34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 14:38 PM WIB

Tembang Girang Denpasar Angkat Judul Pahoman

DENPASAR – Duta Denpasar kembali menampilkan wakilnya dalam Lomba Tembang Girang di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali, Denpasar, Kamis (5/7) kemarin.

Pertunjukan yang disuguhkan oleh Widya Sabha, Denpasar Utara tersebut mengangkat judul Pahoman.

I Gede Anom Ranuara, sang pembina mengatakan, judul Pahoman dipentaskan dalam ajang PKB tahun ini karena

budaya berkembang seiring dengan berkembangnya pola berpikir dan pengetahuan manusia sebagai pembuat dan pelaku budaya itu.

Maka dari itu, pola pikir juga akan berubah dan lebih mengarah kepada individu dan ekonomi sebagai ukuran kesejahteraan hidup.

Dalam pahoman, tembang girang ini menceritakan tentang prapen, yang berasal dari kata perapian. Ini tentang tiga unsur utama dalam prapen yaitu air, api dan angin.  

“Pemuputan adalah sumber udara yang menentukan hidup matinya api yang ada di prapen, paon adalah intinya yaitu tempatnya api dan bahan-bahan dipanaskan

kemudian dilanjutkan dengan penempaan dan yang terakhir adalah penyepuhan yang isinya adalah air yang membuat ketajaman itu terjadi,” paparnya.

Dia mengatakan, ketiga unsur tersebut merupakan simbol Dewa Trimurti (Iswara, Brahma dan Wisnu).

Iswara dalam bentuk penglampusan atau pemuputan sebagai roh atau jiwa di prapen dilihat dari kata dasar lampus atau puput yang berarti mati.

Dalam pengoperasiannya membutuhkan konsentrasi dan pranayama untuk menjaga keseimbangan udara kanan dan kiri yang menjaga tingkat kepanasan bara api yang membutuhkan.

Hal itu juga disesuaikan dengan tekstur besi agar bisa ditempa sesuai karya yang diinginkan. “Filosofi Prapen sebagai Pahoman tempat menempa dan memproses

sebuah karya cipta yang perlu mendapatkan penyikapan yang khusus dan mendalam. Hal ini agar spirit karya tidak hilang,” terangnya.

Sementara itu, I Gusti Made Agus Susana, salah satu juri lomba mengatakan, beberapa kriteria harus dipenuhi oleh para peserta dalam lomba ini.

Kriteria ini terbagi dalam dua kategori yakni Umum dan Penilaian. Kriteria umum di mana setiap kabupaten/ kota harus  mengirim satu grup taman girang dengan jumlah 7 orang penyaji dan penabuh 15 orang.

Untuk penyaji tiga orang bertindak sebagai penembang, tiga orang sebagai peneges dan satu orang  sebagai moderator,

busana adat yang dikenakan, usia minimum dan maksimal para peserta, durasi pentas, dan pupuh yang wajib ditembangkan.

Sedangkan untuk kriteria penilaian, yang dinilai  adalah suara penembang, wewiletan guru dingdong, raras dan ekspresi, penerjemah, iringan.

 “Selain itu penilaian juga ditentukan permainan karakter atau dialognya,” tandasnya.

DENPASAR – Duta Denpasar kembali menampilkan wakilnya dalam Lomba Tembang Girang di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali, Denpasar, Kamis (5/7) kemarin.

Pertunjukan yang disuguhkan oleh Widya Sabha, Denpasar Utara tersebut mengangkat judul Pahoman.

I Gede Anom Ranuara, sang pembina mengatakan, judul Pahoman dipentaskan dalam ajang PKB tahun ini karena

budaya berkembang seiring dengan berkembangnya pola berpikir dan pengetahuan manusia sebagai pembuat dan pelaku budaya itu.

Maka dari itu, pola pikir juga akan berubah dan lebih mengarah kepada individu dan ekonomi sebagai ukuran kesejahteraan hidup.

Dalam pahoman, tembang girang ini menceritakan tentang prapen, yang berasal dari kata perapian. Ini tentang tiga unsur utama dalam prapen yaitu air, api dan angin.  

“Pemuputan adalah sumber udara yang menentukan hidup matinya api yang ada di prapen, paon adalah intinya yaitu tempatnya api dan bahan-bahan dipanaskan

kemudian dilanjutkan dengan penempaan dan yang terakhir adalah penyepuhan yang isinya adalah air yang membuat ketajaman itu terjadi,” paparnya.

Dia mengatakan, ketiga unsur tersebut merupakan simbol Dewa Trimurti (Iswara, Brahma dan Wisnu).

Iswara dalam bentuk penglampusan atau pemuputan sebagai roh atau jiwa di prapen dilihat dari kata dasar lampus atau puput yang berarti mati.

Dalam pengoperasiannya membutuhkan konsentrasi dan pranayama untuk menjaga keseimbangan udara kanan dan kiri yang menjaga tingkat kepanasan bara api yang membutuhkan.

Hal itu juga disesuaikan dengan tekstur besi agar bisa ditempa sesuai karya yang diinginkan. “Filosofi Prapen sebagai Pahoman tempat menempa dan memproses

sebuah karya cipta yang perlu mendapatkan penyikapan yang khusus dan mendalam. Hal ini agar spirit karya tidak hilang,” terangnya.

Sementara itu, I Gusti Made Agus Susana, salah satu juri lomba mengatakan, beberapa kriteria harus dipenuhi oleh para peserta dalam lomba ini.

Kriteria ini terbagi dalam dua kategori yakni Umum dan Penilaian. Kriteria umum di mana setiap kabupaten/ kota harus  mengirim satu grup taman girang dengan jumlah 7 orang penyaji dan penabuh 15 orang.

Untuk penyaji tiga orang bertindak sebagai penembang, tiga orang sebagai peneges dan satu orang  sebagai moderator,

busana adat yang dikenakan, usia minimum dan maksimal para peserta, durasi pentas, dan pupuh yang wajib ditembangkan.

Sedangkan untuk kriteria penilaian, yang dinilai  adalah suara penembang, wewiletan guru dingdong, raras dan ekspresi, penerjemah, iringan.

 “Selain itu penilaian juga ditentukan permainan karakter atau dialognya,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/