29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:21 AM WIB

Hujan Es saat Peralihan Musim, BMKG: Fenomena Terjadi Sejak 2010

DENPASAR – Belakangan ini, Bali dihebohkan oleh fenomena hujan es seperti yang terjadi di Petang Badung dan juga Desa Dapdap Putih, Busungbiu, Buleleng. 

Menurut catatan pihak BMKG, fenomena hujan es ini ternyata bukan sesuatu yang baru. Bahkan disebutkan Bali sudah kejatuhan hujan es sejak 10 tahun lalu.

“Sudah terjadi beberapa kali (hujan es), tahun 2010 pernah terjadi di Kerobokan,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG di Bali, Iman Fatchurochman kemarin.

Dalam penjelasannya, fenomena hujan es/hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat terjadi karena adanya awan konvektif yaitu awan comulunimbus (CB).

Hujan seperti ini biasanya sering terjadi pada masa transisi/pancaroba baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada saat musim hujan.

Hujan es biasanya terjadi dalam waktu yang singkat berkisar antara 3 – 5 menit atau bisa juga 10 menit tetapi jarang.

Untuk kejadian hujan es di daerah Busungbiu, Desa Dadap Putih terpantau melalui citra satelit cuaca tampak awan konvektif di daerah tersebut dan dari pantauan radar cuaca terjadi hujan sedang – lebat dari pukul 11.30 WITA hingga pukul 13.30 WITA.

Lalu bagaimana bisa terbentuk es? Dijelaskan, jika puncak awan melewati suhu bekunya atau suhu negatif dan terus menerus terjadi penggabungan butir-butir es yang cukup banyak di dalam awan CB.

Sehingga terbentuklah butiran-butiran es yang cukup besar dimana saat turun ke bumi, akan tercairkan oleh gesekan udara saat jatuh.

Namun, karena bongkahan es cukup besar maka tidak mencair sempurna, masih tersisa butiran-butiran es sebesar kelereng.

Lalu apakah hujan es ini berbahaya? “Hujan es yang turun biasanya sebesar biji kelereng, sehingga kalau bagi pemakai kendaraan seperti motor cukup berbahaya,

mengurangi jarak pandang, dan cukup sakit jika terkena es kalau kecepatan kita kencang. Jalan juga bisa licin, sehingga lebih baik berhenti berkendara,”jawabnya.

Apakah es yang jatuh ini bisa dikonsumsi masyarakat? “Harus dicek ke laboratorium,”pungkasnya. 

DENPASAR – Belakangan ini, Bali dihebohkan oleh fenomena hujan es seperti yang terjadi di Petang Badung dan juga Desa Dapdap Putih, Busungbiu, Buleleng. 

Menurut catatan pihak BMKG, fenomena hujan es ini ternyata bukan sesuatu yang baru. Bahkan disebutkan Bali sudah kejatuhan hujan es sejak 10 tahun lalu.

“Sudah terjadi beberapa kali (hujan es), tahun 2010 pernah terjadi di Kerobokan,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG di Bali, Iman Fatchurochman kemarin.

Dalam penjelasannya, fenomena hujan es/hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat terjadi karena adanya awan konvektif yaitu awan comulunimbus (CB).

Hujan seperti ini biasanya sering terjadi pada masa transisi/pancaroba baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada saat musim hujan.

Hujan es biasanya terjadi dalam waktu yang singkat berkisar antara 3 – 5 menit atau bisa juga 10 menit tetapi jarang.

Untuk kejadian hujan es di daerah Busungbiu, Desa Dadap Putih terpantau melalui citra satelit cuaca tampak awan konvektif di daerah tersebut dan dari pantauan radar cuaca terjadi hujan sedang – lebat dari pukul 11.30 WITA hingga pukul 13.30 WITA.

Lalu bagaimana bisa terbentuk es? Dijelaskan, jika puncak awan melewati suhu bekunya atau suhu negatif dan terus menerus terjadi penggabungan butir-butir es yang cukup banyak di dalam awan CB.

Sehingga terbentuklah butiran-butiran es yang cukup besar dimana saat turun ke bumi, akan tercairkan oleh gesekan udara saat jatuh.

Namun, karena bongkahan es cukup besar maka tidak mencair sempurna, masih tersisa butiran-butiran es sebesar kelereng.

Lalu apakah hujan es ini berbahaya? “Hujan es yang turun biasanya sebesar biji kelereng, sehingga kalau bagi pemakai kendaraan seperti motor cukup berbahaya,

mengurangi jarak pandang, dan cukup sakit jika terkena es kalau kecepatan kita kencang. Jalan juga bisa licin, sehingga lebih baik berhenti berkendara,”jawabnya.

Apakah es yang jatuh ini bisa dikonsumsi masyarakat? “Harus dicek ke laboratorium,”pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/