DENPASAR – Suasana Kota Denpasar saat hari raya Galungan kemarin (30/5) terasa berbeda. Kota Denpasar yang setiap harinya padat dan sesak terasa longgar.
Kondisi jalanan, terutama jalanan protokol seperti Jalan Diponegero dan Jalan Gatot Subroto tampak lengang.
Kendaraan roda dua dan empat yang melintas biasanya milik para pemedek yang hendak sembahyang ke pura.
Suasana Denpasar sepi ini karena banyak ditinggal “mudik” atau pulang kampung penghuninya. Tidak hanya jalanan yang sepi.
Pasar Badung yang biasa padat juga minim aktivitas jual beli. Para pedagang tampak hanya mebanten atau mengaturkan sesajen.
Sebagai Ibu Kota Bali, Denpasar menjadi tujuan utama urbanisasi warga kabupaten lain mencari nafkah. Di antaranya masyarakat berasal dari Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
Dua kabupaten tersebut memiliki komunitas dan sebutan tersendiri saat tinggal di rantau. Misal Buldog atau Buleleng dogen bagi perantau asal Buleleng, dan Golkar atau Golongan Karangasem dari Karangasem.
“Setiap Galungan diusahakan pulang kampung sembahyang. Hari ini (kemarin) saya pulang ke Buleleng,” ujar I Putu Sanjaya, 35, asal Seririt, Buleleng itu.
Namun, bapak satu anak itu mengaku tidak bisa lama di kampung karena hanya diberi waktu libur tiga hari oleh kantornya.
“Mungkin dua hari saja di kampung, setelah itu balik lagi ke Denpasar,” imbuhnya. Hal senada diturukan Putu Parwata, 38. Pria asal Karangasem itu sempat pulang ke kampung mengantar keluarganya.
Dia balik ke Denpasar karena ada keperluan yang harus diselesaikan. “Sore ini (kemarin sore) saya balik lagi ke Karangasem nyusul keluarga,” ujarnya