26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:16 AM WIB

Indonesia Sukses Menggelar Perhelatan GPDRR Ke-7

BADUNG, radarbali.id- Indonesia sukses menggelar perhelatan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), atau Forum Global Pengurangan Risiko Bencana, yang mengangkat tema From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World pada 23-28 Mei 2022 lalu di Bali. Hal ini tercermin dari lancarnya berbagai diskusi antar delegasi hingga terlahir tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan. Respon positif pun banyak bermunculan baik dari Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/ UNDRR), peserta delegasi yang hadir, hingga media.
Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal UNDRR, Mami Mizutori menyampaikan apresiasinya atas keragaman yang ia temui selama konferensi GPDRR di Bali. Dia merasa bangga sebab jumlah peserta penyandang disabilitas meningkat dua kali lipat dari pertemuan sebelumnya. “Saya sangat bangga bahwa Platform Global ini benar-benar mencerminkan pendekatan seluruh masyarakat dari Kerangka Sendai, dan kami memiliki orang-orang dari, tentu saja, dari seluruh dunia,” ujar Mizutori. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Indonesia untuk hal tersebut, seraya menambahkan bahwa ini akan menjadi salah satu warisan indah dari GPDRR Bali.
Respon positif dan apresisi juga datang dari jurnalis dalam dan luar negeri. Mereka memuji berbagai fasilitas media center, yang disediakan oleh pemerintah yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai Ketua Media dan Humas Sekretariat GPDRR.
“Saya bicara atas nama 22 jurnalis yang diorganisir dari serikat kelompok tempat saya bekerja, Kami semua senang berada di sini,” kata Head of SG Department Asia-Pacific Broadcasting Union Natalia Ilieva “Semuanya telah bekerja dengan baik. Dan yang terpenting, semua orang sangat membantu. Begitu akomodatif, apa pun itu,” tambahnya.
Terkait hal ini, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menyampaikan bahwa dari setiap acara yang sukses, termasuk Konferensi GPDRR, memiliki dua hasil yang berharga. Pertama, menunjukkan kemampuan Indonesia untuk mengorganisir sebuah acara internasional yang akan membuat komunitas global mempercayai Indonesia sebagai tuan rumah atau penyelenggara di masa depan. Kedua adalah substansi acara, yaitu tujuh rekomendasi yang dihasilkan dari konferensi GPDRR dapat disampaikan dengan baik kepada masyarakat, sehingga mampu mendorong partisipasi publik.
Selain respon positif, GDPRR Bali juga melahirkan tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan. Rekomendasi tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, saat penutupan GPDRR, Jumat (27/05/2022), di Bali Nusa Dua Convention Centre.
Ketujuh rekomendasi tersebut adalah, pertama, pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian agenda 2030. Suharyanto mengatakan, Platform Global menyerukan transformasi mekanisme tata kelola risiko untuk memastikan pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor, sistem, skala, dan batas.
Kedua, perubahan sistemik yang dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana. Ketiga, platform global yang diselenggarakan antara COP 26 dan 27 beberapa waktu lalu, mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasi. Platform global meminta pemerintah untuk menghormati komitmen yang dibuat pada kesepakatan di Glasgow untuk meningkatkan pembiayaan dan dukungan untuk adaptasi dan resiliensi.
Keempat, menerapkan pendekatan partisipatif dan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM), untuk memasukkan semua sesuai prinsip “Tidak ada apa-apa tentang kita, tanpa kita” dalam perencanaan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko. “Harus ada komitmen ulang terhadap keterlibatan masyarakat dan pengurangan risiko bencana yang digerakkan oleh masyarakat serta mendukung struktur lokal yang ada dan membangun resiliensi,” tutur Suharyanto. Kelima, Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Keenam, potensi pembelajaran transformatif dari pandemi COVID-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup. Suharyanto mengatakan, ada kebutuhan untuk mendorong sistem manajemen risiko bencana yang adaptif dan responsif dengan kolaborasi multipemangku kepentingan disertai dengan empati, solidaritas, kerja sama, dan semangat kesukarelaan khususnya untuk mengatasi ketidakadilan. Dan rekomendasi ketujuh adalah pelaporan yang komprehensif dan sistematis terhadap semua target kerangka kerja Sendai untuk memahami dengan jelas tantangan dan hambatan. (rba/ken)

