29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:26 AM WIB

Pelajar SMP Korban Disetubuhi Hingga Tewas Dikremasi, Si Ayah Bilang…

TABANAN – Jenazah pelajar asal Selemadeg, Tabanan, korban persetubuah hingga tewas berinisial LGDS, 14, akhirnya dikremasi di setra Banjar Pupuan Sawah, Desa Pupuan Sawah, Selemadeg. 

Terlihat teman sekolah, guru, keluarga hingga masyarakat Banjar Dinas Pupuan Sawah mengantarkan jenazah LGDS ke setra desa pakraman adat Banjar Pupuan Sawah.

Lokasi setra berbatasan dengan Desa Wanagiri. Ayah LGDS, I Nyoma Artikanawa, mengungkapkan, yang masih dia ingat dan tidak mungkin dilupakan olehnya yakni setiap kali anak pertamanya itu berangkat ke sekolah.

LGDS, kata dia, selalu berpamitan dan pasti mengucapkan salam. ‘”Pak tiang berangkat sekolah. Itu yang selalu dia ucapkan,” bebernya.

Tidak hanya saat mau ke sekolah, namun juga setiap akan pergi keluar dari rumah. Pasti berpamitan.  “Upacara kremasi ini sudah kami beritahu ke guru dan teman sekolahnya,” bebernya.

Menurut Artikanawa, sebelum kematian buah hatinya tidak ada firasat apapun yang terjadi pada keluarga.

Karena sebelum meninggal LGDS sempat juga berpamitan untuk keluar sebentar ke rumah temannya.  “Saya dan keluarga sudah mengikhlaskan dan merelakan,” kata Artiknawa.

Meski begitu, Artikanawa dan keluarga meminta polisi untuk mengungkap kasus yang dialami anaknya itu, apakah benar LGDS merupakan korban pembunuhan atau pelecehan seksual. 

“Kepolisian juga harus membeberkan hasil otopsi yang sudah dilakukan. Karena sampai saat ini kami belum mengetahui hasil otopsi.

Kami berharap polisi melakukan rekonstruksi ulang kejadian (TKP) agar saya benar mengetahui kronologis kejadian yang sebenarnya,” tegasnya. 

TABANAN – Jenazah pelajar asal Selemadeg, Tabanan, korban persetubuah hingga tewas berinisial LGDS, 14, akhirnya dikremasi di setra Banjar Pupuan Sawah, Desa Pupuan Sawah, Selemadeg. 

Terlihat teman sekolah, guru, keluarga hingga masyarakat Banjar Dinas Pupuan Sawah mengantarkan jenazah LGDS ke setra desa pakraman adat Banjar Pupuan Sawah.

Lokasi setra berbatasan dengan Desa Wanagiri. Ayah LGDS, I Nyoma Artikanawa, mengungkapkan, yang masih dia ingat dan tidak mungkin dilupakan olehnya yakni setiap kali anak pertamanya itu berangkat ke sekolah.

LGDS, kata dia, selalu berpamitan dan pasti mengucapkan salam. ‘”Pak tiang berangkat sekolah. Itu yang selalu dia ucapkan,” bebernya.

Tidak hanya saat mau ke sekolah, namun juga setiap akan pergi keluar dari rumah. Pasti berpamitan.  “Upacara kremasi ini sudah kami beritahu ke guru dan teman sekolahnya,” bebernya.

Menurut Artikanawa, sebelum kematian buah hatinya tidak ada firasat apapun yang terjadi pada keluarga.

Karena sebelum meninggal LGDS sempat juga berpamitan untuk keluar sebentar ke rumah temannya.  “Saya dan keluarga sudah mengikhlaskan dan merelakan,” kata Artiknawa.

Meski begitu, Artikanawa dan keluarga meminta polisi untuk mengungkap kasus yang dialami anaknya itu, apakah benar LGDS merupakan korban pembunuhan atau pelecehan seksual. 

“Kepolisian juga harus membeberkan hasil otopsi yang sudah dilakukan. Karena sampai saat ini kami belum mengetahui hasil otopsi.

Kami berharap polisi melakukan rekonstruksi ulang kejadian (TKP) agar saya benar mengetahui kronologis kejadian yang sebenarnya,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/