25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 3:27 AM WIB

Trik Bertahan Hidup saat Covid-19: Andalkan Budidaya Bibit Tanaman

SEMARAPURA – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan

perkarangan rumah sesempit apa pun untuk menanam sayu-mayur dan bumbu dapur demi meringankan biaya hidup sehari-hari.

Kondisi itu memberi angin segar bagi para pembudidaya tanaman. Seperti yang dirasakan Dewa Ayu Raka Suastini, 46, pembudidaya tanaman asal Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan.

Suastini saat ditemui di kediamannya, Dewa Ayu Raka menuturkan, akibat wabah Covid-19, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak awal tahun 2020 lalu.

Alhasil suaminya, Dewa Nyoman Sudiana, 49, yang seorang sopir pemandu wisata tidak bekerja sejak Januari 2020 lalu.

“Tetapi saya tetap bersyukur. Karena sekarang ada suami yang membantu saya buat bibit dan mengantar tanaman,” kata wanita yang sudah mulai membudidayakan berbagai jenis tanaman sejak tahun 2018 lalu itu.

Diungkapkannya, permintaan bibit tanaman di tempatnya mengalami peningkatan cukup signifikan sejak virus corona mewabah.

Terutamanya untuk bibit sayur-mayur dan bumbu dapur. Itu lantaran masyarakat semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan

perkarangan rumah sesempit apa pun untuk menanam sayu-mayur dan bumbu dapur demi meringankan biaya hidup sehari-hari.

Apalagi saat ini banyak pekerja pariwisata yang di PHK. Sehingga untuk mengisi waktu dan agar bisa meringankan pengeluaran sehari-hari, budidaya tanaman sayur-mayur dan bumbu dapur menjadi pilihan.

“Bibit yang banyak diminta saat ini, yakni bibit cabai, tomat, terong, seledri dan daun mint. Yang membeli tidak hanya

dari Klungkung, tetapi juga luar Kabupaten Klungkung. Seperti Bangli, Gianyar, bahkan Denpasar,” terangnya.

Namun lantaran adanya pembatasan penyeberangan ke Kecamatan Nusa Penida, dia mengaku sudah lebih dari sebulan tidak mengirim bibit lagi ke Nusa Penida.

Padahal, menurutnya, permintaan bibit tanaman ke Nusa Penida cukup besar. Rata-rata dia bisa menerima permintaan sebanyak 500 bibit untuk masing-masing jenis bibit tanaman sayur-mayur dan juga bumbu dapur per dua minggunya.

“Jadi, sekarang saya hanya melayani permintaan untuk Bali daratan. Walau begitu, total permintaan bibit tanaman tetap mengalami peningkatan dibandingkan sebelum korona,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan

perkarangan rumah sesempit apa pun untuk menanam sayu-mayur dan bumbu dapur demi meringankan biaya hidup sehari-hari.

Kondisi itu memberi angin segar bagi para pembudidaya tanaman. Seperti yang dirasakan Dewa Ayu Raka Suastini, 46, pembudidaya tanaman asal Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan.

Suastini saat ditemui di kediamannya, Dewa Ayu Raka menuturkan, akibat wabah Covid-19, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak awal tahun 2020 lalu.

Alhasil suaminya, Dewa Nyoman Sudiana, 49, yang seorang sopir pemandu wisata tidak bekerja sejak Januari 2020 lalu.

“Tetapi saya tetap bersyukur. Karena sekarang ada suami yang membantu saya buat bibit dan mengantar tanaman,” kata wanita yang sudah mulai membudidayakan berbagai jenis tanaman sejak tahun 2018 lalu itu.

Diungkapkannya, permintaan bibit tanaman di tempatnya mengalami peningkatan cukup signifikan sejak virus corona mewabah.

Terutamanya untuk bibit sayur-mayur dan bumbu dapur. Itu lantaran masyarakat semakin sadar akan pentingnya memanfaatkan

perkarangan rumah sesempit apa pun untuk menanam sayu-mayur dan bumbu dapur demi meringankan biaya hidup sehari-hari.

Apalagi saat ini banyak pekerja pariwisata yang di PHK. Sehingga untuk mengisi waktu dan agar bisa meringankan pengeluaran sehari-hari, budidaya tanaman sayur-mayur dan bumbu dapur menjadi pilihan.

“Bibit yang banyak diminta saat ini, yakni bibit cabai, tomat, terong, seledri dan daun mint. Yang membeli tidak hanya

dari Klungkung, tetapi juga luar Kabupaten Klungkung. Seperti Bangli, Gianyar, bahkan Denpasar,” terangnya.

Namun lantaran adanya pembatasan penyeberangan ke Kecamatan Nusa Penida, dia mengaku sudah lebih dari sebulan tidak mengirim bibit lagi ke Nusa Penida.

Padahal, menurutnya, permintaan bibit tanaman ke Nusa Penida cukup besar. Rata-rata dia bisa menerima permintaan sebanyak 500 bibit untuk masing-masing jenis bibit tanaman sayur-mayur dan juga bumbu dapur per dua minggunya.

“Jadi, sekarang saya hanya melayani permintaan untuk Bali daratan. Walau begitu, total permintaan bibit tanaman tetap mengalami peningkatan dibandingkan sebelum korona,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/