MANGUPURA – Kabar 59 negara menolak kedatangan warga Negara Indonesia (WNI) karena masuk zona merah makin mempersulit upaya pemulihan pariwisata Bali.
Kondisi ini mendapat reaksi Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pariwisata Badung Cokorda Raka Darmawan. Menurutnya, memang ada beberapa negara yang me-warning WNI untuk datang ke negara yang dituju karena melihat pertumbuhan kasus covid-19 di Indonesia yang masih tinggi.
“Perlu diketahui, kita pun di Indonesia, pemerintah belum membuka pintu masuk untuk negara lainnya, bukan Indonesia yang dilarang, justru kita juga saat ini masih melarang semua negara untuk datang ke Indonesia,” tegas Cok Darmawan.
Hal itu diakui karena saat ini untuk kedatangan wisatawan mancanegara atau internasional belum dibuka. Begitu juga penerbangan belum dibuka untuk internasional.
Yang baru dibuka hanya penerbangan domestik. “Apalagi belum dibuka untuk kedatangan orang asing masuk ke Indonesia.
Inilah diperlukan informasi yang berimbang, sepertinya kita yang dilarang atau ditolak ke negara lain. Kita pun punya sikap yang sama selama masa pandemi berlangsung. Tentu ini untuk kebaikan kita bersama,” bebernya.
Nah, untuk memanfaatkan di masa pandemi itu ada beberapa upaya yang dilakukan untuk pemulihkan sektor pariwisata.
Seperti melakukan verifikasi industri pariwisata maupun daya tarik wisata dengan menurunkan tim verifikasi untuk memastikan tempat usaha memenuhi protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku.
Misalnya mulai dari menyiapkan fasilitas cuci tangan, alat pengecek suhu, kemudian pegawai sudahkah memahami bagaimana melayani wisatawan yang datang.
Kemudian pengaturan jarak di tempat mereka, pegawai harus pakai masker, sampai tempat sementara apabila ada wisatawan yang terindikasi suhu badannya melebihi batas yang ditentukan.
Selain itu juga fokus memberikan pelatihan untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata.
“Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM pariwisata, kita dapat bantuan dana dari pusat untuk pelatihan tata kelola destinasi wisata,
pelatihan sudah berlangsung dari tanggal 7 September 2020 hingga 9 September 2020. Pesertanya ada kurang lebih 55 orang peserta,” ungkap Cok Darmawan.
Imbuhnya, pihaknya akan melakukan pelatihan tata kelola homestay. Ada juga pelatihan balawista. Jadi, mereka yang mempunyai SDM di sektor pariwisata yang memiliki kolam renang, hotel di dekat pantai, dan rafting itu ikut dalam pelatihan ini.
Termasuk nanti juga akan adakan pelatihan pengelola dan pelaku usaha paragliding, khususnya yang ada di Desa Kutuh (Kecamatan Kuta Selatan), karena ini termasuk wisata minat khusus. “Ini lah yang akan kita berikan pelatihan,” pungkasnya.