29.5 C
Jakarta
25 April 2024, 20:30 PM WIB

AWK Sebut Tak Punya Pengikut dan Bantah Pelantikan Dirinya Jadi Raja

DENPASAR-Satu per satu polemic soal dugaan klaim raja Majapahit palsu oleh Anggota DPD RI I Gusti Arya Weda Karna bergulir.

Meski mengaku menanggapi santai soal pelaporan yang dilayakankan Sesepuh Sandi Murti I Gusti Ngurah Harta ke Polda Bali, Senator Bali ini pun juga mengklarifikasi soal tudingan pelantikan raja di Pura Besakih.

Menurutnya, mengenai tudingan pelantikan raja pada 2009 di Pura Besakih, AWK mengaku kegiatan itu dilaksanakan atas keinginan sejumlah tokoh Hindu Bali.

Saat itu, tambahnya, ada pura di Bali dirusak oknum tertentu kemudian AWK ikut membantu mengatasi masalah itu.

AWK menilai para tokoh Hindu itu kemudian memberikan kepercayaan kepada dirinya agar dapat menyelesaikan kasus SARA.

Sebab ada garis keturunan Raja Majapahit yang diembannya.

“Tokoh Hindu dari mana yang memberi gelar (Raja Majapahit) banyak yang memberikan saya gelar.

Banyak sekali dan pasti mereka menganggap saya bisa mengayomi mereka. Mungkin karena leluhur saya jelas juga, leluhur saya Raja Badung Pertama I Gusti Tegeh Kori yang merupakan keturunan Raja Majapahit. Jelas semua kok enggak ada masalah,” jelas AWK.

AWK juga membantah dirinya memiliki istana kerajaan. Istana yang dimaksud adalah tempat berkumpul para keturunan Kerajaan Majapahit yang disebut Istana Mancawarna di Tampak Siring di Kabupaten Gianyar.

 

Namun, AWK mengatakan Istana telah dihibahkan menjadi museum Sukarno sejak 2011.

” Enggak itu Istana Mancawarna, yang memberikan gelar itu dari pendeta-pendeta yang memberikan gelar. Itu kan jadi museum Bung Karno sekarang, itu kantor kami, bukan ada kerajaan, namanya Istana Mancawarna atau The Sukarno Center yang itu juga pada saat peresmiannya dihadiri oleh Ibu Sukmawati Soekarnoputri dan Wakil Gubernur Bali (Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga),” bebernya.

AWK juga membantah memiliki pengikut seperti kerajaan-kerajaan lain. Dalam organisasi Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori, memang ada komunitas yang mengayomi masyarakat. Namun bukan untuk mengabdi.

“Enggak ada (pengikut) saya punya saudara-saudara, kalau mau mengikuti terserah saja, yang penting saya tidak pernah klaim. Saya hanya anggota DPD, saya wakil rakyat, saya punya leluhur raja Badung. Lalau orang mau manggil saya apa pun terserah mereka, ada yang mau manggil senator, manggil saya raja, terserah mereka, itu hak mereka lah,” ujar AWK.

 

Saat disinggung mengenai raja-raja yang muncul, Ia berdalih dalam Tri Sakti Bung Karno nomor tiga Kepribadian dalam budaya, dan itu mengenai kaitannya keturunan raja menjaga sejarah. Asalkan tidak melanggar Undang-undang.

” Kalau menurut saya dalam sejarah bangsa dimana pun itu tidak melakukan tindakan pidana. Kemarin tidak ada pemaksaan saya sah -sah saja,” tukasnya.

DENPASAR-Satu per satu polemic soal dugaan klaim raja Majapahit palsu oleh Anggota DPD RI I Gusti Arya Weda Karna bergulir.

Meski mengaku menanggapi santai soal pelaporan yang dilayakankan Sesepuh Sandi Murti I Gusti Ngurah Harta ke Polda Bali, Senator Bali ini pun juga mengklarifikasi soal tudingan pelantikan raja di Pura Besakih.

Menurutnya, mengenai tudingan pelantikan raja pada 2009 di Pura Besakih, AWK mengaku kegiatan itu dilaksanakan atas keinginan sejumlah tokoh Hindu Bali.

Saat itu, tambahnya, ada pura di Bali dirusak oknum tertentu kemudian AWK ikut membantu mengatasi masalah itu.

AWK menilai para tokoh Hindu itu kemudian memberikan kepercayaan kepada dirinya agar dapat menyelesaikan kasus SARA.

Sebab ada garis keturunan Raja Majapahit yang diembannya.

“Tokoh Hindu dari mana yang memberi gelar (Raja Majapahit) banyak yang memberikan saya gelar.

Banyak sekali dan pasti mereka menganggap saya bisa mengayomi mereka. Mungkin karena leluhur saya jelas juga, leluhur saya Raja Badung Pertama I Gusti Tegeh Kori yang merupakan keturunan Raja Majapahit. Jelas semua kok enggak ada masalah,” jelas AWK.

AWK juga membantah dirinya memiliki istana kerajaan. Istana yang dimaksud adalah tempat berkumpul para keturunan Kerajaan Majapahit yang disebut Istana Mancawarna di Tampak Siring di Kabupaten Gianyar.

 

Namun, AWK mengatakan Istana telah dihibahkan menjadi museum Sukarno sejak 2011.

” Enggak itu Istana Mancawarna, yang memberikan gelar itu dari pendeta-pendeta yang memberikan gelar. Itu kan jadi museum Bung Karno sekarang, itu kantor kami, bukan ada kerajaan, namanya Istana Mancawarna atau The Sukarno Center yang itu juga pada saat peresmiannya dihadiri oleh Ibu Sukmawati Soekarnoputri dan Wakil Gubernur Bali (Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga),” bebernya.

AWK juga membantah memiliki pengikut seperti kerajaan-kerajaan lain. Dalam organisasi Pasemetonan Agung Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori, memang ada komunitas yang mengayomi masyarakat. Namun bukan untuk mengabdi.

“Enggak ada (pengikut) saya punya saudara-saudara, kalau mau mengikuti terserah saja, yang penting saya tidak pernah klaim. Saya hanya anggota DPD, saya wakil rakyat, saya punya leluhur raja Badung. Lalau orang mau manggil saya apa pun terserah mereka, ada yang mau manggil senator, manggil saya raja, terserah mereka, itu hak mereka lah,” ujar AWK.

 

Saat disinggung mengenai raja-raja yang muncul, Ia berdalih dalam Tri Sakti Bung Karno nomor tiga Kepribadian dalam budaya, dan itu mengenai kaitannya keturunan raja menjaga sejarah. Asalkan tidak melanggar Undang-undang.

” Kalau menurut saya dalam sejarah bangsa dimana pun itu tidak melakukan tindakan pidana. Kemarin tidak ada pemaksaan saya sah -sah saja,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/