DENPASAR – Bali kembali diguncang gempa bumi Rabu (24/7) malam sekitar pukul 20.17 Wita. Kali ini pusat gempa terjadi di Samudra Hindia selatan Bali.
Pusat gempa berada di zona megathrust selatan Bali. Hasil analisis update yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa ini memiliki kekuatan magnitudo 5,2 SR.
Episenter terletak pada koordinat 10,57 LS dan 115,00 BT, tepatnya di Samudra Hindia pada jarak 198 km arah barat daya Nusa Dua dengan kedalaman 10 km.
Gempa yang terjadi Rabu malam langsung dirilis Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Dr. Daryono.
Berdasar lokasi episenter dan kedalamannya tampak bahwa gempa ini merupakan jenis gempa tektonik dangkal di zona megatrust relatif dekat dengan front subduction.
Dengan memperhatikan mekanisme sumber yang berupa pergerakan naik (thrusting), maka hiposenter gempa ini terletak pada bidang kontak antar Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Gempa semacam ini populer disebut sebagai “interplate earthquake”. Pusat gempa ini meski lokasi sangat jauh dari Bali dan Lombok, tapi beberapa warga di Lombok merasakan guncangan gempa ini dalam skala intensitas II MMI.
Di Samudra Hindia selatan Bali, gempa ini adalah urutan yang ketiga kalinya dalam sehari, Rabu (24/7) kemarin. Kemarin, umat Hindu Bali sedang merayakan hari raya Galungan.
Gempa pertama terjadi pada pukul 09.29.13 WITA dengan kekuatan 4,9 SR pada kedalaman 71 km. Gempa kedua terjadi pukul 18.53.13 WITA dengan kekuatan 4,1 SR pada kedalaman 66 km dengan posisi di Samudra Hindia selatan Bali.
Dan yang ketiga adalah gempa berkekuatan 5,2 SR yang terjadi pada pukul 20.17 lewat 23 detik.
Episenter terletak pada koordinat 10,57 LS dan 115,00 BT, tepatnya di Samudra Hindia pada jarak 198 km arah barat daya Nusa Dua dengan kedalaman 10 km.
“Ditinjau dari kedalaman hiposenternya maka baik gempa pertama dan kedua adalah gempa dengan kedalaman menengah di zona Benioff.
Ditinjau dari karakterikstik kedalaman dan mekanisme sumbernya tampak bahwa gempa pertama dan kedua lebih memiliki kaitan dengan aktivitas gempa kuat yang terjadi
pada tanggal 16 Juli 2019 lalu dengan kekuatan 6,0 SR pada kedalaman 75.6 km. Sedangan gempa yang ketiga adalah gempa baru di zona megathrust,” terang Dr Daryono dalam rilisnya.
Dengan terjadinya peristiwa tiga kali gempa bumi di selatan Bali dalam sehari kemarin, Daryono mengimbau masyarkat meningkatkan kewaspadaan.
“Tapi, kita tidak perlu resah dan khawatir,” paparnya. Menurutnya, tingkah laku gempa masih sulit dikenali polanya.
Selain itu aktivitas gempa bumi belum dapat diprediksi kapan, dimana, dan berapa kekuatannya. Menurut Daryono, hingga kemarin malam warga Banyuwangi dan Bali masih melontarkan pertanyaan, apakah rentetan gempa di selatan Bali ini merupakan tipe gempa pembuka?
“Jawabnya adalah sangat sulit untuk menentukan sebuah gempa disebut sebagai gempa pembuka atau bukan,” tandas Daryono.