32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 12:06 PM WIB

Jokowi Puji Bali Tangani Covid-19, Ketua Pecalang Ungkap Fakta Miris

DENPASAR – Presiden Joko Widodo alias Jokowi memuji penanganan Coronavirus Disease (Covid-19) di Bali sebagai yang terbaik di Indonesia.

Hal tersebut diutarakan Gubernur Bali I Wayan Koster, Sabtu (9/5) lalu. Koster menyebut pujian sang presiden disampaikan dalam rapat kabinet.

Tak hanya Jokowi, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani juga melayangkan pujian dan menyebut desa adat di Bali memiliki disiplin yang luar biasa.

Ironisnya, meski dibuai pujian sebagai garda terdepan, ternyata pecalang di Bali jauh dari perhatian pemerintah.

Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali, I Made Mudra mengungkap fakta bahwa hingga Jumat (22/5) pihaknya belum “tersentuh” bantuan logistik dan serangkaian tes yang memungkinkan pecalang bisa ngayah (kerja ikhlas, red) di lapangan.

“Rauh mangkin belum wenten (tes). Imbauan sekadi punika. Kecuali titiang lan semeton pacalang desa adat Denpasar sane bertugas ring

pos pantau terpadu Covid-19 ring traffic light Pulau Galang, Imam Bonjol yang bertugas 2 shift: pagi dan sore. Itu pun atas permintaan sendiri sebatas rapid test. Astungkara negative,” kata Mudra.

Kepada Radarbali.id, Mudra menilai pecalang penting diprioritaskan untuk mendapatkan tes Swab dan PCR karena bertugas langsung di lapangan.

“Mangda petugase seken-seken seger dan tidak menularkan Covid-19 dari pecalang. Lebih-lebih mereka OTG; biar lebih awal kita ketahui.

Agar petugas pecalang benar-benar sehat. Bukan malah menularkan Covid-19. Lebih-lebih mereka OTG; biar lebih awal kita ketahui,” tandasnya.

“Saya berharap pemerintah mendengar keluhan hati sameton pecalang se-Bali,” sambung Mudra sembari mengaku sedang bertugas di Pos Satgas Gotong Royong Covid-19, Desa Adat Denpasar, Jalan Gunung Batukaru No. 1 Denpasar.

Mudra menekankan pecalang seluruh Bali terlibat sebagai garda terdepan mengedukasi masyarakat di wilayah adatnya masing-masing. Jelasnya, total desa adat di Bali berjumlah 1.493.

Mirisnya, disinggung soal bantuan dari pemerintah, BUMN, dan BUMD kepada aparatur adat, khususnya pecalang, Mudra menyebut nihil alias tidak ada.

“Belum ada. Kecuali ade nak peduli dari masyarakat sebatas nasi bungkus. Akhir-akhir ini tidak ada lagi. Jadi bawa bekal sendiri. Sing ade buin. Jarang,” rincinya.

Lebih lanjut, Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali I Made Mudra menegaskan bahwa kerja pecalang adalah pengabdian; bukan pekerjaan pokok.

Konsepnya ngayah terhadap masyarakat desa adatnya; tunduk taat atas titah Jero Bendesa. “Sapunapi ngardi krama nenten keni tertular wabah puniki.

Selalu ngrastiti nunas ring sesuwunan mangda tetep seger. (Berusaha agar masyarakat tidak tertular wabah Covid-19. Selalu memohon agar dikaruniai kesehatan oleh para leluhur agar tetap sehat).

Harapan kami tidak berlebihan. Perhatian untuk para dokter, perawat itu didahulukan agar petugas medis betul-betul sehat. Dumadak pacalange seger. Terus seger,” tandasnya. 

DENPASAR – Presiden Joko Widodo alias Jokowi memuji penanganan Coronavirus Disease (Covid-19) di Bali sebagai yang terbaik di Indonesia.

Hal tersebut diutarakan Gubernur Bali I Wayan Koster, Sabtu (9/5) lalu. Koster menyebut pujian sang presiden disampaikan dalam rapat kabinet.

Tak hanya Jokowi, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani juga melayangkan pujian dan menyebut desa adat di Bali memiliki disiplin yang luar biasa.

Ironisnya, meski dibuai pujian sebagai garda terdepan, ternyata pecalang di Bali jauh dari perhatian pemerintah.

Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali, I Made Mudra mengungkap fakta bahwa hingga Jumat (22/5) pihaknya belum “tersentuh” bantuan logistik dan serangkaian tes yang memungkinkan pecalang bisa ngayah (kerja ikhlas, red) di lapangan.

“Rauh mangkin belum wenten (tes). Imbauan sekadi punika. Kecuali titiang lan semeton pacalang desa adat Denpasar sane bertugas ring

pos pantau terpadu Covid-19 ring traffic light Pulau Galang, Imam Bonjol yang bertugas 2 shift: pagi dan sore. Itu pun atas permintaan sendiri sebatas rapid test. Astungkara negative,” kata Mudra.

Kepada Radarbali.id, Mudra menilai pecalang penting diprioritaskan untuk mendapatkan tes Swab dan PCR karena bertugas langsung di lapangan.

“Mangda petugase seken-seken seger dan tidak menularkan Covid-19 dari pecalang. Lebih-lebih mereka OTG; biar lebih awal kita ketahui.

Agar petugas pecalang benar-benar sehat. Bukan malah menularkan Covid-19. Lebih-lebih mereka OTG; biar lebih awal kita ketahui,” tandasnya.

“Saya berharap pemerintah mendengar keluhan hati sameton pecalang se-Bali,” sambung Mudra sembari mengaku sedang bertugas di Pos Satgas Gotong Royong Covid-19, Desa Adat Denpasar, Jalan Gunung Batukaru No. 1 Denpasar.

Mudra menekankan pecalang seluruh Bali terlibat sebagai garda terdepan mengedukasi masyarakat di wilayah adatnya masing-masing. Jelasnya, total desa adat di Bali berjumlah 1.493.

Mirisnya, disinggung soal bantuan dari pemerintah, BUMN, dan BUMD kepada aparatur adat, khususnya pecalang, Mudra menyebut nihil alias tidak ada.

“Belum ada. Kecuali ade nak peduli dari masyarakat sebatas nasi bungkus. Akhir-akhir ini tidak ada lagi. Jadi bawa bekal sendiri. Sing ade buin. Jarang,” rincinya.

Lebih lanjut, Manggala Agung Pasikian Pecalang Bali I Made Mudra menegaskan bahwa kerja pecalang adalah pengabdian; bukan pekerjaan pokok.

Konsepnya ngayah terhadap masyarakat desa adatnya; tunduk taat atas titah Jero Bendesa. “Sapunapi ngardi krama nenten keni tertular wabah puniki.

Selalu ngrastiti nunas ring sesuwunan mangda tetep seger. (Berusaha agar masyarakat tidak tertular wabah Covid-19. Selalu memohon agar dikaruniai kesehatan oleh para leluhur agar tetap sehat).

Harapan kami tidak berlebihan. Perhatian untuk para dokter, perawat itu didahulukan agar petugas medis betul-betul sehat. Dumadak pacalange seger. Terus seger,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/