30.1 C
Jakarta
27 April 2024, 17:16 PM WIB

Beijing Bienale 2017, Pertaruhkan Exchange di Tiongkok

RadarBali.com – Karya rupa Putu Edy Asmara Putra dipastikan kembali bisa dinikmati di Beijing Biennale ke-7, Tiongkok, September 2017 mendatang.

Setelah memukau lewat karya berjudul Cosmic (2008), keikutsertaan alumnus Institut Seni Indonesia Denpasar itu tak terputus di tahun berikutnya; 2010, 2012, dan 2017.

“Jadi ini merupakan salah satu karya seniman yang terpilih lewat seleksi yang ketat untuk perwakilan Indonesia. Sekarang Indonesia mendapat tempat khusus sebagai special both. Dan ada beberapa seniman yang nanti ikut dalam pameran tersebut,” ungkapnya melalui sambungan telepon seluler, Selasa (1/8) kemarin.

Selain dirinya, pria kelahiran Tampaksiring, Gianyar yang akrab disapa Edy Asmara Asparanggi itu menyebut ada lima perupa Indonesia lainnya yang lolos dan akan berpameran di acara berskala internasional yang digelar dua tahun sekali itu.

“Yang tiang tahu ada Made Wianta, Mangu Putra, Chusin, Nuarta, dan Uuk Paramhita,” ungkapnya. Suami Atmi Kristiadewi itu menyebut salah satu karya yang dibawanya berjudul Exchange, 2016.

Karya berukuran 140 x 140 cm (acrylic on canvas) itu lahir atas respons tema Beijing Biennale, yakni The Silk Road and World’s Civilizations.

“Ini Beijing Biennale ketujuh,” jelasnya. The Silk Road and World’s Civilizations dimaksud berarti Jalan Sutera dan Peradaban Dunia.

Putu Edy Asmara Putra pertama kali berpartisipasi pada Beijing Biennale ketiga, 2009 silam. Kala itu lima perupa Pulau Dewata lolos dan berpameran di Beijing Biennale, China, September 2009.

Mereka adalah Made Supena (Triangulasi), Wayan Sujana (The Silence of Nature), Made Gunawan (Tri Hita Karana), Antonius Kho (I Love You Full), dan Putu Edy Asmara Putra (Cosmic).

Pada tahun tersebut, Beijing Biennale mengangkat tema kelestarian lingkungan dan kehidupan. 

RadarBali.com – Karya rupa Putu Edy Asmara Putra dipastikan kembali bisa dinikmati di Beijing Biennale ke-7, Tiongkok, September 2017 mendatang.

Setelah memukau lewat karya berjudul Cosmic (2008), keikutsertaan alumnus Institut Seni Indonesia Denpasar itu tak terputus di tahun berikutnya; 2010, 2012, dan 2017.

“Jadi ini merupakan salah satu karya seniman yang terpilih lewat seleksi yang ketat untuk perwakilan Indonesia. Sekarang Indonesia mendapat tempat khusus sebagai special both. Dan ada beberapa seniman yang nanti ikut dalam pameran tersebut,” ungkapnya melalui sambungan telepon seluler, Selasa (1/8) kemarin.

Selain dirinya, pria kelahiran Tampaksiring, Gianyar yang akrab disapa Edy Asmara Asparanggi itu menyebut ada lima perupa Indonesia lainnya yang lolos dan akan berpameran di acara berskala internasional yang digelar dua tahun sekali itu.

“Yang tiang tahu ada Made Wianta, Mangu Putra, Chusin, Nuarta, dan Uuk Paramhita,” ungkapnya. Suami Atmi Kristiadewi itu menyebut salah satu karya yang dibawanya berjudul Exchange, 2016.

Karya berukuran 140 x 140 cm (acrylic on canvas) itu lahir atas respons tema Beijing Biennale, yakni The Silk Road and World’s Civilizations.

“Ini Beijing Biennale ketujuh,” jelasnya. The Silk Road and World’s Civilizations dimaksud berarti Jalan Sutera dan Peradaban Dunia.

Putu Edy Asmara Putra pertama kali berpartisipasi pada Beijing Biennale ketiga, 2009 silam. Kala itu lima perupa Pulau Dewata lolos dan berpameran di Beijing Biennale, China, September 2009.

Mereka adalah Made Supena (Triangulasi), Wayan Sujana (The Silence of Nature), Made Gunawan (Tri Hita Karana), Antonius Kho (I Love You Full), dan Putu Edy Asmara Putra (Cosmic).

Pada tahun tersebut, Beijing Biennale mengangkat tema kelestarian lingkungan dan kehidupan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/