26.7 C
Jakarta
25 November 2024, 1:18 AM WIB

Jika Ada Gempa Besar di Selatan Bali, Maka Berpotensi Tsunami Besar

DENPASAR – Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa di Bali, pada bulan November ini merupakan puncak dari cuaca ekstrem.

“Kalau cuaca ekstrem, sejak September BMKG sudah melihat adanya anomali suhu air laut di samudera pasifik. Di sana lebih dingin. Dampaknya, udara basah terjadi di wilayah kita (Indonesia) sehingga curah hujan meningkat 20-40 persen,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Kantor Balai Besar MKG Wilayah III, Badung pada Senin (9/11). 

Bagaimana dengan di Bali? “Bali meningkatnya bahkan 50 persen. Potensi hujan tinggi ada di Bali tengah dan selatan. Puncaknya bulan November ini. Nah ini harus diwaspadai oleh nelayan dan masyarakat. Ini berpotensi banjir, longsor dan sebagainya,” jawabnya.

Tak hanya cuaca ekstrem, pihak BMKG juga mencatat ada peningkatan jumlah gempa di Indonesia sejak 2017 lalu. Dari sekitar angka 7.000 per tahun sampai 11.500 di tahun 2019 lalu.

Gempa ini berpengaruh pada adanya potensi tsunami. Di Bali sendiri masih memiliki potensi tsunami. Terutama Bali bagian Selatan. “Jika selatan Bali terjadi gempa besar, maka berpotensi jadi tsunami besar,” sebutnya.

Untuk itu pula, mitigasi bencana yang paling penting dilakukan saat ini. Karnawati pun memuji sejatinya Bali sudah siap, terutama Kabupaten Badung dan Denpasar dalam hal mitigasi bencana.

Hal ini dapat dilihat dari persiapan dan jalur-jalur evakuasi yang sudah dibuat. “Sepanjang pantai Sanur dan Kuta sudah tersertifikasi. Bisa digunakan jalur evakuasi. Sistemnya pun sudah disiapkan,” sebutnya.

DENPASAR – Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa di Bali, pada bulan November ini merupakan puncak dari cuaca ekstrem.

“Kalau cuaca ekstrem, sejak September BMKG sudah melihat adanya anomali suhu air laut di samudera pasifik. Di sana lebih dingin. Dampaknya, udara basah terjadi di wilayah kita (Indonesia) sehingga curah hujan meningkat 20-40 persen,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Kantor Balai Besar MKG Wilayah III, Badung pada Senin (9/11). 

Bagaimana dengan di Bali? “Bali meningkatnya bahkan 50 persen. Potensi hujan tinggi ada di Bali tengah dan selatan. Puncaknya bulan November ini. Nah ini harus diwaspadai oleh nelayan dan masyarakat. Ini berpotensi banjir, longsor dan sebagainya,” jawabnya.

Tak hanya cuaca ekstrem, pihak BMKG juga mencatat ada peningkatan jumlah gempa di Indonesia sejak 2017 lalu. Dari sekitar angka 7.000 per tahun sampai 11.500 di tahun 2019 lalu.

Gempa ini berpengaruh pada adanya potensi tsunami. Di Bali sendiri masih memiliki potensi tsunami. Terutama Bali bagian Selatan. “Jika selatan Bali terjadi gempa besar, maka berpotensi jadi tsunami besar,” sebutnya.

Untuk itu pula, mitigasi bencana yang paling penting dilakukan saat ini. Karnawati pun memuji sejatinya Bali sudah siap, terutama Kabupaten Badung dan Denpasar dalam hal mitigasi bencana.

Hal ini dapat dilihat dari persiapan dan jalur-jalur evakuasi yang sudah dibuat. “Sepanjang pantai Sanur dan Kuta sudah tersertifikasi. Bisa digunakan jalur evakuasi. Sistemnya pun sudah disiapkan,” sebutnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/