SEMARAPURA – Peningkatan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klungkung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Klungkung dari sektor pariwisata.
Hanya saja pada kenyataannya, industri pariwisata Klungkung kerap dihadapkan pada keberadaan wisatawan yang ingin menikmati objek wisata namun tidak ingin membayar retribusi objek wisata.
Seperti yang kerap terjadi di objek wisata Kertha Gosa. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung, I Nengah Sukasta mengungkapkan,
dari sejumlah objek wisata yang masuk dalam paket wisata City Tour Klungkung, objek wisata Kertha Gosa yang paling banyak dikunjungi.
Padahal, dengan membayar paket wisata City Tour Klungkung sebesar Rp 25 ribu per orang untuk wisatawan mancanegara anak-anak dan Rp 50 ribu per orang untuk dewasa,
mereka bisa menikmati objek wisata Monumen Puputan Klungkung, Puri Agung Klungkung, Museum Kertha Gosa, dan ke Pasar Klungkung.
“Tapi, kebanyakan setelah mengunjungi Kertha Gosa, mereka melanjutkan perjalanan ke objek wisata lainnya seperti ke Karangasem. Rata-rata karena masalah waktu. Biasanya mereka kan sudah terjadwal,” ungkapnya.
Meski Kertha Gosa banyak diminati wisatawan untuk berwisata, pihaknya kerap mendapatkan laporan jika sejumlah wisman kedapatan ingin masuk ke Kertha Gosa tanpa membeli tiket.
Walau sudah diarahkan untuk membeli tiket terlebih dahulu, menurutnya, ada saja wisatawan yang memaksa masuk tanpa membeli tiket sehingga akhirnya menimbulkan percekcokan.
“Bahkan, ada wisatawan mancanegara yang setelah diminta untuk membeli tiket terlebih dahulu, langsung tidak jadi berkunjung dan pergi.
Ini sering dilakukan wisman yang berwisata secara mandiri. Kalau yang bergroup, pasti beli tiket masuk dulu,” terangnya.
Terkait tudingan salah seorang anggota DPRD Klungkung yang mengatakan percekcokan antara wisman dan pemandu
wisata City Tour Klungkung terkait tiket masuk karena keterbatasan pemandu wisata dalam berbahasa Inggris, pihaknya menepis hal itu.
Menurutnya, lima pemandu wisata City Tour Klungkung sangat fasih berbahasa Inggris. Bahkan, salah satu pemandu yang ia miliki mampu menguasai sejumlah bahasa asing.
Sehingga dia memastikan jika percekcokan yang pernah terjadi itu bukan dikarenakan keterbatasan bahasa yang dialami pemandu.
“Tidak semua wisatawan mau bayar tiket masuk. Saya tidak mengerti apa penyebabnya. Apa karena tidak punya uang atau seperti apa,” tandasnya.