BADUNG, radarbali.id- Indonesia sukses menggelar perhelatan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), atau Forum Global Pengurangan Risiko Bencana, yang mengangkat tema From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World pada 23-28 Mei 2022 lalu di Bali. Hal ini tercermin dari lancarnya berbagai diskusi antar delegasi hingga terlahir tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan. Respon positif pun banyak bermunculan baik dari Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengurangan Risiko Bencana (United Nations Office for Disaster Risk Reduction/ UNDRR), peserta delegasi yang hadir, hingga media.
Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal UNDRR, Mami Mizutori menyampaikan apresiasinya atas keragaman yang ia temui selama konferensi GPDRR di Bali. Dia merasa bangga sebab jumlah peserta penyandang disabilitas meningkat dua kali lipat dari pertemuan sebelumnya. “Saya sangat bangga bahwa Platform Global ini benar-benar mencerminkan pendekatan seluruh masyarakat dari Kerangka Sendai, dan kami memiliki orang-orang dari, tentu saja, dari seluruh dunia,” ujar Mizutori. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Indonesia untuk hal tersebut, seraya menambahkan bahwa ini akan menjadi salah satu warisan indah dari GPDRR Bali.
Respon positif dan apresisi juga datang dari jurnalis dalam dan luar negeri. Mereka memuji berbagai fasilitas media center, yang disediakan oleh pemerintah yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai Ketua Media dan Humas Sekretariat GPDRR.
“Saya bicara atas nama 22 jurnalis yang diorganisir dari serikat kelompok tempat saya bekerja, Kami semua senang berada di sini,” kata Head of SG Department Asia-Pacific Broadcasting Union Natalia Ilieva “Semuanya telah bekerja dengan baik. Dan yang terpenting, semua orang sangat membantu. Begitu akomodatif, apa pun itu,” tambahnya.
Terkait hal ini, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menyampaikan bahwa dari setiap acara yang sukses, termasuk Konferensi GPDRR, memiliki dua hasil yang berharga. Pertama, menunjukkan kemampuan Indonesia untuk mengorganisir sebuah acara internasional yang akan membuat komunitas global mempercayai Indonesia sebagai tuan rumah atau penyelenggara di masa depan. Kedua adalah substansi acara, yaitu tujuh rekomendasi yang dihasilkan dari konferensi GPDRR dapat disampaikan dengan baik kepada masyarakat, sehingga mampu mendorong partisipasi publik.
Selain respon positif, GDPRR Bali juga melahirkan tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan. Rekomendasi tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, saat penutupan GPDRR, Jumat (27/05/2022), di Bali Nusa Dua Convention Centre.
Ketujuh rekomendasi tersebut adalah, pertama, pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian agenda 2030. Suharyanto mengatakan, Platform Global menyerukan transformasi mekanisme tata kelola risiko untuk memastikan pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor, sistem, skala, dan batas.
Kedua, perubahan sistemik yang dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana. Ketiga, platform global yang diselenggarakan antara COP 26 dan 27 beberapa waktu lalu, mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasi. Platform global meminta pemerintah untuk menghormati komitmen yang dibuat pada kesepakatan di Glasgow untuk meningkatkan pembiayaan dan dukungan untuk adaptasi dan resiliensi.
Keempat, menerapkan pendekatan partisipatif dan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM), untuk memasukkan semua sesuai prinsip “Tidak ada apa-apa tentang kita, tanpa kita” dalam perencanaan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko. “Harus ada komitmen ulang terhadap keterlibatan masyarakat dan pengurangan risiko bencana yang digerakkan oleh masyarakat serta mendukung struktur lokal yang ada dan membangun resiliensi,” tutur Suharyanto. Kelima, Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Keenam, potensi pembelajaran transformatif dari pandemi COVID-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup. Suharyanto mengatakan, ada kebutuhan untuk mendorong sistem manajemen risiko bencana yang adaptif dan responsif dengan kolaborasi multipemangku kepentingan disertai dengan empati, solidaritas, kerja sama, dan semangat kesukarelaan khususnya untuk mengatasi ketidakadilan. Dan rekomendasi ketujuh adalah pelaporan yang komprehensif dan sistematis terhadap semua target kerangka kerja Sendai untuk memahami dengan jelas tantangan dan hambatan. (rba/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/