31 C
Jakarta
19 April 2024, 11:12 AM WIB

Minus Hari Raya Keagamaan, Harga Anggur Anjlok, Cuma…

RadarBali.com – Nasib kurang baik menimpa para petani anggur di Buleleng yang tersebar di tiga kecamatan di Buleleng.

Antara lain Gerokgak, Seririt dan Banjar ini. Meskipun tumbuh subur di tiga kecamatan tersebut, nyatanya kini tak sebanding dengan harganya yang kian anjlok di bawah rata-rata.

Buah anggur yang memiliki nama latin Alfonso lavalle ini berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali kemarin, selain anjloknya harga anggur, juga dipengaruhi oleh ongkos produksi yang kian melambung.

Hal tersebut dituturkan oleh Ketut Agus, 40, seorang petani Anggur, di Subak Kaligenit, Dusun Alas Harum, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt.

“Sekarang harganya 6 ribu per kilogram. Saya terpaksa mengundur waktu memetiknya dengan harapan harganya bisa naik. Tapi ternyata tetap harganya segitu. Itu sudah kualitas yang paling bagus” ujarnya.

Harga anggur yang biasa di jual Rp 12 – 20 ribu per kilogramnya kini malah turun drastis. Menurutnya anjloknya harga buah hitam manis ini lebih dikarenakan tidak adanya hari raya keagamaan sehingga membuat konsumsi buah anggur di pasaran menurun.

Lebih lanjut dikatakan Ketut Agus untuk harga 6 ribu per kilogram, itu tergolong impas dengan biaya produksi yang dikeluarkannya.

Sebab perbandingannya, tiap 30 are areal kebun anggur, membutuhkan modal hingga 3,5 juta untuk sekali panen.

Modal itu dibutuhkan untuk biaya memangkas, pupuk kimia, dan pestisida selama tiga bulan atau 100 hari untuk satu periode masa panen. 

Kabid Horltikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Gede Subudi membenarkan harga anggur turun.

 “Harga anggur di pohon itu memang di kisaran 6 ribu. Kalau sudah di pasaran bisa mencapai 10 ribu. Tetapi dengan harga 6 ribu di pohon, petani sudah bisa break event point alias balik modal,” katanya.

Pihaknya mengaku tak bisa mengintervensi pasar agar harga buah anggur menjadi naik. “Kami tidak bisa mengintervensi pasar. Karena itu kan berlaku hukum ekonomi. Tingginya permintaan sudah pasti harganya melambung, atau sebaliknya,” ungkapnya.

Untuk itu, Subudi menyarankan, para petani anggur bisa menyiasati pola pemangkasan agar bisa panen saat menjelang hari raya.

Misalkan, lagi tiga bulan ke depan Hari Raya Galungan, maka petani sudah bisa memangkas tanamannya, agar bisa panen jelang hari raya.

Ini harus disiasati, karena anggur itu kan bukan tanaman musiman. Nah kalau panen tepat saat hari raya, harganya sudah pasti naik, bisa tembus 15 ribu per kilogram di pohon. 

RadarBali.com – Nasib kurang baik menimpa para petani anggur di Buleleng yang tersebar di tiga kecamatan di Buleleng.

Antara lain Gerokgak, Seririt dan Banjar ini. Meskipun tumbuh subur di tiga kecamatan tersebut, nyatanya kini tak sebanding dengan harganya yang kian anjlok di bawah rata-rata.

Buah anggur yang memiliki nama latin Alfonso lavalle ini berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali kemarin, selain anjloknya harga anggur, juga dipengaruhi oleh ongkos produksi yang kian melambung.

Hal tersebut dituturkan oleh Ketut Agus, 40, seorang petani Anggur, di Subak Kaligenit, Dusun Alas Harum, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt.

“Sekarang harganya 6 ribu per kilogram. Saya terpaksa mengundur waktu memetiknya dengan harapan harganya bisa naik. Tapi ternyata tetap harganya segitu. Itu sudah kualitas yang paling bagus” ujarnya.

Harga anggur yang biasa di jual Rp 12 – 20 ribu per kilogramnya kini malah turun drastis. Menurutnya anjloknya harga buah hitam manis ini lebih dikarenakan tidak adanya hari raya keagamaan sehingga membuat konsumsi buah anggur di pasaran menurun.

Lebih lanjut dikatakan Ketut Agus untuk harga 6 ribu per kilogram, itu tergolong impas dengan biaya produksi yang dikeluarkannya.

Sebab perbandingannya, tiap 30 are areal kebun anggur, membutuhkan modal hingga 3,5 juta untuk sekali panen.

Modal itu dibutuhkan untuk biaya memangkas, pupuk kimia, dan pestisida selama tiga bulan atau 100 hari untuk satu periode masa panen. 

Kabid Horltikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Gede Subudi membenarkan harga anggur turun.

 “Harga anggur di pohon itu memang di kisaran 6 ribu. Kalau sudah di pasaran bisa mencapai 10 ribu. Tetapi dengan harga 6 ribu di pohon, petani sudah bisa break event point alias balik modal,” katanya.

Pihaknya mengaku tak bisa mengintervensi pasar agar harga buah anggur menjadi naik. “Kami tidak bisa mengintervensi pasar. Karena itu kan berlaku hukum ekonomi. Tingginya permintaan sudah pasti harganya melambung, atau sebaliknya,” ungkapnya.

Untuk itu, Subudi menyarankan, para petani anggur bisa menyiasati pola pemangkasan agar bisa panen saat menjelang hari raya.

Misalkan, lagi tiga bulan ke depan Hari Raya Galungan, maka petani sudah bisa memangkas tanamannya, agar bisa panen jelang hari raya.

Ini harus disiasati, karena anggur itu kan bukan tanaman musiman. Nah kalau panen tepat saat hari raya, harganya sudah pasti naik, bisa tembus 15 ribu per kilogram di pohon. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/