26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:42 AM WIB

Jadi Role Model Pariwisata Dunia, Buleleng Incar Sustainable Tourism

SINGARAJA – Dinas Pariwisata Buleleng mengincar peluang pasar di bidang pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism.

Konsep pariwisata berkelanjutan kini sedang menjadi sebuah role model dalam pengembangan pariwisata internasional. Terlebih peluang pasarnya pun cukup besar.

Peluang Kabupaten Buleleng mengembangkan pariwisata berkelanjutan itu sangat besar. Mengingat empat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berada di Buleleng.

Masing-masing KSPN Bedugul, KSPN Bali Utara, KSPN Taman Nasional Bali Barat (TNBB), dan KSPN Pemuteran.

Selain itu di Buleleng juga terdapat puluhan desa wisata. Sejumlah desa diantaranya sudah memiliki segmen pasar tersendiri.

Misalnya Desa Pemuteran, Desa Kalibukbuk, Desa Sambangan, Desa Munduk, dan Desa Sudaji. Kelima desa itu tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan mancanegara.

Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pariwisata berkelanjutan lebih bertumpu pada kearifan lokal di sebuah kawasan tertentu.

Kearifan dan kebudayan lokal menjadi daya tarik utama, disamping potensi wisata alam yang juga terdapat di wilayah tersebut.

“Dengan pariwisata berkelanjutan ini, semuanya jadi lebih selaras. Budaya lokal akan tetap berlanjut, habitat alam dan keanekaragaman hayati juga tetap terjaga. Ini menjadi daya tarik tersendiri,” kata Sutrisna.

Ia mencontohkan KSPN Bedugul yang meliputi Desa Pancasari, Desa Wanagiri, Desa Gobleg, hingga Desa Munduk.

Potensi alam keberadaan danau kembar Buyan dan Tamblingan menjadi daya tarik utama di kawasan itu. Disamping potensi agrowisata dan air terjun alam yang terdapat di desa-desa tersebut.

“Masyarakat di sana paham betul kalau yang jadi daya tarik utama itu adalah alam. Jadi mereka sangat menjaga alam,

melakukan langkah-langkah konservasi, sehingga tetap lestari. Di satu sisi alam terjaga, di sisi lain pariwisata juga berjalan secara kontinu,” imbuhnya.

Disisi lain praktisi pariwisata berharap pemerintah tak sekadar fokus pada penanganan infrastruktur pariwisata semata. Namun sumber daya manusia (SDM) pengelola kawasan wisata juga harus menjadi perhatian.

“Pariwisata berkelanjutan ini kan tidak bisa hanya dari satu pihak saja. Tapi semua pihak terlibat. Kita juga ingin pariwisata yang berasal dari hati,

bukan semata-mata money oriented,” kata Bendahara Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng Ketut Budiastara.

Menurutnya pengembangan SDM pengelola pariwisata menjadi hal yang mutlak. “Sederhananya pembenahan perilaku.

Supaya wisatawan yang berkunjung, entah itu lokal maupun mancanegara itu bisa betah. Sehingga pariwisata berkelanjutan ini bukan sekadar retorika, tapi benar-benar faktual,” katanya. 

SINGARAJA – Dinas Pariwisata Buleleng mengincar peluang pasar di bidang pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism.

Konsep pariwisata berkelanjutan kini sedang menjadi sebuah role model dalam pengembangan pariwisata internasional. Terlebih peluang pasarnya pun cukup besar.

Peluang Kabupaten Buleleng mengembangkan pariwisata berkelanjutan itu sangat besar. Mengingat empat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berada di Buleleng.

Masing-masing KSPN Bedugul, KSPN Bali Utara, KSPN Taman Nasional Bali Barat (TNBB), dan KSPN Pemuteran.

Selain itu di Buleleng juga terdapat puluhan desa wisata. Sejumlah desa diantaranya sudah memiliki segmen pasar tersendiri.

Misalnya Desa Pemuteran, Desa Kalibukbuk, Desa Sambangan, Desa Munduk, dan Desa Sudaji. Kelima desa itu tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan mancanegara.

Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pariwisata berkelanjutan lebih bertumpu pada kearifan lokal di sebuah kawasan tertentu.

Kearifan dan kebudayan lokal menjadi daya tarik utama, disamping potensi wisata alam yang juga terdapat di wilayah tersebut.

“Dengan pariwisata berkelanjutan ini, semuanya jadi lebih selaras. Budaya lokal akan tetap berlanjut, habitat alam dan keanekaragaman hayati juga tetap terjaga. Ini menjadi daya tarik tersendiri,” kata Sutrisna.

Ia mencontohkan KSPN Bedugul yang meliputi Desa Pancasari, Desa Wanagiri, Desa Gobleg, hingga Desa Munduk.

Potensi alam keberadaan danau kembar Buyan dan Tamblingan menjadi daya tarik utama di kawasan itu. Disamping potensi agrowisata dan air terjun alam yang terdapat di desa-desa tersebut.

“Masyarakat di sana paham betul kalau yang jadi daya tarik utama itu adalah alam. Jadi mereka sangat menjaga alam,

melakukan langkah-langkah konservasi, sehingga tetap lestari. Di satu sisi alam terjaga, di sisi lain pariwisata juga berjalan secara kontinu,” imbuhnya.

Disisi lain praktisi pariwisata berharap pemerintah tak sekadar fokus pada penanganan infrastruktur pariwisata semata. Namun sumber daya manusia (SDM) pengelola kawasan wisata juga harus menjadi perhatian.

“Pariwisata berkelanjutan ini kan tidak bisa hanya dari satu pihak saja. Tapi semua pihak terlibat. Kita juga ingin pariwisata yang berasal dari hati,

bukan semata-mata money oriented,” kata Bendahara Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng Ketut Budiastara.

Menurutnya pengembangan SDM pengelola pariwisata menjadi hal yang mutlak. “Sederhananya pembenahan perilaku.

Supaya wisatawan yang berkunjung, entah itu lokal maupun mancanegara itu bisa betah. Sehingga pariwisata berkelanjutan ini bukan sekadar retorika, tapi benar-benar faktual,” katanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/