33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:26 PM WIB

Sambut Turis Domestik, Penginapan di Nusa Penida Buka Per 1 Desember

SEMARAPURA – Pemilik akomodasi pariwisata di Kecamatan Nusa Penida tampaknya berharap besar terhadap libur akhir tahun ini. Meski wabah virus corona sampai saat ini masih membayangi,

mereka kembali membuka penginapannya dengan harapan akan ada tamu yang menginap untuk menikmati liburan hari raya itu di Nusa Penida.

Seperti yang dilakukan Nengah Setar salah seorang warga Kecamatan Nusa Penida yang memiliki sejumlah penginapan di pulau yang memiliki julukan Telur Emas Bali itu.

Setar mengaku kembali membuka seluruh penginapan yang dimiliki sejak 1 Desember lalu. “Karena saya lihat sudah mulai terlihat

ada tanda-tanda kemajuan (kunjungan wisatawan). Wisatawan domestik yang mendominasi saat ini,” terang Setar.

Bukan untuk mencari keuntungan bisnis semata, ia mengaku kembali membuka penginapannya agar para pegawainya bisa kembali bekerja dan mendapatkan pendapatan.

Memiliki sekitar empat penginapan dengan total 46 kamar, pasalnya ia memiliki sebanyak 65 pegawai.

“Saya sayang dengan para pegawai. Rugi sedikit tidak apa-apa demi pegawai. Jumlah pegawai 65 orang. Karena pandemi Covid-19 ini akhirnya terpaksa saya rumahkan,” ujarnya.

Setar berharap pemerintah turut berjuang untuk dapat menarik minat wisatawan berwisata ke Nusa Penida.

Sehingga perekonomian masyarakat Nusa Penida kembali membaik mengingat tidak sedikit warga Nusa Penida yang mencari nafkah di setor tersebut.

Hal senada juga diungkapkan Ketut Kusetiawan, salah seorang pemilik penginapan di wilayah Desa Bungamekar, Kecamatan Nusa Penida.

Menurutnya, sudah mulai banyak wisatawan yang berlibur ke Nusa Penida. Melihat kondisi itu, sejumlah penginapan di Nusa Penida pun mulai buka kembali.

“Wisatawan yang berkunjung masih didominasi wisatawan domestik,” terangnya. Namun bila dibandingkan dengan kondisi sebelum Covid-19, tentunya kunjungan saat ini jauh menurun.

Sehingga ia pun tidak bisa berharap banyak terhadap tarif penginapannya saat ini. Bila biasanya di bulan-bulan ramai

kunjungan ini ia memasang tarif Rp 400 ribu per malam, kini ia hanya bisa memasang tarif Rp 300 ribu per malam.

“Tapi saya lihat tarif penginapan lainnya juga. Kalau yang lain pasang tarif lebih murah, mau tidak mau harus menyesuaikan. Kadang pernah sampai Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per malam,” katanya.

Apalagi menurutnya wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida banyak tidak menginap. Mereka hanya berjalan-jalan seharian di Nusa Penida dan memilih menginap di wilayah Denpasar dan sekitarnya.

Sehingga sampai saat ini ia belum menerima pesanan penginapan untuk liburan Natal dan Tahun Baru 2020 ini.

“Kalau sebelum Covid-19, dua bulan sebelum liburan Natal dan Tahun Baru sudah banyak yang memesan kamar karena takut tidak mendapatkan penginapan. Tingkat huniannya pun sudah penuh dari Desember- Januari,” ungkapnya.

Besar harapannya wabah virus corona segera berakhir sehingga industri pariwisata di Nusa Penida pada utamanya dapat pulih kembali.

“Kalau kondisinya seperti ini, sulit untuk mencari untung. Kadang-kadang bisa rugi karena ada yang memesan satu kamar untuk enam orang dengan tarif Rp 200 ribu per malam,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Pemilik akomodasi pariwisata di Kecamatan Nusa Penida tampaknya berharap besar terhadap libur akhir tahun ini. Meski wabah virus corona sampai saat ini masih membayangi,

mereka kembali membuka penginapannya dengan harapan akan ada tamu yang menginap untuk menikmati liburan hari raya itu di Nusa Penida.

Seperti yang dilakukan Nengah Setar salah seorang warga Kecamatan Nusa Penida yang memiliki sejumlah penginapan di pulau yang memiliki julukan Telur Emas Bali itu.

Setar mengaku kembali membuka seluruh penginapan yang dimiliki sejak 1 Desember lalu. “Karena saya lihat sudah mulai terlihat

ada tanda-tanda kemajuan (kunjungan wisatawan). Wisatawan domestik yang mendominasi saat ini,” terang Setar.

Bukan untuk mencari keuntungan bisnis semata, ia mengaku kembali membuka penginapannya agar para pegawainya bisa kembali bekerja dan mendapatkan pendapatan.

Memiliki sekitar empat penginapan dengan total 46 kamar, pasalnya ia memiliki sebanyak 65 pegawai.

“Saya sayang dengan para pegawai. Rugi sedikit tidak apa-apa demi pegawai. Jumlah pegawai 65 orang. Karena pandemi Covid-19 ini akhirnya terpaksa saya rumahkan,” ujarnya.

Setar berharap pemerintah turut berjuang untuk dapat menarik minat wisatawan berwisata ke Nusa Penida.

Sehingga perekonomian masyarakat Nusa Penida kembali membaik mengingat tidak sedikit warga Nusa Penida yang mencari nafkah di setor tersebut.

Hal senada juga diungkapkan Ketut Kusetiawan, salah seorang pemilik penginapan di wilayah Desa Bungamekar, Kecamatan Nusa Penida.

Menurutnya, sudah mulai banyak wisatawan yang berlibur ke Nusa Penida. Melihat kondisi itu, sejumlah penginapan di Nusa Penida pun mulai buka kembali.

“Wisatawan yang berkunjung masih didominasi wisatawan domestik,” terangnya. Namun bila dibandingkan dengan kondisi sebelum Covid-19, tentunya kunjungan saat ini jauh menurun.

Sehingga ia pun tidak bisa berharap banyak terhadap tarif penginapannya saat ini. Bila biasanya di bulan-bulan ramai

kunjungan ini ia memasang tarif Rp 400 ribu per malam, kini ia hanya bisa memasang tarif Rp 300 ribu per malam.

“Tapi saya lihat tarif penginapan lainnya juga. Kalau yang lain pasang tarif lebih murah, mau tidak mau harus menyesuaikan. Kadang pernah sampai Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per malam,” katanya.

Apalagi menurutnya wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida banyak tidak menginap. Mereka hanya berjalan-jalan seharian di Nusa Penida dan memilih menginap di wilayah Denpasar dan sekitarnya.

Sehingga sampai saat ini ia belum menerima pesanan penginapan untuk liburan Natal dan Tahun Baru 2020 ini.

“Kalau sebelum Covid-19, dua bulan sebelum liburan Natal dan Tahun Baru sudah banyak yang memesan kamar karena takut tidak mendapatkan penginapan. Tingkat huniannya pun sudah penuh dari Desember- Januari,” ungkapnya.

Besar harapannya wabah virus corona segera berakhir sehingga industri pariwisata di Nusa Penida pada utamanya dapat pulih kembali.

“Kalau kondisinya seperti ini, sulit untuk mencari untung. Kadang-kadang bisa rugi karena ada yang memesan satu kamar untuk enam orang dengan tarif Rp 200 ribu per malam,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/