UNGASAN – Pengerjaan megaproyek patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, kini sudah mencapai 60 persen.
Patung yang digadang-gadang menjadi patung tembaga tertinggi di dunia oleh penciptanya I Nyoman Nuarta, itu sudah mulai memasang modul atau lempengan tembaga pada mahkota bagian belakang.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di lapangan, modul mahkota bagian belakang berwarna kuning keemasan senada dengan warna kalung Dewa Wisnu.
Minggu hari ini (13/5) para pekerja melanjutkan pemasangan modul bagian wajah. Setelah itu, pada 20 Mei nanti akan digelar upacara pasupati.
“Upacara pasupati ini untuk memberikan roh agar patung bertaksu. Di samping itu biar semua selamat karena bikin patung itu sulit dan berbahaya,” ujar Nuarta saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.
Sebelum melakukan upacara pasupati, Nuarta terlebih dahulu pulang ke kampung halamannya di Penebel.
Setelah itu dia keliling ke sejumlah pura besar di Bali. Seperti Pura Batukaru di Penebel, Pura Tanah Lot di Tabanan dan Pura Tohlangkir di Karangasem.
“Kami tidak bisa sembarangan menyelesaikan patung ini. Kami harus keliling ke pura-pura untuk meminta restu agar semua diberi keselamatan,” ujar pria kelahiran Tegallinggah, Penebel, Tabanan itu.
Agar selesai sepenuhnya, ada 750 lebih modul yang harus dipasang. Sampai saat ini modul yang sudah dipasang sekitar 500 modul.
Modul sisanya yang belum terpasang sudah ada di bawah tinggal di bawa naik ke atas. Pekan ini ditargetkan tim pekerja bisa menaikkan setidaknya 20 modul.
Nuarta berharap patung GWK bisa selesai sepenuhnya pada Agustus mendatang. Pemerintah sendiri meminta Nuarta agar Oktober sudah rampung, sehingga bisa ikut menyemarakkan gelaran pertemuan tahunan delegasi IMF – World Bank.
Namun, saat ini tim di lapangan harus menghadapi banyak kendala. Salah satunya angin kencang yang bertiup dari perairan Australia.
Dengan ketinggian patung mencapai 121 meter, maka para pekerja harus ekstra waspada. Apalagi, pergerakan crane atau alat yang digunakan memasang modul tidak bisa beroperasi lebih dari 10 km/jam.
Ketika melebihi 10 km/jam, maka crane otomatis berhenti. “Makanya menaikkan modul harus subuh-subuh. Kalau tidak angin sudah kencang,” beber pria yang berdomisili di Bandung itu.
Kendala lain adalah adanya konstruksi baru memakai pipa di bagian sayap burung garuda. Konstruksi pipa ini untuk lebih memperkuat bagian sayap. Masalahnya, konstruksi baru itu banyak menabrak patung sehingga harus ada modifikasi lain.
“Konstruksi baru ini di luar perhitungan. Kurang lebih ada 24 modul yang dibongkar dan diperbaiki untuk dicocokkan lagi. Sebab, patung selain harus kuat, strukturnya juga harus membentuk karakter patung itu sendiri,” papar pria 66 tahun itu.
Yang menarik, Nuarta dengan blak-blakan menyebut permasahalan utama yang sebenarnya adalah pada pendanaan.
Masalah teknis di lapangan menurut dia bisa diakali dengan menggunakan beragam teknologi canggih. Namun, masalah pembiayaan sangat krusial lantaran bahan-bahan yang digunakan hampir semuanya impor.
Tentu memakan waktu cukup lama untuk mendatangkan bahan impor. Belum lagi biaya untuk membeli oksigen dan kebutuhan lainnya saat pemasangan.
“Seperti tembaga dan kuningan itu impor dari Tiongkok dan Jepang. Bahan stinless dari India dan Italia. Sisanya ada yang dari Chili.
Semakin cepat ada biaya saya bisa semakin cepat bekerja,” tukas alumni Fakultas Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) itu.
Diakui Nuarta, saat ini dirinya masih perlu membeli tembaga dengan ketebalan 2 mili sekitar 1.000 lembar atau 2.000 meter.
Bahan tembaga diperlukan karena patung GWK banyak lekukan. “Kalau bikin patung lurus kayak lapangan basket baru gampang,” selorohnya.
Ditegaskan, teknologi yang dia gunakan saat ini sudah paling canggih, sehingga bisa mengirit biaya hingga 40 persen.
Setelah patung jadi, Nuarta menyatakan patung GWK dengan ketinggian 121 meter, lebar 65 meter akan menjadi patung tembaga murni tertinggi serta terbesar di dunia.
Patung-patung lain di dunia yang memiliki ketinggian 121 meter lebih banyak menggunakan campuran semen alias tidak murni tembaga.
Setelah patung GWK rampung, Nuarta meyakini akan memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat Bali.
Ini karena patung GWK akan menjadi daya tarik baru dunia pariwisata. Selain itu juga menjadi kebanggan tersendiri bagi Nuarta karena bisa mewujudkan mimpinya yang lama terpendam.
“Patung GWK ini kelihatan dari kampung saya (Penebel). Ya, biar ada kebanggan juga bagi orang kampung saya. Mudah-mudahan semua masyarakat Bali juga ikut bangga,” harap anak keenam dari sembilan saudara itu.