29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:59 AM WIB

Kerajinan Pelapah Pisang Perajin Buleleng Tembus Pasar Eropa

SUKASADA – Pelepah pisang kerap kali dipandang sebelah mata. Namun, bila diolah menjadi sebuah bentuk kerajinan, pelepah pisang bisa menghasilkan cuan yang sangat besar.

Bahkan, kerajinan yang berbahan baku pelepah pisang, telah diekspor hingga ke Spanyol. Kerajinan pelepah pisang itu, digeluti Putu Lila, 46, warga Lingkungan Sangket, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada.

Pria ini telah menggeluti kerajinan pelepah pisang sejak 2004 silam. Selama belasan tahun, buah karyanya telah diekspor ke berbagai negara.

Ide memanfaatkan pelepah pisang sebenarnya berawal dari kerajin-kerajinan serupa yang berbahan dasar daun kering.

Lila pun berupaya memanfaatkan pelepah pisang, karena bahan bakunya relatif mudah didapat. Pelepah tersebut bisa didapat dari kebun pisang yang ada di sekitar rumahnya.

Pelepah pisang kemudian diolah dan dikeringkan, agar memiliki daya tahan yang lebih kuat. Setelah itu pelepah pisang dihias sedemikian rupa sehingga berbentuk kerajinan.

Seperti bingkai foto, asbak, wadah botol, hingga lukisan pasir. Meski berawal dari ide yang sederhana, produk kerajinan yang dihasilkannya telah diekspor ke luar negeri.

Di antaranya ke Spanyol dan Maladewa. “Awalnya dari hobi. Kemudian saya jual ke art shop. Ternyata banyak yang berminat.

Akhirnya terus berkembang sampai sekarang diekspor ke Maladewa dan Spanyol,” kata Lila saat ditemui di bengkel kerajinannya.

Hinga kini Lila melibatkan keluarganya untuk menjalankan usaha tersebut. Selain itu ada enam orang lain yang juga ia pekerjakan di usaha rumahan tersebut.

Dari hasil menggeluti kerajinan itu, dalam sebulan ia bisa menghasilkan omzet hingga Rp 15 juta. Meski sudah memiliki pangsa pasar ekspor, Lila mengaku masih mengalami sejumlah kesulitan.

Di antaranya usaha kerajinan itu masih dilakukan secara manual. “Kami sih inginnya ada peralatan mesin. Sehingga bisa lebih cepat kerjanya,” harap Lila.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disdagperinkop UKM) Buleleng, Dewa Made Sudiarta mengakui bahwa Putu Lila merupakan salah seorang potensial di Buleleng.

Hasil kerajinan dari pelepah pisang sudah sering diikutkan dalam pameran sebagai sarana promosi.

“Setiap kami ada kesempatan pameran keluar daerah, hasil kerajinan pelepah pisang ini selalu kami sertakan. Karena memang ini sangat menarik dan peminatnya banyak,” kata Sudiarta.

Lebih lanjut Sudiarta mengatakan, selama ini para perajin di Buleleng kerap terkendala Sumber Daya Manusia (SDM).

Pemerintah juga berharap para pengusaha UMKM dapat membentuk sebuah wadah atau kelompok, untuk penguatan kelembagaan dan SDM.

“Kalau sudah ada dalam satu wadah, kami kan lebih mudah melakukan pembinaan,” imbuhnya. Sekadar diketahui, kini tercatat ada 35.555 usaha kecil dan menengah yang bergerak di Buleleng.

Dari jumlah tersebut, separonya bergerak pada sektor produksi.

SUKASADA – Pelepah pisang kerap kali dipandang sebelah mata. Namun, bila diolah menjadi sebuah bentuk kerajinan, pelepah pisang bisa menghasilkan cuan yang sangat besar.

Bahkan, kerajinan yang berbahan baku pelepah pisang, telah diekspor hingga ke Spanyol. Kerajinan pelepah pisang itu, digeluti Putu Lila, 46, warga Lingkungan Sangket, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada.

Pria ini telah menggeluti kerajinan pelepah pisang sejak 2004 silam. Selama belasan tahun, buah karyanya telah diekspor ke berbagai negara.

Ide memanfaatkan pelepah pisang sebenarnya berawal dari kerajin-kerajinan serupa yang berbahan dasar daun kering.

Lila pun berupaya memanfaatkan pelepah pisang, karena bahan bakunya relatif mudah didapat. Pelepah tersebut bisa didapat dari kebun pisang yang ada di sekitar rumahnya.

Pelepah pisang kemudian diolah dan dikeringkan, agar memiliki daya tahan yang lebih kuat. Setelah itu pelepah pisang dihias sedemikian rupa sehingga berbentuk kerajinan.

Seperti bingkai foto, asbak, wadah botol, hingga lukisan pasir. Meski berawal dari ide yang sederhana, produk kerajinan yang dihasilkannya telah diekspor ke luar negeri.

Di antaranya ke Spanyol dan Maladewa. “Awalnya dari hobi. Kemudian saya jual ke art shop. Ternyata banyak yang berminat.

Akhirnya terus berkembang sampai sekarang diekspor ke Maladewa dan Spanyol,” kata Lila saat ditemui di bengkel kerajinannya.

Hinga kini Lila melibatkan keluarganya untuk menjalankan usaha tersebut. Selain itu ada enam orang lain yang juga ia pekerjakan di usaha rumahan tersebut.

Dari hasil menggeluti kerajinan itu, dalam sebulan ia bisa menghasilkan omzet hingga Rp 15 juta. Meski sudah memiliki pangsa pasar ekspor, Lila mengaku masih mengalami sejumlah kesulitan.

Di antaranya usaha kerajinan itu masih dilakukan secara manual. “Kami sih inginnya ada peralatan mesin. Sehingga bisa lebih cepat kerjanya,” harap Lila.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disdagperinkop UKM) Buleleng, Dewa Made Sudiarta mengakui bahwa Putu Lila merupakan salah seorang potensial di Buleleng.

Hasil kerajinan dari pelepah pisang sudah sering diikutkan dalam pameran sebagai sarana promosi.

“Setiap kami ada kesempatan pameran keluar daerah, hasil kerajinan pelepah pisang ini selalu kami sertakan. Karena memang ini sangat menarik dan peminatnya banyak,” kata Sudiarta.

Lebih lanjut Sudiarta mengatakan, selama ini para perajin di Buleleng kerap terkendala Sumber Daya Manusia (SDM).

Pemerintah juga berharap para pengusaha UMKM dapat membentuk sebuah wadah atau kelompok, untuk penguatan kelembagaan dan SDM.

“Kalau sudah ada dalam satu wadah, kami kan lebih mudah melakukan pembinaan,” imbuhnya. Sekadar diketahui, kini tercatat ada 35.555 usaha kecil dan menengah yang bergerak di Buleleng.

Dari jumlah tersebut, separonya bergerak pada sektor produksi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/