28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:44 AM WIB

Hunian Hotel di Tabanan Tinggal 30 %, Untung Belum Ada yang Dirumahkan

TABANAN – Kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami penurunan drastis sejak virus corona merebak.

Kondisi ini juga membuat okupansi hunian kamar hotel di Bali menurun drastis. Salah satunya juga diraskan di Tabanan. 

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara mengakui hal tersebut.

Sejak virus corona ini merebak, hunian kamar hotel di Tabanan tidak sampai di angka 30 persen. Padahal berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, bulan Februari hingga Maret hunian kamar di Tabanan bisa mencapai 50 persen.

“Hampir 80 persen saat ini pemesanan hotel melalui online. Sehingga data yang saya sampaikan itu adalah data yang kami monitor.

Sementara untuk keberadaan vila atau tempat menginap yang tersembunyi itu sangat sulit dimonitor sehingga tidak bisa dilakukan pendataan,” ujar Gusti Bagus Made Damara.

Dengan kondisi hunian di bawah 30 persen, kata Damara, sudah pasti sangat menyulitkan pemilik hotel. Dia menjelaskan, dengan jumlah hunian 35 persen saja pendapatan yang dihasilkan itu tidak memiliki keuntungan.

“Artinya bisa menutup operasional dan bayar gaji karyawan saja,” kata Damara. Untuk di Tabanan sendiri, hunian kamar dalam satu tahun mencapai 60 persen.

Untuk bulan Februari hingga Maret hunian kamar relatif bagus. “Tapi sejauh ini ada pembatalan, hingga saat ini hunian kamar tidak lebih dari 30 persen,” sambungnya.

Dalam kondisi seperti ini, pihaknya belum bisa memprediksi ke depan hingga kapan kondisi ini pulih kembali dan berakibat pada pertumbuhan pariwisata di Bali.

Dengan adanya pemberlakuan intensif dari pemerintah pusat kepada pemerintah untuk membebaskan pungutan PHR

sedikit memberi angin segar bagi pelaku usaha hotel dan restoran di Bali terutama Tabanan yang banyak memiliki usaha skala kecil.

“Untuk menutup biaya operasional dalam kondisi seperti ini secara teori, perusahaan memiliki dana cadangan tapi kan tidak semua seperti itu. Itu mungkin berlaku untuk perusahaan besar.

Sementara perusahaan punya cara berbeda dalam menyikapi kondisi,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Apindo Tabanan ini.

Meski dalam kondisi seperti ini, di Tabanan pihaknya belum menemukan adanya pengusaha hotel maupun restoran yang merumahkan karyawanya.

Umumnya dengan usaha skala kecil, rata-rata para pekerjanya tersebut merupakan orang-orang terdekat atau dari keluarga sendiri. “Kedekatan secara emosional juga baik. Tapi memang belum ada yang dirumahkan,” tegasnya. 

TABANAN – Kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami penurunan drastis sejak virus corona merebak.

Kondisi ini juga membuat okupansi hunian kamar hotel di Bali menurun drastis. Salah satunya juga diraskan di Tabanan. 

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara mengakui hal tersebut.

Sejak virus corona ini merebak, hunian kamar hotel di Tabanan tidak sampai di angka 30 persen. Padahal berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, bulan Februari hingga Maret hunian kamar di Tabanan bisa mencapai 50 persen.

“Hampir 80 persen saat ini pemesanan hotel melalui online. Sehingga data yang saya sampaikan itu adalah data yang kami monitor.

Sementara untuk keberadaan vila atau tempat menginap yang tersembunyi itu sangat sulit dimonitor sehingga tidak bisa dilakukan pendataan,” ujar Gusti Bagus Made Damara.

Dengan kondisi hunian di bawah 30 persen, kata Damara, sudah pasti sangat menyulitkan pemilik hotel. Dia menjelaskan, dengan jumlah hunian 35 persen saja pendapatan yang dihasilkan itu tidak memiliki keuntungan.

“Artinya bisa menutup operasional dan bayar gaji karyawan saja,” kata Damara. Untuk di Tabanan sendiri, hunian kamar dalam satu tahun mencapai 60 persen.

Untuk bulan Februari hingga Maret hunian kamar relatif bagus. “Tapi sejauh ini ada pembatalan, hingga saat ini hunian kamar tidak lebih dari 30 persen,” sambungnya.

Dalam kondisi seperti ini, pihaknya belum bisa memprediksi ke depan hingga kapan kondisi ini pulih kembali dan berakibat pada pertumbuhan pariwisata di Bali.

Dengan adanya pemberlakuan intensif dari pemerintah pusat kepada pemerintah untuk membebaskan pungutan PHR

sedikit memberi angin segar bagi pelaku usaha hotel dan restoran di Bali terutama Tabanan yang banyak memiliki usaha skala kecil.

“Untuk menutup biaya operasional dalam kondisi seperti ini secara teori, perusahaan memiliki dana cadangan tapi kan tidak semua seperti itu. Itu mungkin berlaku untuk perusahaan besar.

Sementara perusahaan punya cara berbeda dalam menyikapi kondisi,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Apindo Tabanan ini.

Meski dalam kondisi seperti ini, di Tabanan pihaknya belum menemukan adanya pengusaha hotel maupun restoran yang merumahkan karyawanya.

Umumnya dengan usaha skala kecil, rata-rata para pekerjanya tersebut merupakan orang-orang terdekat atau dari keluarga sendiri. “Kedekatan secara emosional juga baik. Tapi memang belum ada yang dirumahkan,” tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/