RadarBali.com – Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Agung Yuniartha menampik pertanyaan Jawa Pos Radar Bali terkait adanya indikasi intervensi penetapan status Gunung Agung.
Indikasi muncul karena para pihak, terutama pelaku pariwisata khawatir target kunjungan wisatawan asing tak tercapai.
Ditemui langsung di sekretariat Bali Tourism Board (BTB), Renon, Denpasar, kemarin, Yuniartha menegaskan pemerintah tidak mungkin berani melakukan tekanan semacam itu.
“Berani? Pemerintah tidak berani melakukan itu. Kalau sekarang kita katakan aman lalu tiba-tiba terjadi sesuatu. Itu pure. Tidak ada tekanan. Statusnya (Gunung Agung, red)
memang turun ke level siaga. Itu penilaian dari kejadian-kejadian sebelumnya (aktivitas vulkanik, red),” bebernya.
Yuniartha memastikan pihaknya berbicara riil. “Apa yang terjadi, itu yang disampaikan. Jangan membohongi. Itu yang kita harapkan. Jangan sampai ada berita bohong,” tegasnya.
Meski aktivitas vulkanik Gunung Agung tinggi bahkan sempat sekian bulan mencapai level awas, Agung Yuniartha mengaku target 5,5 juta kunjungan wisata tahun ini tercapai.
“Sampai dengan bulan Oktober sudah mencapai 5 juta. Target kami 5,5 juta. Saat ini, kunjungan wisatawan 15 ribu per hari. Berarti ada 450 ribu kunjungan per bulan.
Masih tersisa dua bulan berarti akan ada tambahan 900 ribu wisatawan. Artinya 5,5 juta itu bulan depan saja mungkin sudah tercapai. Lebih dari target,” ungkapnya.
Bercermin pada pencapaian tersebut Yuniartha optimis menjawab 6,5 juta disodori target kunjungan wisatawan tahun 2018.
“Itu ada itung-itungannya loh. Tak bisa sembarangan,” sambungnya. Terkait target yang lebih tinggi dari tahun 2017, Yuniartha menjawab hal itu berkaitan dengan target 40 persen yang dipatok Kementerian Pariwisata.
“Bali 40 persen, Jakarta 30 persen, Batam 20 persen, dan sisanya around Indonesia. Ini yang menjadi acuan kami dalam menentukan target-target itu. Selain melihat kondisi riil di Bali,” jelasnya.
Berkaca pada periode Januari-Oktober 2016 dan 2017, Yuniartha menyebut ada peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 25 persen.
Untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan angka kunjungan tersebut, Kadispar mengatakan seluruh stakeholder tak boleh diam.
“Destinasi ini harus terus kita kembangkan. Jangan diam karena di samping kita sedang dikembangkan 10 destinasi Bali baru yang memiliki view sangat bagus. Ini tentu ancaman sekaligus tantangan serius bagi Bali,” tandasnya.
Disinggung soal rencana menggratiskan biaya hotel saat erupsi yang sebenarnya terjadi, Yuniartha menekankan hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama.
“Mereka sudah siap untuk kemungkinan semacam itu. Hari pertama mereka bisa berikan full free, hari kedua dan selanjutnya diskon. Intinya kita melakukan yang terbaik untuk wisatawan,” tegasnya.
Ditambahkan hotel atau penginapan yang akan memberikan fasilitas gratis itu seluruhnya berada di bawah naungan PHRI.
Lebih lanjut, Yuniartha menyebut Bali tetap aman dikunjungi. Kejadian kemarin (letusan, red) adalah bagian dari erupsi yang tetap harus diwaspadai.
Menariknya, dirinya menyebut PVMBG merasa kesulitan menebak fenomena vulkanis Gunung Agung.
“Sifat Gunung Agung dibandingkan gunung-gunung api lain di Indonesia berbeda. Sampai level awas, level IV, kemarin sudah terjadi 900 tremor.
Gunung lain belum sampai 500-600 tremor sudah meletus. Gunung Agung sampai saat ini belum. Ini yang membuat mereka bingung.
Ilmu yang didapat tidak sesuai dengan apa yang ditunjukkan Gunung Agung,” ringkasnya. Pasca fenomena Gunung Agung, Selasa (21/11) sore,
Yuniartha mengaku belum ada kedutaan besar negara sahabat yang menghubungi pihaknya.
“Sementara belum karena kejadian ini tidak berlangsung terlalu lama. Mudah-mudahan ini tidak berdampak negatif bagi pariwisata Bali,” tegasnya