MANGUPURA – Dampak wabah virus corona atau Covid-19 sudah dirasakan Bali. Selama Februari kunjungan wisatwan turun cukup signifikan.
Anggota DPRD Badung meminta pemerintah dan pelaku pariwisata bergerak cepat mencari solusi. Salah satunya mengalihkan bidikan kunjungan turis Eropa.
“Bali terkenal karena Eropa dan Jepang. Mulailah lakukan pendekatan. Hubungan bilateral dengan Eropa harus disambung dan diperkuat,” ujar anggota Komisi II DPRD Badung, I Made Wijaya, kemarin.
Politikus yang akrab disapa Yonda itu menilai pariwisata Bali mulai salah langkah dengan mengandalkan kunjungan turis Tiongkok.
Ke depan pemerintah dan pelaku tidak bergantung pada tamu satu negara. Pariwisata harus dipromosikan secara merata ke berbagai belahan dunia. Sehingga, saat satu negara bermasalah, Bali tidak kelimpungan.
“Bali bukan terkenal karena murah. Melainkan kultur budaya dan alamnya. Itu yang perlu dijaga,” tukas politisi yang juga pengusaha water sport di Tanjung Benoa, itu.
Yonda memberikan masukan kepada pemerintah, agar potensi pendapatan lain digerakkan. Misalnya perikanan dan perkebunan.
Dengan hasil pariwisata bisa membangun perikanan dan perkebunan. Ia pun tidak sepakat dengan ketergantungan terhadap pariwisata.
Di lain sisi, usul yang disampaikan masyarakat Kuta agar pemerintah menyediakan hand sanitizer di sejumlah kawasan publik agaknya bertepuk sebelah tangan.
Sebagai gantinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung menyarankan agar masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari penyebaran bakteri dan virus.
“Hand sanitizer sudah disediakan di puskesmas dan rumah sakit. Untuk di kawasan wisata memang belum ada.
Kami sarankan masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Badung, dr. Nyoman Gunarta.
Hal yang sama juga berlaku untuk masker. Menurut Gunarta, sesuai saran dari badan kesehatan dunia (WHO), mereka yang sehat tidak menggunakan masker. Masker di peruntukan bagi yang sakit.