25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:48 AM WIB

Kanker Serviks Jadi Penyakit Paling Mematikan di Bali, Setelah Itu…

DENPASAR – Meski bukan penyakit menular, penderita kanker payudara di Bali cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya.

Meski tak menyebutkan data, Suarjaya mengatakan setelah kanker payudara baru disusul kanker serviks, kanker paru dan kanker saluran pencernaan.

Menurut Suarjaya, deteksi dini penyakit kanker saat ini masih sangat lemah.  Bahkan tak jarang gejala klinis yang sudah disadari itu diabaikan.

Contoh seorang ibu atau wanita misalnya keputihan diabaikan padahal ini sudah tanda-tanda. Gejala itu tidak dianggap sebagai suatu kelainan.

“Setelah gejala keras seperti misalnya sudah keputihannya keras, sudah berbau, sudah berdarah, baru mau periksa akhirnya sudah stadium tiga. Kalau sudah stadium tiga kan sudah sulit ditangani dan harus kemoterapi,” ungkap Suarjaya.

Suarjaya menekankan pentingnya deteksi dini kanker saat masih stadium nol. Jika sudah stadium tiga, sekalipun dikemoterapi belum tentu bisa menyembuhkan pasien.

Suarjaya tak menampik jika kesadaran deteksi dini kanker masih rendah. Padahal sudah ada upaya edukasi yang diberikan kepada masyarakat.

Misal di puskesmas, petugas disana memperkenalkan konsep sadari atau pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah kanker payudara.

Dalam hal ini, wanita diberi tahu cara-cara memeriksa kelainan pada payudaranya setiap habis mandi di cermin.

Suarjaya menambahkan, jika dalam pemeriksaan ditemukan kanker stadium satu, bisa dilakukan tindakan operasi untuk sembuh sempurna.

Kalau sudah stadium 2, harus ada kombinasi antara operasi dan radioterapi. Pemeriksaan tersebut di RSBM tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan. Termasuk nanti ketika RSBM sudah memiliki unit kanker terpadu.

Dijelaskan Suarjaya, untuk kanker serviks, saat ini angkanya sudah jauh menurun dengan adanya vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) dan pemeriksaan IVA.

Bila dalam pemeriksaan IVA ternyata positif, maka dengan cepat bisa diambil tindakan krioterapi untuk mencegah terjadinya kanker.

Dengan pemeriksaan IVA dan positif, itu sudah menjadi tanda bahwa 3 tahun lagi dia akan menjadi kanker serviks.

“Sebelum itu terjadi, di-krioterapi, tidak jadi kanker serviks. Disamping adanya imunisasi HPV itu,” pungkas pejabat asal Buleleng itu

DENPASAR – Meski bukan penyakit menular, penderita kanker payudara di Bali cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya.

Meski tak menyebutkan data, Suarjaya mengatakan setelah kanker payudara baru disusul kanker serviks, kanker paru dan kanker saluran pencernaan.

Menurut Suarjaya, deteksi dini penyakit kanker saat ini masih sangat lemah.  Bahkan tak jarang gejala klinis yang sudah disadari itu diabaikan.

Contoh seorang ibu atau wanita misalnya keputihan diabaikan padahal ini sudah tanda-tanda. Gejala itu tidak dianggap sebagai suatu kelainan.

“Setelah gejala keras seperti misalnya sudah keputihannya keras, sudah berbau, sudah berdarah, baru mau periksa akhirnya sudah stadium tiga. Kalau sudah stadium tiga kan sudah sulit ditangani dan harus kemoterapi,” ungkap Suarjaya.

Suarjaya menekankan pentingnya deteksi dini kanker saat masih stadium nol. Jika sudah stadium tiga, sekalipun dikemoterapi belum tentu bisa menyembuhkan pasien.

Suarjaya tak menampik jika kesadaran deteksi dini kanker masih rendah. Padahal sudah ada upaya edukasi yang diberikan kepada masyarakat.

Misal di puskesmas, petugas disana memperkenalkan konsep sadari atau pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah kanker payudara.

Dalam hal ini, wanita diberi tahu cara-cara memeriksa kelainan pada payudaranya setiap habis mandi di cermin.

Suarjaya menambahkan, jika dalam pemeriksaan ditemukan kanker stadium satu, bisa dilakukan tindakan operasi untuk sembuh sempurna.

Kalau sudah stadium 2, harus ada kombinasi antara operasi dan radioterapi. Pemeriksaan tersebut di RSBM tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan. Termasuk nanti ketika RSBM sudah memiliki unit kanker terpadu.

Dijelaskan Suarjaya, untuk kanker serviks, saat ini angkanya sudah jauh menurun dengan adanya vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) dan pemeriksaan IVA.

Bila dalam pemeriksaan IVA ternyata positif, maka dengan cepat bisa diambil tindakan krioterapi untuk mencegah terjadinya kanker.

Dengan pemeriksaan IVA dan positif, itu sudah menjadi tanda bahwa 3 tahun lagi dia akan menjadi kanker serviks.

“Sebelum itu terjadi, di-krioterapi, tidak jadi kanker serviks. Disamping adanya imunisasi HPV itu,” pungkas pejabat asal Buleleng itu

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/