29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:58 AM WIB

Duh, Kualitas Udara Denpasar Buruk, Bersanding dengan Jakarta

DENPASAR – Kualitas udara di Denpasar masuk dalam kategori kurang sehat setelah Jakarta yang menduduki nomor 1 di wilayah Indonesia.

Hal tersebut dapat dilihat dari alat pengukur kualitas udara melalui aplikasi airvisual. Artinya, kualitas udara yang buruk ini pun dapat memicu sejumlah penyakit, salah satunya kanker.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali dari aplikasi tersebut, dari beberapa titik alat pengukur udara yang dipasang, udara dengan kualitas terburuk ada di wilayah Celukan Bawang, Singaraja.

Bahkan, kualitas sangat buruk tersebut sama dengan di Jakarta. Hal tersebut menjadikan Pulau Bali ini berada di bawah Jakarta yang memiliki udara kurang bersih.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya kemarin (28/7) membenarkan bahwa angka penderita kanker di Bali meningkat. Salah satu penyebabnya, adalah polusi udara.

“Penderita kanker di Bali memang meningkat signifikan. Polusi udara, asap rokok, termasuk gas beracun dapat menjadi faktor penyebabnya,” ujar dr. Suarjaya.

Terkait udara yang kurang baik di Bali, dalam jangka pendek, ini berbahaya bagi saluran pernapasan, alergi, radang saluran nafas, pilek dan bersin-bersin.

Sedangkan dalam jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan juga kanker. “Kanker ini bisa karena polusi,” tegasnya lagi.

Dia berharap, program pemerintah yakni Bali Clean and Green ini tidak hanya sebatas wacana saja. Program ini adalah upaya pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kualitas udara yang aman dan sehat.

“Upaya dengan menanam pohon dan sebagainya ini penting agar udara kita ini menjadi bersih,” terangnya.

Di sisi lain, pasien kanker yang berobat di RS Sanglah cukup tinggi. Padahal, penyakit ini dapat dicegah. Terutama kanker kepala dan leher. 

DENPASAR – Kualitas udara di Denpasar masuk dalam kategori kurang sehat setelah Jakarta yang menduduki nomor 1 di wilayah Indonesia.

Hal tersebut dapat dilihat dari alat pengukur kualitas udara melalui aplikasi airvisual. Artinya, kualitas udara yang buruk ini pun dapat memicu sejumlah penyakit, salah satunya kanker.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali dari aplikasi tersebut, dari beberapa titik alat pengukur udara yang dipasang, udara dengan kualitas terburuk ada di wilayah Celukan Bawang, Singaraja.

Bahkan, kualitas sangat buruk tersebut sama dengan di Jakarta. Hal tersebut menjadikan Pulau Bali ini berada di bawah Jakarta yang memiliki udara kurang bersih.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya kemarin (28/7) membenarkan bahwa angka penderita kanker di Bali meningkat. Salah satu penyebabnya, adalah polusi udara.

“Penderita kanker di Bali memang meningkat signifikan. Polusi udara, asap rokok, termasuk gas beracun dapat menjadi faktor penyebabnya,” ujar dr. Suarjaya.

Terkait udara yang kurang baik di Bali, dalam jangka pendek, ini berbahaya bagi saluran pernapasan, alergi, radang saluran nafas, pilek dan bersin-bersin.

Sedangkan dalam jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan juga kanker. “Kanker ini bisa karena polusi,” tegasnya lagi.

Dia berharap, program pemerintah yakni Bali Clean and Green ini tidak hanya sebatas wacana saja. Program ini adalah upaya pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kualitas udara yang aman dan sehat.

“Upaya dengan menanam pohon dan sebagainya ini penting agar udara kita ini menjadi bersih,” terangnya.

Di sisi lain, pasien kanker yang berobat di RS Sanglah cukup tinggi. Padahal, penyakit ini dapat dicegah. Terutama kanker kepala dan leher. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/