32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:01 PM WIB

Bali Mau Kembangkan Wisata Medis? Cok Ace: Saya Dukung

DENPASAR – Beragam ide muncul untuk membantu Bali bangkit kembali. Salah satunya mencoba menjadikan Bali sebagai wisata medis atau kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh General Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Putu Deddy Suhartawan saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Jumat (20/11).

Dalam pertemuan di Ruang Kerja Wagub Bali tersebut, Dedy menyampaikan bahwa selama ini Bali dikenal dengan image destinasi wisata leisure yang menawarkan keindahan alam atau wisata budaya yang kuat.

Namun, di balik itu ternyata ada diversifikasi wisata lain yang jarang diketahui oleh turis domestik, yakni wisata medis. Untuk itu, menurutnya Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni.

Dijelaskan, sebanyak 280 Rumah Sakit di Bali sudah terakreditasi paripurna, sementara 30 rumah sakit sudah terakreditasi internasional. Selain itu, menurutnya Bali sejak peristiwa Bom Bali I dan II hingga sebelum pandemi covid-19 terus membenahi diri, khususnya dalam aspek layanan kesehatan.

Maka tak heran bila banyak warga asing yang bersedia mencoba layanan medis sembari berlibur di Pulau Dewata. 

Jenis layanan kesehatan yang diakses wisatawan Bali beragam tetapi yang utama adalah layanan kosmetik, baik untuk bedah plastik, face implant, face lift, liposuction hingga yang bersifat non-invasif.

“Jumlahnya bisa mencapai 60 pasien per bulan dengan pendapatan mencapai Rp1,2 miliar,” ujarnya. 

Untuk itu, ia mengatakan ingin menggaungkan wisata medis ini di Bali sehingga selain Bali sebagai tempat tujuan wisata budaya juga sebagai tempat kunjungan wisata medis baik untuk internasional ataupun domestik.

 

Menanggapi hal itu, Wagub Cok Ace mengatakan bahwa potensi pariwisata kesehatan atau medis ini memang cukup besar. Kata dia, pariwisata kesehatan sebenarnya merupakan bentuk tren pariwisata yang menggabungkan aspek kesehatan dan hiburan.

Di samping itu, Bali memang memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi pariwisata kesehatan global, terutama dari segi wellness (kebugaran). Terdapat sekitar 3.200 wellness centers di Bali seperti pusat pengobatan herbal tradisional dan spa. Namun baru segelintir saja yang memenuhi standar fasilitas kesehatan.

Untuk itu, ini merupakan catatan penting yang harus dipikirkan ke depan jika ingin membangun pariwisata kesehatan di Bali. 

Potensi utama Bali sebagai destinasi wisata kesehatan terletak pada keindahan alam Bali dan posisinya yang strategis sebagai destinasi wisata eksotis dengan budaya yang unik.

Selain itu, biaya pengobatan di pusat kesehatan Bali terbilang lebih terjangkau daripada negara lain terutama negara maju. Untuk itu, Wagub Cok Ace berharap dengan keinginan IMTB ini untuk mengembangkan wisata medis di Bali dapat berjalan dengan lancar dan Pemprov Bali sangat mendukung hal tersebut.

“Hanya yang perlu diperhatikan adalah lebih menonjolkan apa yang sebenarnya potensi yang kita miliki dan belum dimiliki oleh negara lain, sehingga kita tidak bersaing sengit dengan negara lain,” pungkasnya.

DENPASAR – Beragam ide muncul untuk membantu Bali bangkit kembali. Salah satunya mencoba menjadikan Bali sebagai wisata medis atau kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh General Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Putu Deddy Suhartawan saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Jumat (20/11).

Dalam pertemuan di Ruang Kerja Wagub Bali tersebut, Dedy menyampaikan bahwa selama ini Bali dikenal dengan image destinasi wisata leisure yang menawarkan keindahan alam atau wisata budaya yang kuat.

Namun, di balik itu ternyata ada diversifikasi wisata lain yang jarang diketahui oleh turis domestik, yakni wisata medis. Untuk itu, menurutnya Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni.

Dijelaskan, sebanyak 280 Rumah Sakit di Bali sudah terakreditasi paripurna, sementara 30 rumah sakit sudah terakreditasi internasional. Selain itu, menurutnya Bali sejak peristiwa Bom Bali I dan II hingga sebelum pandemi covid-19 terus membenahi diri, khususnya dalam aspek layanan kesehatan.

Maka tak heran bila banyak warga asing yang bersedia mencoba layanan medis sembari berlibur di Pulau Dewata. 

Jenis layanan kesehatan yang diakses wisatawan Bali beragam tetapi yang utama adalah layanan kosmetik, baik untuk bedah plastik, face implant, face lift, liposuction hingga yang bersifat non-invasif.

“Jumlahnya bisa mencapai 60 pasien per bulan dengan pendapatan mencapai Rp1,2 miliar,” ujarnya. 

Untuk itu, ia mengatakan ingin menggaungkan wisata medis ini di Bali sehingga selain Bali sebagai tempat tujuan wisata budaya juga sebagai tempat kunjungan wisata medis baik untuk internasional ataupun domestik.

 

Menanggapi hal itu, Wagub Cok Ace mengatakan bahwa potensi pariwisata kesehatan atau medis ini memang cukup besar. Kata dia, pariwisata kesehatan sebenarnya merupakan bentuk tren pariwisata yang menggabungkan aspek kesehatan dan hiburan.

Di samping itu, Bali memang memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi pariwisata kesehatan global, terutama dari segi wellness (kebugaran). Terdapat sekitar 3.200 wellness centers di Bali seperti pusat pengobatan herbal tradisional dan spa. Namun baru segelintir saja yang memenuhi standar fasilitas kesehatan.

Untuk itu, ini merupakan catatan penting yang harus dipikirkan ke depan jika ingin membangun pariwisata kesehatan di Bali. 

Potensi utama Bali sebagai destinasi wisata kesehatan terletak pada keindahan alam Bali dan posisinya yang strategis sebagai destinasi wisata eksotis dengan budaya yang unik.

Selain itu, biaya pengobatan di pusat kesehatan Bali terbilang lebih terjangkau daripada negara lain terutama negara maju. Untuk itu, Wagub Cok Ace berharap dengan keinginan IMTB ini untuk mengembangkan wisata medis di Bali dapat berjalan dengan lancar dan Pemprov Bali sangat mendukung hal tersebut.

“Hanya yang perlu diperhatikan adalah lebih menonjolkan apa yang sebenarnya potensi yang kita miliki dan belum dimiliki oleh negara lain, sehingga kita tidak bersaing sengit dengan negara lain,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/