31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:31 AM WIB

Cassete Store Day; Hari Kembalikan Kenangan Pecinta Musik Pita Kaset

DENPASAR – Setelah menanti cukup lama, Cassette Store Day Bali sebagai ajang selebrasi musik dalam format rilisan fisik, kembali digelar di Plaza Renon Bali pada 19-20 Oktober 2019.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Cassstte Store Day (CSD) Bali disambut animo tinggi oleh publik luas, terutama kolektor, musisi dan pecinta musik.

Andhika Gautama, salah satu penggerak CSD Bali, mengatakan pelaksanaan CSD Bali rada berbeda dengan perayaan umumnya di lokasi lain.

“CSD Bali disentralisasi di satu tempat untuk memudahkan akses bagi publik luas dalam mengenali dan menikmati keberagaman koleksi rilisan fisk dari kaset, CD sampai piringan hitam,” kata Andhika Gautama, Minggu (20/10).

Diikuti oleh 24 toko musik independen yang tergabung dalam BRAM (Bali Record and Merchandise), CSD Bali menghadirkan pula beragam sesi talkshow dan penampilan band, DJ dan selector musik berbagai genre.
Di hari pertama, tampil perupa muda Salvehenik yang mengisahkan keterkaitan seni visual dan musik yang saling menginspirasi.

Salvehenik adalah ilustrator design poster CSD Bali 2019. Lalu, Nyoman Sastrawan dan Agus Yankky bercerita tentang perkembangan musik metal underground di Bali.

Menurut mereka, spirit gerilya bawah-tanah dari skena musik metal di Bali berpangsa pasar besar dengan loyalitas kuat dan berpotensi global.

Kehadiran musisi legendaris Bali, Ayu Laksmi disambut haru-biru dan mengajak publik melintasi lorong waktu kesejarahan

karirnya dari seorang lady rocker, musisi world music internasional, dan aktris film layar lebar yang kian melengkapi totalitasnya sebagai seniman.

Perannya dalam film horor “Pengabdi Setan” besutan Joko Anwar di tahun 2017 melambungkan sebutan “Ibu” baginya.

Dialog Dini Hari, trio folk-pop ternama dari Pulau Dewata juga meluncuran album baru mereka “Parahidup” yang dikemas dalam format CD Deluxe.

Di tahun 2014, album mereka sebelumnya “Tentang Rumahku” dinobatkan sebagai Album Indonesia terbaik versi Tempo.

Loyalitas akan rilisan fisik yang tak tangung-tanggung ditunjukkan oleh seorang kolektor bernama Depri Anthony.

Secara khusus, ia menampilkan koleksi multiformat baik kaset, CD, piringan hitam, majalah, buku maupun film terkait Madonna, yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia dari tahun 2012.

Duo bersaudara dan musisi penuh talenta Aya dan Lala yang tergabung dalam Alien Child tampil prima dan sensasional dengan lagu-lagu hits dari album “Takeoff.”

Mengusung electricpop, R&B dan EDM, Takeoff adalah refleksi dan ajakan bagi generasi muda untuk lepas landas, berekspresi

mengarungi kehidupan yang penuh makna love-share-be accepting atau cinta, berbagilah dan mampu menerima sejujurnya.

CSD Bali hari pertama juga memanggungkan beragam penampilan DJ dan selector musik amatir dan profesional dengan selera beragam.

Dari balik turntable, Ridwan Rudianto, Diyan, Ki Goblock, Dimas Dhyara, Paljak 57TM, Moddess Bali, Westside Muzeeq, Seabass,

dan Zuyack mengumandangkan musik beragam genre yang tak hanya membuat publik berdansa, namun berinteraksi satu-sama lain, berdialog tentang koleksi musik.

Tanduz, seorang seniman visual dan DJ berkomentar, acara semacam ini menghadirkan kembali kejayaan dan kegairahan akan crate digging atau berburu koleksi musik.

Menurutnya, keterbatasan dan harga rilisan fisik yang relatif lebih mahal dari musik berformat digital membuat seseorang benar-benar harus menelusuri, memilih dan membeli musik yang dicintai.

Ini juga menghasilkan koleksi yang unik dan berbeda, alhasil saat dipanggungkan mencerminkan kegairahan dan identitas yang melekat dengan empunya.

Berbicara mengenai rilisan spesial CSD Bali 2019, ada belasan single, album dan kompilasi yang ditawarkan termasuk album Dialog Dini Hari,

Jessla, Moon For Sun, Tetra, Zul Muchasin, Aspect, Moonglade, Samstrong Records, Alien Child, Lelakidivjvngtandvk.

Dan, tentunya beberapa kaset mixed djing oleh anggota komunitas Spin Sugar yang dikenal aktif melangsungkan acara berbasis komunitas Play Vinyl + Share Story,

saat siapa pun boleh memutar koleksi musik sembari mengisahkan cerita-cerita di balik karya-karya yang diperdengarkan.
Cassette Store Day maupun Record Store Day di Bali rutin diadakan setiap tahunnya di bulan Oktober dan April, dan secara official dilaksanakan sejak 2016 oleh BRAM,

sebuah perkumpulan informal kolektor dan pecinta musik, khususnya dalam format rilisan fisik di Bali yang terdiri dari kolektif cair para musisi, DJ,

penggiat kreatif, pengusaha, pegawai dan lain-lain – semuanya dipersatukan oleh kecintaan terhadap alunan dan raungan nada-nada yang mencerahkan.

Cassette Store Day Bali berlanjut pada hari kedua, Minggu (20/11) dengan mata acara yang tak kalah menariknya.


