DENPASAR– Meninggalnya mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dua periode, Frans Lebu Raya di RS Sanglah, Denpasar, tidak hanya menimbulkan duka bagi warga NTT, tapi juga meninggalkan kehilangan bagi kader PDIP di Bali.
Pasalnya, Frans tidak asing bagi sebagian besar kader partai moncong putih di Pulau Dewata. “Beliau kader senior yang selama ini menginspirasi kader muda,” ujar Ketut Kariyasa Adnyana, kader PDIP Bali kepada Jawa Pos Radar Bali, Minggu (19/12).
Pria yang juga anggota DPR RI itu megaku sempat bertemu dengan mendiang Frans semasa masih hidup. Namun, Kariyasa tidak akrab lantaran Frans merupakan kader angkatan senior.
Menurut Kariyasa, di kalangan kader PDIP, Frans dikenal sangat konsisten memperjuangan reformasi dan melawan kesewenangan zaman orde baru. “Beliau juga sangat loyal pada partai dan ajaran-ajaran Bung Karno,” tukasnya.
Karena itu tak heran jika Frans berhasil menarik simpati masyarakat NTT dan berhasil menjabat gubernur selama dua periode dari 2008-2018. Sebelumnya almarhum Frans merupakan wakil ketua DPRD NTT selama lima tahun.
Tahun 2008 almarhum terpilih menjadi gubernur berpasangan dengan Esthon L. Foenay. Kemudian pada 2013, Frans kembali terpilih menjadi gubernur didampingi Beny Litelnoni yang menjabat hingga bulan Juni 2018.
“Sebagai kader muda kami sangat kehilangan. Semoga kiprah almarhum selama ini bisa menginspirasi kader muda lainnya,” tukas politikus asal Buleleng itu.
Tidak hanya di Bali, rasa duka juga datang dari pengurus pusat partai moncong putih. Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto dalam keterangan persnya mengatakan, PDIP mengucapkan bela sungkawa.
“Kami turut berduka cita mendalam atas wafatnya Bapak Frans Lebu Raya, senior partai, mantan Gubernur NTT, dan Ketua DPD PDIP,” kata Hasto melalui siaran persnya.
Menurut Hasto, selaku ketua umum partai, Megawati Soekarnoputri menyampaikan instruksi kepada seluruh anggota dan kader partai untuk memberi penghormatan terbaik kepada mendiang Frans.
Sejak Kongres PDIP tahun 2005, 2010, dan 2015, Frans selalu dipercaya oleh utusan kongres sebagai pimpinan sidang sementara kongres.
“Dalam rekam jejak sejarah partai, mendiang sosok yang teguh pada prinsip. Di masa sulit ketika mendapat tekanan pemerintahan otoriter orba, Pak Frans tetap loyal,” tukasnya.
Frans Lebu Raya lahir di sebuah desa kecil Watoone, Kecamatan Witihama, Adonara Timur, 61 tahun silam. Tepatnya 10 Mei 1960.
Informasi yang dirangkum, Frans menghembuskan napas terakhir pada Minggu, 12 Desember 2021 setelah mendapat perawatan intensif di RS Sanglah. Frans disebut selama tiga pekan menderita sakit, namun belum jelas sakit yang dideritanya.