27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 8:54 AM WIB

Si Sulung Pintar dan Mudah Bergaul, Luh Putu Septyan Dikenal Tertutup

MANGUPURA – Kematian tiga bocah mungil yang diduga dibunuh ibu kandungnya sendiri, Luh Putu Septyan masih membekas di benak keluarga maupun orang-orang dekat.

Mereka tak menyangka anak-anak tak berdosa itu pergi untuk selama-lamanya dalam kondisi yang mengenaskan.

Fakta betapa mengemaskannya Ni Luh Putu Diana, 6, Made Mas, 4, dan Nyoman Mas, 2, terungkap dari orang-orang yang mengenal mereka.

Luh Putu Diana, misalnya. Putri sulung Luh Putu Septyan – Putu Moh Diana, ini saban hari Bersama-sama 21 anak seumurannya mengikuti pelajaran di TK Tunas Harapan I Plaga.

Menurut Kepala sekolah TK Tunas Harapan 1 Plaga, Made Erawati, Luh Putu Diana tergolong anak pintar. Selain itu, dia pandai bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Namun, dia sedikit bicara saat berbicara dengan guru-gurunya. Tidak jarang pula ia menjawab singkat saat ditanya.

Erawati menambahkan, Diana belajar di TK Tunas 1 Harapan Plaga di Nungnung, Plaga selama 8 bulan. Sebelumnya ia mengikuti PAUD di Sandakan, Sulangai, Petang.

PAUD tersebut tepat di sebelah utaranya SD 4 Sulangai, Petang. Erawati menceritakan bahwa, Diana dipindahkan ibunya,

Ni Luh Putu Septiyani Permadani ke TK ini karena dianggap lebih dekat dibandingkan TK lainnya dan memudahkan dalam antar jemput.

Almarhum merupakan satu-satunya siswi yang di luar dari zona TK Tunas Harapan 1 Plaga. Mengenai kasus meninggalnya salah satu anak didiknya, kepala TK Tunas Harapan 1 Plaga merasa kaget.

Dia tidak menyangka akan kejadian tersebut. Apalagi, baru Senin (19/2) lalu dia bertemu dengan Luh Putu Diana yang dijemput ibunya.

Sementara esoknya, tepatnya, Selasa (21/2), korban tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan.  “Saya benar-benar kaget mengetahui kasus pembunuhan Diana”, ungkap Erawati.

Begitu juga Kepala SD 4 Sulangai, Petang, Wayan Gelgel tempat mengajar Ni Luh Putu Septiyani Permadani. Menurutnya sosok Septiyani Permadani merupakan salah satu guru yang baik.

Dalam melaksanakan pekerjaan ibu Luh Putu, panggilannya di sekolah, termasuk orang yang cekatan. Di SD 4 Sulangai, ia merupakan wali kelas 1, dengan jumlah siswa 14 anak.

Luh Putu sendiri merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan 2C. Ia diangkat 2010 dan ditempatkan di SD 1 Batubulan, Gianyar.

Karena menikah ke Sulangai, ia dipindahkan ke SD 4 Sulangai, Petang, Badung 2015 lalu. Di sekolah, Wayan Gelgel menambahkan bahwa ibu Luh Putu tidak menunjukkan adanya keluhan-keluhan masalah.

Ia seperti biasa berbicara dengan rekan para guru di sekolah. Namun mengenai masalah di luar kerjaan, ibu Luh Putu sangat tertutup.

Ia tidak pernah bercerita tentang masalah rumah tangganya maupun masalah lainnya dengan teman di sekolah. Terakhir kali, yakni Selasa (20/2) ibu Luh Putu sempat masuk pagi, dan siangnya izin untuk pulang ke Gianyar, karena ada acara. 

MANGUPURA – Kematian tiga bocah mungil yang diduga dibunuh ibu kandungnya sendiri, Luh Putu Septyan masih membekas di benak keluarga maupun orang-orang dekat.

Mereka tak menyangka anak-anak tak berdosa itu pergi untuk selama-lamanya dalam kondisi yang mengenaskan.

Fakta betapa mengemaskannya Ni Luh Putu Diana, 6, Made Mas, 4, dan Nyoman Mas, 2, terungkap dari orang-orang yang mengenal mereka.

Luh Putu Diana, misalnya. Putri sulung Luh Putu Septyan – Putu Moh Diana, ini saban hari Bersama-sama 21 anak seumurannya mengikuti pelajaran di TK Tunas Harapan I Plaga.

Menurut Kepala sekolah TK Tunas Harapan 1 Plaga, Made Erawati, Luh Putu Diana tergolong anak pintar. Selain itu, dia pandai bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Namun, dia sedikit bicara saat berbicara dengan guru-gurunya. Tidak jarang pula ia menjawab singkat saat ditanya.

Erawati menambahkan, Diana belajar di TK Tunas 1 Harapan Plaga di Nungnung, Plaga selama 8 bulan. Sebelumnya ia mengikuti PAUD di Sandakan, Sulangai, Petang.

PAUD tersebut tepat di sebelah utaranya SD 4 Sulangai, Petang. Erawati menceritakan bahwa, Diana dipindahkan ibunya,

Ni Luh Putu Septiyani Permadani ke TK ini karena dianggap lebih dekat dibandingkan TK lainnya dan memudahkan dalam antar jemput.

Almarhum merupakan satu-satunya siswi yang di luar dari zona TK Tunas Harapan 1 Plaga. Mengenai kasus meninggalnya salah satu anak didiknya, kepala TK Tunas Harapan 1 Plaga merasa kaget.

Dia tidak menyangka akan kejadian tersebut. Apalagi, baru Senin (19/2) lalu dia bertemu dengan Luh Putu Diana yang dijemput ibunya.

Sementara esoknya, tepatnya, Selasa (21/2), korban tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan.  “Saya benar-benar kaget mengetahui kasus pembunuhan Diana”, ungkap Erawati.

Begitu juga Kepala SD 4 Sulangai, Petang, Wayan Gelgel tempat mengajar Ni Luh Putu Septiyani Permadani. Menurutnya sosok Septiyani Permadani merupakan salah satu guru yang baik.

Dalam melaksanakan pekerjaan ibu Luh Putu, panggilannya di sekolah, termasuk orang yang cekatan. Di SD 4 Sulangai, ia merupakan wali kelas 1, dengan jumlah siswa 14 anak.

Luh Putu sendiri merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan 2C. Ia diangkat 2010 dan ditempatkan di SD 1 Batubulan, Gianyar.

Karena menikah ke Sulangai, ia dipindahkan ke SD 4 Sulangai, Petang, Badung 2015 lalu. Di sekolah, Wayan Gelgel menambahkan bahwa ibu Luh Putu tidak menunjukkan adanya keluhan-keluhan masalah.

Ia seperti biasa berbicara dengan rekan para guru di sekolah. Namun mengenai masalah di luar kerjaan, ibu Luh Putu sangat tertutup.

Ia tidak pernah bercerita tentang masalah rumah tangganya maupun masalah lainnya dengan teman di sekolah. Terakhir kali, yakni Selasa (20/2) ibu Luh Putu sempat masuk pagi, dan siangnya izin untuk pulang ke Gianyar, karena ada acara. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/