27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 9:01 AM WIB

Lewat Puisi, Samar Gantang Ingatkan Jaga Warisan Budaya Bangsa

TABANAN – Tampil apa adanya alias natural, itulah yang dilakukan I Gusti Putu Bawa Samar Gantang, salah satu sastrawan asal Tabanan saat membacakan puisi bertajuk Hut Tabanan Ke- 525 di Gedung Kesenian I Ketut Maria.

Riuh tepuk tangan penonton yang memadati gedung Kesenian I Ketut Maria menambah kehangatan malam ketika lantunan suara nyanyi dan teriakan keras Samar Gantang mementaskan puisi yang dibawakan.

Puisi dengan jumlah 15 bait dibuat ketika dia terbangun dari lelap tidurnya. “Puisi ini lebih banyak bercerita kondisi rill Tabanan, mulai bangunan, budayanya,

destinasi pariwisata dan orang hebat yang bergerak di bidang seni dan budaya,” ucap pria yang akrab disapa Samar Gantang ditemui usai pementasan.

Menurut pria kelahiran 20 September 1948, sangat mendadak dirinya membuat puisi ini. Tiba-tiba anak yang membangunkan.

“Ajik bisa nggak tampil 5 menit sampai 10 menit dalam acara Hut Tabanan untuk membaca puisi. Saya pun langsung menyanggupi. Saat itu juga,” ujarnya.

Isi puisi ini bagaimana mengingatkan dan memberikan kesadaran kepada masyarakat Tabanan agar menjaga ketiga bangunan gedung.

Yakni Gedung Kesenian I Ketut Maria, Museum Sagung Wah, dan Taman Kota Garuda Wisnu Serasi. Agar tidak mudah menjadi tangan-tangan usil dan jahil dengan aksi vandalisme.

Artinya tidak mudah merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya. “Harap saya minimal menjaga warisan budaya seni yang ada di Tabanan,” pintanya.

Meski  durasi waktu yang diberikan singkat, Samar Gantang coba tampil lebih pure mengikuti suasana acara.

Memang tak banyak persiapan, karena mendadak diinformasi untuk tampil pentas di Hut Kota Tabanan.

“Saya akan tampil kembali saat acara puncak Hut Kota Tabanan. Puisi yang saya bawakan Abi Acara Ambara atau Leak Angkasa,” tandasnya. 

TABANAN – Tampil apa adanya alias natural, itulah yang dilakukan I Gusti Putu Bawa Samar Gantang, salah satu sastrawan asal Tabanan saat membacakan puisi bertajuk Hut Tabanan Ke- 525 di Gedung Kesenian I Ketut Maria.

Riuh tepuk tangan penonton yang memadati gedung Kesenian I Ketut Maria menambah kehangatan malam ketika lantunan suara nyanyi dan teriakan keras Samar Gantang mementaskan puisi yang dibawakan.

Puisi dengan jumlah 15 bait dibuat ketika dia terbangun dari lelap tidurnya. “Puisi ini lebih banyak bercerita kondisi rill Tabanan, mulai bangunan, budayanya,

destinasi pariwisata dan orang hebat yang bergerak di bidang seni dan budaya,” ucap pria yang akrab disapa Samar Gantang ditemui usai pementasan.

Menurut pria kelahiran 20 September 1948, sangat mendadak dirinya membuat puisi ini. Tiba-tiba anak yang membangunkan.

“Ajik bisa nggak tampil 5 menit sampai 10 menit dalam acara Hut Tabanan untuk membaca puisi. Saya pun langsung menyanggupi. Saat itu juga,” ujarnya.

Isi puisi ini bagaimana mengingatkan dan memberikan kesadaran kepada masyarakat Tabanan agar menjaga ketiga bangunan gedung.

Yakni Gedung Kesenian I Ketut Maria, Museum Sagung Wah, dan Taman Kota Garuda Wisnu Serasi. Agar tidak mudah menjadi tangan-tangan usil dan jahil dengan aksi vandalisme.

Artinya tidak mudah merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya. “Harap saya minimal menjaga warisan budaya seni yang ada di Tabanan,” pintanya.

Meski  durasi waktu yang diberikan singkat, Samar Gantang coba tampil lebih pure mengikuti suasana acara.

Memang tak banyak persiapan, karena mendadak diinformasi untuk tampil pentas di Hut Kota Tabanan.

“Saya akan tampil kembali saat acara puncak Hut Kota Tabanan. Puisi yang saya bawakan Abi Acara Ambara atau Leak Angkasa,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/