MUNDUK – Sedikitnya 400 batang bibit anggrek spesies asli (native species) ditanam di Hutan Amerta Jati Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar.
Komunitas Alumni Unversitas Gajah Mada (Kagama) sengaja menanam ratusan batang anggrek itu, guna memperkaya spesies anggrek di dalam hutan, yang sempat merosot beberapa waktu lalu.
Anggrek spesies asli yang ditanam dalam hutan itu terdiri dari delapan jenis anggrek. Diantaranya Maleola baliensis, Tricogoliths celebisa,
Dendroneum stuposum, Dendroneium inmflatum, Soenorchis juncifolia, Phpiopesilum javanicum, Vanda helvola, dan Vanda tricolor var.suavis.
Dua spesies terakhir disebut spesies asli Munduk dan hanya ada di Hutan Amerta Jati. Koordinator penanaman, Dina Andirani mengatakan, penanaman anggrek spesies asli itu sengaja dilakukan untuk perlindungan anggrek di Bali.
Utamanya yang ada di kawasan hutan. Keberadaan anggrek sendiri diyakini sangat berpengaruh pada ekosistem hutan dan lingkungan sekitar.
Menurutnya masyarakat harus paham dengan fungsi anggrek hutan. Apabila terus diburu untuk ditanam di rumah, maka spesies anggrek hutan akan punah.
Hal itu justru memengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Utamanya bagi sektor perkebunan. “Anggrek hutan ini secara tidak langsung memengaruhi perkebunan.
Bila anggrek punah, justru produksi perkebunan akan menurun. Harapan kami, setelah anggrek native ini ditanam kembali di dalam hutan, maka kondisi lingkungan di Desa Munduk makin baik,” kata Dina.