DENPASAR – Menurunnya kunjungan turis asing ke Bali akibat erupsi Gunung Agung membuat puluhan pelaku pariwisata kelimpungan.
Kemarin (12/12) bertempat di Kantor Disparda Provinsi Bali, asosiasi hotel bintang empat dan lima, asosiasi vila, agen perjalanan online hingga perwakilan maskapai dalam dan luar negeri, berkeluh kesah kepada Gubernur Pastika.
Mereka mengeluhkan lesunya pariwisata selama dua bulan terakhir. Mereka kecewa dengan sikap sejumlah negara luar seperti Tiongkok yang mengeluarkan larangan pergi ke Bali.
Ada kesan seolah-olah Bali sangat berbahaya untuk dikunjungi. Padahal, kondisi di Bali sejatinya sangat aman.
Salah satu perwakilan peserta rapat mengatakan, banyak karyawan sudah mulai menanyakan kapan kondisi sepi ini berakhir.
Karyawan hotel dan vila mengaku mulai berat membayar cicilan motor, rumah dan biaya anak sekolah.
Lucunya lagi, ada peserta rapat yang secara blak-blakan minta status Awas Gunung Agung diturunkan agar pariwisata Bali bisa segera ramai.
Menanggapi curhat tersebut, Pastika menyebut ada kesalahpahaman informasi. “Ada salah paham di dalam dan luar negeri.
Mereka pikir seluruh Bali dalam keadaan bahaya. Padahal, yang tidak boleh ada aktivitas hanya radius 8 km dari puncak Gunung Agung. Selebihnya aman,” tegas Pastika.
Di seluruh Bali, lanjut Pastika, ada 716 desa. Sementara status Awas (level IV) Gunung Agung juga hanya berlaku untuk 22 desa di Karangasem yang jaraknya 8 km dari puncak.
Selebihnya, yakni 56 desa di Karangasem statusnya normal. Bahkan, sejumlah tempat wisata favorit seperti Pantai Amed dipastikan aman.
“Ini (Bali aman) supaya jelas agar tidak salah. Yang status Awas itu Gunung Agung , bukan Pulau Bali. Kalau Bali aman-aman saja,” imbuh gubernur dua periode itu. (