DENPASAR – Setelah menanti cukup lama, Cassette Store Day Bali sebagai ajang selebrasi musik dalam format rilisan fisik, kembali digelar di Plaza Renon Bali pada 19-20 Oktober 2019.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Cassstte Store Day (CSD) Bali disambut animo tinggi oleh publik luas, terutama kolektor, musisi dan pecinta musik.

Andhika Gautama, salah satu penggerak CSD Bali, mengatakan pelaksanaan CSD Bali rada berbeda dengan perayaan umumnya di lokasi lain.

“CSD Bali disentralisasi di satu tempat untuk memudahkan akses bagi publik luas dalam mengenali dan menikmati keberagaman koleksi rilisan fisk dari kaset, CD sampai piringan hitam,” kata Andhika Gautama, Minggu (20/10).

Diikuti oleh 24 toko musik independen yang tergabung dalam BRAM (Bali Record and Merchandise), CSD Bali menghadirkan pula beragam sesi talkshow dan penampilan band, DJ dan selector musik berbagai genre.
Di hari pertama, tampil perupa muda Salvehenik yang mengisahkan keterkaitan seni visual dan musik yang saling menginspirasi.

Salvehenik adalah ilustrator design poster CSD Bali 2019. Lalu, Nyoman Sastrawan dan Agus Yankky bercerita tentang perkembangan musik metal underground di Bali.

Menurut mereka, spirit gerilya bawah-tanah dari skena musik metal di Bali berpangsa pasar besar dengan loyalitas kuat dan berpotensi global.

Kehadiran musisi legendaris Bali, Ayu Laksmi disambut haru-biru dan mengajak publik melintasi lorong waktu kesejarahan

karirnya dari seorang lady rocker, musisi world music internasional, dan aktris film layar lebar yang kian melengkapi totalitasnya sebagai seniman.

Perannya dalam film horor “Pengabdi Setan” besutan Joko Anwar di tahun 2017 melambungkan sebutan “Ibu” baginya.

Dialog Dini Hari, trio folk-pop ternama dari Pulau Dewata juga meluncuran album baru mereka “Parahidup” yang dikemas dalam format CD Deluxe.

Di tahun 2014, album mereka sebelumnya “Tentang Rumahku” dinobatkan sebagai Album Indonesia terbaik versi Tempo.

Loyalitas akan rilisan fisik yang tak tangung-tanggung ditunjukkan oleh seorang kolektor bernama Depri Anthony.

Secara khusus, ia menampilkan koleksi multiformat baik kaset, CD, piringan hitam, majalah, buku maupun film terkait Madonna, yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia dari tahun 2012.

Duo bersaudara dan musisi penuh talenta Aya dan Lala yang tergabung dalam Alien Child tampil prima dan sensasional dengan lagu-lagu hits dari album “Takeoff.”

Mengusung electricpop, R&B dan EDM, Takeoff adalah refleksi dan ajakan bagi generasi muda untuk lepas landas, berekspresi

mengarungi kehidupan yang penuh makna love-share-be accepting atau cinta, berbagilah dan mampu menerima sejujurnya.

CSD Bali hari pertama juga memanggungkan beragam penampilan DJ dan selector musik amatir dan profesional dengan selera beragam.

Dari balik turntable, Ridwan Rudianto, Diyan, Ki Goblock, Dimas Dhyara, Paljak 57TM, Moddess Bali, Westside Muzeeq, Seabass,

dan Zuyack mengumandangkan musik beragam genre yang tak hanya membuat publik berdansa, namun berinteraksi satu-sama lain, berdialog tentang koleksi musik.

Tanduz, seorang seniman visual dan DJ berkomentar, acara semacam ini menghadirkan kembali kejayaan dan kegairahan akan crate digging atau berburu koleksi musik.

Menurutnya, keterbatasan dan harga rilisan fisik yang relatif lebih mahal dari musik berformat digital membuat seseorang benar-benar harus menelusuri, memilih dan membeli musik yang dicintai.

Ini juga menghasilkan koleksi yang unik dan berbeda, alhasil saat dipanggungkan mencerminkan kegairahan dan identitas yang melekat dengan empunya.

Berbicara mengenai rilisan spesial CSD Bali 2019, ada belasan single, album dan kompilasi yang ditawarkan termasuk album Dialog Dini Hari,

Jessla, Moon For Sun, Tetra, Zul Muchasin, Aspect, Moonglade, Samstrong Records, Alien Child, Lelakidivjvngtandvk.

Dan, tentunya beberapa kaset mixed djing oleh anggota komunitas Spin Sugar yang dikenal aktif melangsungkan acara berbasis komunitas Play Vinyl + Share Story,

saat siapa pun boleh memutar koleksi musik sembari mengisahkan cerita-cerita di balik karya-karya yang diperdengarkan.
Cassette Store Day maupun Record Store Day di Bali rutin diadakan setiap tahunnya di bulan Oktober dan April, dan secara official dilaksanakan sejak 2016 oleh BRAM,

sebuah perkumpulan informal kolektor dan pecinta musik, khususnya dalam format rilisan fisik di Bali yang terdiri dari kolektif cair para musisi, DJ,

penggiat kreatif, pengusaha, pegawai dan lain-lain – semuanya dipersatukan oleh kecintaan terhadap alunan dan raungan nada-nada yang mencerahkan.

Cassette Store Day Bali berlanjut pada hari kedua, Minggu (20/11) dengan mata acara yang tak kalah menariknya.


Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/