29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:14 AM WIB

Balas Kabar Bali Tak Aman, Ini Trik Propaganda Gubernur Pastika

DENPASAR – Gubernur Pastika dan DPRD Bali mulai gerah dengan kabar di media sosial yang menyebutkan seolah-olah Bali tidak aman akibat erupsi Gunung Agung.

Informasi yang tidak valid sumbernya itu ditengarai menjadi salah satu pemicu orang takut datang ke Bali. Padahal, Bali selain di Kawasan Rawan Bencana (KRB) sangat aman dikunjungi.

Pastika dan dewan pun sepakat menyiapkan perang propaganda melawan informasi negatif di dunia maya tentang Bali.

“Saya setuju. Perang propaganda harus saya lakukan itu,” kata Pastika saat menghadiri rapat di DPRD Bali kemarin (11/12).

Perang propaganda yang dimaksud Pastika yaitu melakukan balasan terhadap maraknya informasi jika Bali tidak aman.

Salah satu cara propaganda yang dinilai ampuh yakni dengan memanfaatkan medsos, media mainstream lokal dan nasional hingga media asing.

Gubernur Pastika sudah melakukan propaganda saat mengunjungi Pos Pengamatan PVMBG di Desa Rendang beberapa waktu lalu.

Dia sempat berinteraksi dengan sejumlah wisatawan asing dari Tiongkok dan Taiwan. Wisatawan asing yang penasaran dengan erupsi Gunung Agung memadati pos pengamatan.

Menurutnya, hal itu bisa dimanfaatkan untuk aktif promosi jika Bali aman. “Di pos pantau (pos pengamatan, red) di Rendang itu ramai sekali.

Di sana wartawan 24 jam standby, termasuk media asing ada di sana. Saya minta wisatawan asing selfie dengan background Gunung Agung, indah banget itu,” tutur Pastika.

Cara propaganda lain yang diusulkan Pastika yakni sembahyang bersama di Pura Besakih. Dia mengajak seluruh PNS Pemprov Bali sembahyang bersama di Pura Besakih.

Selain memohon keselamatan, semabhyang di Pura Besakih yang masuk KRB justru menjadi momen pembuktian pada dunia bahwa Bali sangat aman.

“Seluruh SKPD bersama seluruh crew bisa sembahyang di Pura Besakih. Saya rasa tidak apa-apa masuk KRB. Kan sambil lihat-lihat juga (kalau erupsi),” ujar mantan Kalakhar BNN itu.

Cara lain yang bisa digunakan yakni mengundang kepolisian maupun konsulat asing ke Bali. Kehadiran mereka bisa menjawab keraguan turis asing yang takut ke Bali.

Saat ada warga asing yang menanyakan Bali, maka mereka yang menjelaskan. “Kalau mereka  yang menjelaskan pasti dipercaya. Kalau kami yang menjelaskan, sampai berbusa tidak akan percaya,” selorohnya.

Untuk menjelaskan bahwa Bali Aman maka perlu dibuat event nasional di Bali. Jika perlu acara dibuat dekat Gunung Agung seperti di Amed atau Candi Dasa.

Saat ini yang dibutuhkan adalah kreativitas tingkat tinggi. Komponen pariwisata harus membuat banyak festival selama Gunung Agung erupsi.

Dengan banyak festival, maka orang menjadi penasaran dan tertarik ke Bali. “Satu-satunya cara gunungnya berhenti batuk. Kalau batuk terus pakai antibiotik gak mempan. Satu-satunya jalan gunung berhenti batuk-batuk, mari kita berdoa,” tukasnya.

DENPASAR – Gubernur Pastika dan DPRD Bali mulai gerah dengan kabar di media sosial yang menyebutkan seolah-olah Bali tidak aman akibat erupsi Gunung Agung.

Informasi yang tidak valid sumbernya itu ditengarai menjadi salah satu pemicu orang takut datang ke Bali. Padahal, Bali selain di Kawasan Rawan Bencana (KRB) sangat aman dikunjungi.

Pastika dan dewan pun sepakat menyiapkan perang propaganda melawan informasi negatif di dunia maya tentang Bali.

“Saya setuju. Perang propaganda harus saya lakukan itu,” kata Pastika saat menghadiri rapat di DPRD Bali kemarin (11/12).

Perang propaganda yang dimaksud Pastika yaitu melakukan balasan terhadap maraknya informasi jika Bali tidak aman.

Salah satu cara propaganda yang dinilai ampuh yakni dengan memanfaatkan medsos, media mainstream lokal dan nasional hingga media asing.

Gubernur Pastika sudah melakukan propaganda saat mengunjungi Pos Pengamatan PVMBG di Desa Rendang beberapa waktu lalu.

Dia sempat berinteraksi dengan sejumlah wisatawan asing dari Tiongkok dan Taiwan. Wisatawan asing yang penasaran dengan erupsi Gunung Agung memadati pos pengamatan.

Menurutnya, hal itu bisa dimanfaatkan untuk aktif promosi jika Bali aman. “Di pos pantau (pos pengamatan, red) di Rendang itu ramai sekali.

Di sana wartawan 24 jam standby, termasuk media asing ada di sana. Saya minta wisatawan asing selfie dengan background Gunung Agung, indah banget itu,” tutur Pastika.

Cara propaganda lain yang diusulkan Pastika yakni sembahyang bersama di Pura Besakih. Dia mengajak seluruh PNS Pemprov Bali sembahyang bersama di Pura Besakih.

Selain memohon keselamatan, semabhyang di Pura Besakih yang masuk KRB justru menjadi momen pembuktian pada dunia bahwa Bali sangat aman.

“Seluruh SKPD bersama seluruh crew bisa sembahyang di Pura Besakih. Saya rasa tidak apa-apa masuk KRB. Kan sambil lihat-lihat juga (kalau erupsi),” ujar mantan Kalakhar BNN itu.

Cara lain yang bisa digunakan yakni mengundang kepolisian maupun konsulat asing ke Bali. Kehadiran mereka bisa menjawab keraguan turis asing yang takut ke Bali.

Saat ada warga asing yang menanyakan Bali, maka mereka yang menjelaskan. “Kalau mereka  yang menjelaskan pasti dipercaya. Kalau kami yang menjelaskan, sampai berbusa tidak akan percaya,” selorohnya.

Untuk menjelaskan bahwa Bali Aman maka perlu dibuat event nasional di Bali. Jika perlu acara dibuat dekat Gunung Agung seperti di Amed atau Candi Dasa.

Saat ini yang dibutuhkan adalah kreativitas tingkat tinggi. Komponen pariwisata harus membuat banyak festival selama Gunung Agung erupsi.

Dengan banyak festival, maka orang menjadi penasaran dan tertarik ke Bali. “Satu-satunya cara gunungnya berhenti batuk. Kalau batuk terus pakai antibiotik gak mempan. Satu-satunya jalan gunung berhenti batuk-batuk, mari kita berdoa,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/