DENPASAR – Koordinator ForBALI, Wayan Gendo Suardana menanggapi statement Gubernur Bali, Wayan Koster atas viralnya foto bersama pengurus PDIP dalam acara halal bihalal pada 5 Juni 2019 di rumah Megawati.
Dalam klarifikasi Koster, menyebut reklamasi sudah tidak ada lagi. Hal tersebut pun dibantah keras oleh Gendo.
“Pernyataan Pak Koster itu prematur, cenderung ngawur, bisa memanipulasi kesadaran publik, tidak mendidik dan tidak tepat,” tegasnya saat dikonfirmasi Senin (10/6.
Alasannya, secara hukum administrasi, yang menentukan jalan dan tidaknya reklamasi Teluk Benoa adalah perizinan.
Fakta hukumnya sampai saat ini perizinan reklamasi dan proses dari komisi penilaian Amdal dari pusat masih berjalan.
“Artinya proses untuk mendapatkan izin lingkungan masih berjalan. Jadi dimana logikanya Pak Gubernur bilang reklamasi tidak relevan lagi dibicarakan karena sudah selesai,” ujarnya.
Pada tingkat hukum yang lebih tinggi dalam konteks tata ruangnya, Perpres 51 tahun 2014 yang menjadi dasar reklamasi Teluk Benoa juga masih berlaku dan beluk dicabut oleh Presiden.
Kedua terkait dengan foto. Gendo melihat memang ada upaya dari Koster untuk menjaga jarak. Terlihat Koster tidak mau bergabung dalam foto tersebut.
“Yang saya lihat, yang punya interest ke foto tersebut adalah Bupati Buleleng karena melihat kamera dan bahkan di uploadnya di instagramnya,” ujarnya.
Artinya, justru yang tidak menjaga jarak adalah Bupati Buleleng. Dalam konteks berempati dengan gerakan rakyat, Bupati Buleleng karena secara sadar Bupati Buleleng berfoto dengan investor yang sedang dilawan rakyat Bali.
“Memang halal bihalal, siapa saja tidak bisa menghindarkan untuk bertemu dengan siapa saja. Tapi setidaknya sebagai pejabat publik di Bali, harusnya ada hal-hal yang perlu dijaga. Agar psikologis masyarakat Bali tidak terlukai yang selama ini berjuang, termasuk rakyat Buleleng,” ujarnya.
Pointya, Gendo menilai gubernur masih punya etika dalam konteks foto karena tidak ada dalam framing foto. Begitu juga dalam gestur tubuhnya pun terlihat tidak suka. Namun sayangnya, Koster terlambat melakukan klarifikasi. Gendo justru mempertanyakan hal ini, sebab biasanya Koster cepat melakukan klarifikasi.
“Diluar foto, halal bihalal itu juga pasti tidak semenit dua menit. Pasti lama. Nah diluar itu, apakah Koster mencoba untuk meyakinkan ibu ketua umumnya, megawati? Atau Hasto atau bahkan Tommy Winata untuk menyelesaikan persoalan reklamasi Teluk Benoa dan menghentikan reklamasi teluk Benoa? Itu dilakukan atau tidak? Justru itu yang juga diklarifikasikan oleh Gubernur, selain foto. Karena itu janjinya,” pungkasnya.
Gendo mengingatkan juga, agar ke depan Gubernur menghindari ada di dalam framing foto-foto yang ada investor, untuk menjaga rakyat yang selama ini berjuang, meninggalkan segalanya untuk perjuangan menolak reklamasi ini agar tidak sakit hati.