DENPASAR – Tujuan Pemkot Denpasar memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) untuk memutus rantai pandemic Coronavirus Disease (Covid-19) patut dipertanyakan.
Selain terjadi penumpukan kendaraan dan manusia di pintu-pintu masuk Kota Denpasar yang rawan dengan penyebaran Covid-19, pemberian bantuan sosial kepada masyarakat terdampak belum tersalurkan secara optimal.
Masih banyak yang belum mendapat bantuan dari pemerintah. Kondisi ini yang mengundang kritik dari mantan aktivis 98, Wayan “Gendo” Suardana.
“Setelah dua bulan turut dalam imbuan tanpa bantuan ekonomi dari pemerintah, membuat warga banyak yang memilih keluar rumah untuk bekerja karena tidk ada pilihan lain, diam di rumah bisa mati kelaparan,” ujar Gendo.
Padahal di tengah situasi krisis ekonomi, banyak warga yang pasti menghemat pengeluaran, salah satunya mengurangi bepergian tanpa tujuan yang jelas.
Namun, karena tidak ada bantuan, warga terpaksa keluar rumah untuk mengais rezeki. Dia pun mempertanyakan, momen pergerakan masyarakat ke Denpasar.
“Kan setelah daya tahan ekonomi warga menurun akibat menuruti imbauan pemerintah diam di rumah, tapi bantuan untuk survive tidak ada? Mereka memilih keluar bertahan hidup sebab minta bantuan disebut pengemis,” kritiknya.
Karena itu, dia memprediksi, tim posko pemantau tidak akan banyak bisa menghambat laju warga masuk ke Denpasar karena sebagian besar pasti punya tujuan yang jelas.
Dia pun mempertanyakan kebijakan PKM diambil setelah mendapat rekomendasi tim ahli Pemprov Bali.
“Dasar pijakan PKM ini adalah rekomendasi tim ahli propinsi Bali yang menyoroti Denpasar
karena dianggap gagal mendisiplinkan warga sebenarnya juga hasil kajian yang gagal mencari faktor meningkatnya
pergerakan masyarakat di Denpasar. Ah masak sih tim ahli di Denpasar tidak menanyakan lebih detil ke tim ahli Propinsi?” tanyanya.