DENPASAR – Selasa (16/7) lalu, Bali diguncang gempa bumi dengan magnitudo 5,8 SR. Gempa ini juga menimbulkan puluhan kerusakan bangunan di seluruh Bali.
Lebih dari sepuluh orang dinyatakan luka berat dan ringan. Kepala Bidang Manajemen Operasi Seismolgi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Wilayah III Denpasar,
Ariska Rudyanto, mengatakan bahwa sebelumnya, pada tahun 2011 terjadi gempa dengan magnitudo 6,8 SR. Gempa tersebut terjadi di bagian selatan Bali.
Letaknya hampir persis di lokasi gempa, Selasa (16/7) lalu. Episenter gempa terletak di 143 km arah barat Nusa Dua.
Gempa ini juga dirasakan di Yogyakarta, Mataram – NTB, dan Malang, Jawa Timur. Puluhan orang dikabarkan mengalami luka-luka.
“Gempa bumi adalah bagian dari rangkaian gempa bumi akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia,” kata Ariska Rudiyanto.
Setelah gempa 5,8 magnitudo berpusat di Nusa dua, media nasional kembali memberitakan adanya potensi gempa 8,8 magnitudo dan tsunami di selatan pulau Jawa.
Lantas apakah di Bali juga memiliki potensi yang sama? Terkait hal ini, Ariska mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memastikan.
Ariska meminta masyatakat agar tetap tenang dan selalu waspada. Masyarakat diminta untuk sensitif terhadap program kesiapsiagaan bencana.
Seperti pelatihan kesiagaan bencana atau edukasi terkait bencana alam seperti gempa. “Karena selain Indonesia berada di ring of fire dunia,
hingga saat ini belum ada alat atau manusia yang bisa memprediksi gempa terjadi. Namun pusat gempa bisa saja menjadi sumber gempa dan tsunami,” tandasnya.