif yang diketahui rekam jejaknya akan mempermudah penanganan sehingga penyebarannya dapat dikendalikan demikian pula sebaliknya.

“Terjadinya kasus positif yang tidak diketahui sumbernya, besar kemungkinan dapat terjadi akibat kurang maksimalnya kinerja dalam mentracking yang

juga dipengaruhi oleh ketidakjujuran orang yang positif dalam memberikan keterangan, jadi kejujuran masyarakat sangatlah penting,” ujarnya

Terhadap kasus positif yang tidak diketahui sumbernya, dr. Anom menegaskan, bahwa hal ini perlu mendapat perhatian lebih karena memiliki potensi penyebaran covid yang tidak dapat dikendalikan.

“Kami sarankan jika masih ada kasus positif yang belum ditemukan sumber penyebaranya, agar melaksanakan karantina wilayah, karena sejauh ini karantina wilayah

menjadi alternatif terbaik untuk memutuskan kasus dengan kondisi pasien positif yang tidak diketahui sumbernya,” pungkas dr. Anom.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/