MANGUPURA – Sejauh ini baru ada lima alat pendeteksi dini tsunami Early Warning System (AWS) di perairan Badung.
Lima AWS itu terpasang di Pantai Tanjung Benoa, ITDC, Pantai Kedonganan, Pantai Kuta, dan Pantai Double Six Seminyak.
Sementara di bagian barat Badung rata-rata masih kosong. Seperti Pantai Petitenget, Pantai Batubolong dan Seseh. Jumlah tersebut masih sangat kurang karena Badung sendiri membutuhkan kurang lebih 8 AWS.
Terkait kekurangan tiga alat ini, BPBD Badung sudah pernah mengusulkan penambahan ke pihak BPBD Pemprov Bali. Hanya saja belum ada penambahan.
Harga alat AWS ini sendiri diakui cukup mahal. Jadi pemerintah selama ini hanya mengandalkan bantuan pusat.
“Kami sudah sempat usulkan (tambahan AWS tsunami, red). Kalau untuk harga memang lumayan mahal. Satu alat saja (AWS, red) dulu harganya sekitar Rp 1,5 miliar.
Kalau sekarang mungkin sudah Rp 2 miliaran. Dan, kalau kita beli harus koordinasi dengan BMKG dan BPBD Provinsi,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Badung I Wayan Netra.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pesisir sendiri sebagian besar sudah paham akan fungsi dan apa yang harus dilakukan apabila alat serine yang dipasang di atas tower tersebut bersuara.
Pihaknya juga sudah memasang rambu-rambu dan peta evakuasi apabila terjadi bencana. Bila terjadi gempa, maka masyarakat diimbau mencari tempat lapang.
Kemudian apabila gempa disusul ada ancaman tsunami maka masyarakat diimbau segera melakukan langkah evakuasi dengan mencari tempat-tempat tinggi.
Untuk wilayah Badung selatan, pihaknya sudah membuat MoU dengan sejumlah hotel. Bila terjadi bencana tsunami, maka hotel tersebut wajib memberikan tempat berlindung.
“Secara umum masyarakat sudah tahu. Kita juga sudah bentuk Desa Tangguh Bencana dan Forum Pengurangan Resiko Bencana. Ini yang gencar ikut memberikan sosialisasi ke masyarakat,” pungkasnya.